Dunia pendidikan dan pengasuhan anak sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya, akhir-akhir ini banyak terjadi kasus bullying yang menimpa anak sekolah mulai dari tingkat SD hingga Sekolah Menengah.
Pada bulan September 2023 saja, ada beberapa kasus bullying anak yang viral di media sosial. Beberapa di antaranya adalah penganiayaan siswa SMP di Cilacap dan Bekasi, siswi kelas 2 SD di Gresik dicolok matanya hingga buta, dan terbaru bullying yang terjadi di Denpasar.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) melalui Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan, Amurwani Dwi Lestariningsih mengatakan, salah satu upaya untuk menekan angka kekerasan anak adalah dengan pola pengasuhan positif berbasis hak anak di lingkungan pendidikan dan keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pengasuhan positif berbasis hak anak ini bisa memastikan orang tua serta pengasuh lainnya dapat memberikan respon dan dukungan yang tepat untuk tumbuh kembang anak dengan memastikan hak-hak anak terpenuhi.
"Pola pengasuhan positif berbasis hak anak ini menerapkan pengasuhan yang tidak menjurus pada tindak kekerasan yang dapat merugikan anak baik fisik maupun psikis," ujar Amurwani dikutip dari situs Kemen PPPA.
Lembaga perlindungan kehidupan anak dan keluarga, California State PTA (CAPTA) mencatat, siswa yang ditindas lebih cenderung menderita kecemasan dan depresi, masalah kesehatan, dan masalah kesehatan mental. Mereka juga bisa menderita secara akademis.
Untuk mencegah ini menjadi lebih buruk, CAPTA memberi arahan untuk orang tua dan wali di sekolah melakukan beberapa hal. Berikut di antaranya.
5 Tips bagi Orang Tua untuk Membantu Cegah Bullying
1. Bicaralah dan dengarkan anak-anak setiap hari
Setiap hari, coba selalu ajukan pertanyaan tentang bagaimana anak-anak di sekolah, termasuk pengalaman dalam perjalanan ke dan dari sekolah, makan siang, dan istirahat.
Tanyakan tentang teman-teman mereka di sekolah. Anak-anak yang merasa nyaman berbagi pengalaman dengan orang tuanya, biasanya akan bercerita jika terlibat dalam perundungan.
2. Habiskan waktu di sekolah, terutama saat jam istirahat
Di banyak negara, terdapat sukarelawan atau pendidik yang bisa membantu mengawasi anak-anak di sekolah saat jam istirahat. Hal ini karena sekolah mungkin kekurangan sumber daya untuk memberikan perhatian individual kepada seluruh siswa selama waktu "senggang", seperti jam istirahat.
Biasanya, sukarelawan akan mengoordinasikan permainan dan aktivitas yang mendorong anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya.
3. Berikan contoh yang baik
Seperti yang diketahui, anak-anak cenderung akan memandang orang tua dan atau orang yang mereka percaya untuk diikuti perilakunya.
Maka dari itu, jika orang tua sedang menghadapi emosi yang sulit seperti marah, berikan contoh teknik komunikasi yang efektif, terutama saat ada anak-anak di sekitarnya.
Sebab menurut peneliti, "Setiap kali Anda berbicara dengan orang lain dengan cara yang kejam atau kasar, Anda sedang mengajari anak Anda bahwa penindasan adalah hal yang baik."
4. Ciptakan kebiasaan anti-bullying
Mulailah dari usia sedini mungkin, latih anak mengenai apa yang tidak boleh dilakukan (mendorong, menggoda, dan bersikap jahat kepada orang lain) dan apa yang harus dilakukan (bersikap baik hati, berempati, dan bergantian).
Latih juga anak tentang apa yang harus dilakukan jika seseorang bersikap jahat padanya atau orang lain (mintalah orang dewasa, suruh si penindas berhenti, menjauh, dan abaikan si penindas).
Hal ini tak hanya bisa dilakukan di lingkungan sekolah tapi juga di lingkungan keluarga. Terlebih jika ada saudara lain seperti kakak atau adik. Berilah pola pengasuhan yang positif kepada anak dengan tidak boleh saling menindas dengan cara yang sesuai.
5. Pastikan anak-anak memahami bahwa penindasan itu tidak baik
Jelaskan secara eksplisit bahwa perkataan kasar, intimidasi, dan penindasan (yang mungkin anak lakukan) itu tidak baik.
Ini juga termasuk jika anak-anak melihat perilaku serupa yang menimpa teman atau orang lain. Ajari mereka untuk tidak hanya berdiam diri, tapi membantu dengan memberi tahu orang dewasa atau guru.
Sementara itu, di luar poin di atas, orang tua juga wajib mengawasi dan selalu berkomunikasi dengan anak soal aktivitas digital. Sebab, bullying juga terjadi di ranah online.
Ajari anak sejak dini bagaimana berinteraksi secara online yang baik dan bagaimana merespon bullying di ranah online. Seperti jangan mudah terpancing, batasi & awasi penggunaan media sosial, dan beri contoh cara menggunakan media sosial yang baik.
(faz/nwk)