Perundungan atau bullying adalah salah satu dari tiga dosa besar dunia pendidikan. Mengenai hal ini, guru SMP Negeri 29 Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, Alia Yovica memiliki cara untuk meningkatkan empati murid.
Alia membagikan cara tersebut dalam acara Festival Siap Kurikulum Merdeka (17/11/2023) yang digelar oleh Kampus Pemimpin Merdeka. Dalam kegiatan ini, Alia menunjukkan penerapan proyek profil bertajuk "Stop Bullying".
Dalam waktu sepuluh minggu, Alia mengajak murid-muridnya melakukan analisis video bullying, mengutarakan bentuk-bentuk bullying yang pernah diterima, dan siswanya juga diajak untuk menyampaikan hal yang disukai serta tidak disukai dalam suatu pertemanan. Selain itu mereka bekerja sama dengan pemangku kepentingan sosial dan kepolisian untuk memperdalam pengetahuan, membuat kampanye antiperundungan di sekolah, hingga membuat naskah drama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada aktivitas kami sering memberikan kemerdekaan untuk memilih sesuai minatnya. Seperti misalnya saat membuat dan memperagakan naskah drama, murid mendapat kebebasan untuk memilih apakah dramanya tentang bullying verbal, fisik, atau relasional," ujar Alia melalui keterangan tertulis Yayasan Guru Belajar.
Pada sesi terakhir, Alia mengajak muridnya untuk merefleksikan hal-hal yang sudah dipelajari dan apa yang ingin diperbaiki. Murid Alia mengaku, melalui kegiatan ini mereka jadi lebih memahami tindakan apa saja yang disebut sebagai bullying dan bertekad lebih menyayangi teman-temannya.
Pada mulanya, Alia dan rekan sesama gurunya masih salah paham soal penerapan proyek profil. Sebelumnya, siswa masih diharuskan menghasilkan produk sehingga mereka bosan.
Alia baru memahami bahwa hasil proyek profil bukanlah suatu kewajiban. Setelah mengikuti program Siap Kurikulum, Alia mengetahui bahwa tujuan utama proyek profil adalah menjadikan siswa sebagai bagian dari problem solver atas permasalahan di sekitarnya.
(nah/pal)