SMA Taruna Nusantara merupakan salah satu sekolah favorit di Jawa Tengah, yang terletak di Magelang. Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono, menyebutkan, gagasan pembentukan SMA Taruna Nusantara pada masa dulu, berawal dari Presiden Prabowo Subianto.
"Pada saat itu pikiran tersebut dituliskan dalam bentuk makalah oleh seorang perwira muda ABRI berpangkat mayor kala itu," katanya saat membuka masa pendidikan bagi siswa SMA Taruna Nusantara angkatan ke-36 di Magelang pada Senin (14/7/2025), dikutip dari detikNews Selasa (15/7/2025).
"Gagasan tersebut diwujudkan oleh Bapak Jenderal TNI Moerdani sehingga berdirilah kampus SMA Taruna Nusantara seperti apa yang kita lihat saat ini. Mayor tersebut bernama Prabowo Subianto," imbuh Sugiono, yang juga Kepala Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah SMA Taruna Nusantara
Melansir laman resmi LPTTN, ide pembuatan SMA Taruna Nusantara dicetuskan oleh Jenderal TNI LB Moerdani pada 20 Mei 1985 di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta. Kala itu, Moerdani menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan.
Untuk mewujudkan sekolah tersebut, TNI dan Taman Siswa membuat nota kesepahaman untuk membuat suatu lembaga bernama Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN).
Pada 1990, SMA Taruna Nusantara akhirnya diresmikan oleh Pangab (Panglima Angkatan Bersenjata) saat itu, Jenderal Try Sutrisno. Sekolah itu menempati lahan seluas 18.5 hektar dan terdiri dari komplek akademis, asrama siswa, dan komplek perumahan pamong dan guru, di atas tanah milik Akademi Militer.
Visi Jenderal TNI LB Moerdani kala itu, yakni ingin membangun sekolah yang mendidik manusia-manusia terbaik dari seluruh Indonesia dan menghasilkan lulusan yang dapat melanjutkan cita-cita para Proklamator.
Meski disebut sebagai sekolah semi-militer, kurikulum yang digunakan tidak 100% dari militer. SMA Taruna Nusantara memakai sistem kurikulum yang dibuat oleh Depdiknas sehingga bisa dibilang sama dengan SMA lainnya.
Hanya ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok seperti kesatuan dari seluruh elemen pendidikan dan sistem yang khas yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, serta kegiatan sekolah pada umumnya.
LPPTN juga menawarkan beasiswa penuh untuk menarik pemuda-pemudi terbaik dari seluruh strata sosial. Beasiswa berasal dari dukungan dana dari TNI yang mempunyai latar belakang politik dan keuangan yang kuat.
Namun, setelah krisis ekonomi dan perubahan politik pada 1997, LPTTN mengalami kesulitan keuangan sehingga pada 2001 menghentikan kebijakan beasiswa penuh ini. Seiring waktu, SMA Taruna Nusantara terus berkembang.
Kini, pelajar terpilih yang mempunyai kesulitan keuangan tetap mendapatkan beasiswa yang diberikan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah daerah.
Lulusan Tak Wajib Lanjut ke Militer
Lulusan sekolah ini juga tidak punya kewajiban untuk memilih militer sebagai kelanjutan pendidikannya. Ada banyak lulusan SMA Taruna Nusantara yang melanjutkan pendidikannya di sekolah non-militer. Beberapa di antaranya, bahkan berkarier di pemerintahan.
Berikut ini beberapa lulusan SMA Taruna Nusantara yang berkarier di pemerintahan dan sebagai akademisi.
- Dr Agung Wicaksono, M Sc, MBA (akademisi di SBM ITB)
- Dr Nanik Purwanti, S TP, M Sc (akademisi di IPB)
- Mayor Inf (Purn) H Agus Harimurti Yudhoyono, M Sc, MPA, MA (Menko Infrastruktur dan Pengembangan Kewilayahan)
- Prasetyo Hadi (Menteri Sekretaris Negara)
- Teddy Indra Wijaya (Sekretaris Kabinet)
- Sugiono (Menteri Luar Negeri)
Bakal Ada 3 Kampus Tambahan
Sugiono mengatakan, ke depan akan ada tiga kampus tambahan di wilayah lain dalam waktu dekat.
"Hal ini menunjukkan bahwa perhatian beliau (Presiden Prabowo Subianto) yang begitu besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perhatian yang begitu besar akan masa depan bangsa dan negara," jelasnya.
Kini, SMA Taruna Nusantara memiliki 1.458 siswa baru angkatan 36. Jumlah tersebut terdiri atas tiga kampus, yaitu Magelang, Malang, dan Cimahi.
Sugiono berpesan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas komitmen mereka sejak masuk ke SMA Taruna Nusantara.
"Kehadiran kalian di sini bukanlah hal biasa. Hidup kalian ke depan bukan hanya milik pribadi atau keluarga, tetapi juga milik bangsa dan negara. Oleh karena itu, apa yang tadi kalian ucapkan, prasetya yang kalian canangkan, yang kalian lafalkan adalah sebuah komitmen tanggung jawabmu," ucapnya di hadapan para siswa.
(faz/nwk)