Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) menyiapkan pembelajaran darurat bagi 66 sekolah di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur yang terkena imbas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
Letusan gunung tersebut menyebabkan pembelajaran terganggu. Sebanyak 5.383 siswa mengalami hambatan dalam belajar dan beraktivitas.
Dari jumlah tersebut, 17 gedung sekolah dilaporkan mengalami kerusakan. Sampai sekarang, pihak Kemdikdasmen masih mencatat jumlah sekolah yang terdampak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemendikdasmen berkomitmen untuk memastikan anak-anak yang terdampak bencana tetap mendapatkan akses pendidikan, walaupun dalam situasi darurat. Kami berupaya menghadirkan pembelajaran yang aman melalui fasilitas darurat serta dukungan psikososial," ujar Sekretaris Jenderal, Suharti dilansir dari laman Kemdikbud, Kamis (14/11/2024).
Pembelajaran Darurat Dilakukan di 8 Lokasi
Selain karena rusak, beberapa sekolah lain tak bisa digunakan kegiatan pembelajaran juga. Pasalnya, 11 sekolah di Kecamatan Titehena kini dijadikan sebagai pengungsian untuk masyarakat.
Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Flores Timur telah menyediakan pembelajaran darurat di delapan titik lokasi pengungsian. Pembelajaran telah dilakukan sejak 9 November 2024.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Sosial (Kemensos) pun telah menyumbangkan tiga tenda untuk dijadikan kelas darurat di lokasi pengungsian.
Hingga saat ini, Kemdikdasmen tengah berkoordinasi dengan pihak setempat untuk menentukan titik pengungsian lain yang akan dijadikan tempat layanan pendidikan/pembelajaran darurat.
"Kami akan melakukan pendampingan penyelenggaraan pendidikan dalam situasi darurat ini melalui Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi NTT, Balai Guru Penggerak Provinsi NTT, dan Seknas Satuan Pendidikan Aman Bencana," kata Suharti.
Layanan Psikososial untuk Anak
Kemendikdasmen pun telah menyalurkan beberapa bantuan lain berupa tenda ruang kelas darurat dan fasilitas belajar bagi siswa sebanyak 15 unit, paket perlengkapan belajar sebanyak 1.570 paket, paket masker dan family kit, buku bacaan non teks pelajaran 3.464 eksemplar, dan bantuan dana.
Tak hanya berfokus pada pembelajaran, layanan dukungan psikososial pun disiapkan. Sejumlah organisasi mitra diajak untuk memberikan pelayanan tersebut dan mendukung pendataan.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah, mitra organisasi kemanusiaan, dan pihak terkait untuk memberikan dukungan maksimal dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung pemulihan pasca bencana," tutup Suharti.
(cyu/nwy)