Pengajaran Sains (Science), Teknologi, Teknik (Engineering), dan Matematika (STEM) di sekolah menjadi salah satu hal yang menjadi tantangan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Seperti yang diketahui, skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia terus menurun sejak 2006. Berbagai mata pelajaran STEM, terutama matematika kerap ditakuti para murid.
Untuk itu, Menteri Mu'ti mencoba berbagai upaya termasuk menyiapkan trik dalam pengajaran STEM di sekolah. Salah satunya adalah menghadirkan program Gerakan Numerasi Nasional (GNN) dengan tujuan membangun budaya numerasi sejak dini melalui cara yang menyenangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agar anak-anak Indonesia tidak hanya terampil berhitung, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, dan adaptif dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Gedung Bank Mega, Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025) ditulis Rabu (29/10/2025).
Trik Pendekatan STEM 3M
Tidak hanya menghadirkan GNN, Mendikdasmen menjelaskan memiliki konsep pendekatan STEM 3M. Apa itu?
STEM 3M menurut Mu'ti memiliki kepanjangan Mudah, Murah, dan Menarik. Ia ingin membuktikan bila pengajaran STEM tidaklah sulit, belajar dari hal sederhana, dan bisa menggembirakan.
Pendekatan STEM 3M ini kemudian diimbangi dengan kebijakan penerapan matematika yang diajarkan di jenjang Taman Kanak-Kanak (TK). Mu'ti mengingatkan pengajaran matematika di ranah TK tidaklah diberikan materi tentang rumus tetapi belajar sambil bermain.
"Kami mendorong Matematika mulai diajarkan dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK), lewat konsep dasar dan kegiatan bermain logika yang sederhana," tegasnya.
Peningkatan Akses Pendidikan
Bagi Mu'ti, pendidikan bukan hanya tentang kehadiran gedung sekolah. Selama masa pemerintahannya, ia ingin memastikan setiap anak Indonesia, di mana pun mereka berada, bisa mendapatkan akses belajar yang berkualitas.
Untuk itu, ia memegang teguh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang kini tengah diperbaharui. Pada aturan tersebut disampaikan bila pembelajaran dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu:
1. Formal di sekolah resmi dengan kurikulum nasional.
2. Informal melalui kegiatan komunitas.
3. Nonformal melalui program terstruktur seperti paket penyetaraan A, B, C, dan homeschooling.
"Saat ini, Kemendikdasmen telah memberikan ruang atau perhatian ekstra terhadap homeschooling," bebernya.
Dengan tegas, Mu'ti menyatakan pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi upaya kolaboratif dalam membangun peradaban. Pendidikan jadi kendaraan agar generasi emas 2045 bukanlah impian semata.
"Karena itu, kolaborasi semesta menjadi kunci agar investasi jangka panjang menuju generasi emas 2045 benar-benar lahir dan mampu membawa Indonesia menuju bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur," tandas Mu'ti.
(det/nwk)











































