Sebanyak 75 sekolah dari Sintang, Sekadau, Malang, dan Pacitan mengikuti Perayaan Belajar Siap Kurikulum (SiKur) secara daring pada Kamis (13/7/2023) kemarin. Pada kesempatan ini, salah satu peserta membagikan persiapan menyambut tahun ajaran baru yang sifatnya melibatkan orang tua murid.
SiKur adalah program belajar yang diadakan Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) dan Komunitas Guru Belajar Nusantara. Ketua KPM, Rizqy Rahmat Hani menuturkan bahwa acara ini tujuannya mempersiapkan guru dan kepala sekolah dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Sebab, banyak yang masih bingung atau bahkan miskonsepsi terhadap kurikulum terbaru tersebut.
Baca juga: Daftar Seragam Sekolah, Kapan Dipakainya? |
"Miskonsepsi seperti banyak orang menganggap Kurikulum Merdeka sama saja dengan kurikulum yang lalu, hanya ganti istilah. CP sama dengan KI, pendidikan karakter itu P5," kata Rizqy, dikutip dari keterangan resmi Yayasan Guru Belajar yang diterima Jumat (14/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita menganggap ganti kurikulum itu adalah tujuan, jadi fokus ke hal yang tidak esensial. Ganti administrasi tapi nggak ganti paradigma," lanjutnya.
Riqzy menerangkan, tujuan dari peralihan ini merupakan perbaikan pembelajaran. Sehingga, ketika sekolah sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, maka perlu memastikan apakah sudah melakukan perbaikan pembelajaran bagi murid.
"Bukan berapa modul yang sudah selesai, administrasinya mana saja yang sudah selesai. Tapi indikatornya adalah kompetensi dan karakter murid. Sehingga kita akan selalu cari cara untuk murid. Melakukan asesmen awal, diferensiasi, umpan balik, dan sebagainya," ujarnya.
Dia berharap, peserta SiKur kelak menjadi penggerak Kurikulum Merdeka. Maksudnya, mereka dapat menyuarakan pentingnya menggeser paradigma saat menerapkan kurikulum tersebut. Selain itu, diharapkan dapat membantu menyebarkan nilai-nilai Merdeka Belajar yang tepat.
Tips buat Guru dalam Sambut Ajaran Baru
Salah satu peserta SiKur asal Sintang, Yosafat Chang membeberkan bagaimana persiapannya menyambut tahun ajaran baru yang sangat melibatkan orang tua siswa.
Yosafat terinspirasi mengenai hal ini setelah ikut program SiKur dalam satu setengah bulan terakhir ini.
Sebelum para siswa masuk sekolah pertama pada Senin mendatang, dia mengajak para orang tua berkumpul. Pada sesi ini, dia meminta orang tua bercerita tentang anak-anaknya.
"Sampai sekarang sudah dua dari tiga kelas yang ortunya saya ajak rapat. Saya tanya ke ortu, apa kebiasaan anak-anak," ujarnya.
"Di situ kami juga buat komitmen bersama, menyamakan persepsi mengenai perkembangan anak. Ada nilai-nilai yang kita sepakati untuk capai bersama. Jadi di sekolah pendidikannya jalan, di rumah juga," lanjutnya.
Menurut Yosafat, langkah ini juga merupakan asesmen awal pembelajaran yang tujuannya memahami kondisi para siswa. Pada sesi yang sama, dia pun membagikan selembar kertas yang akan diisi orang tua dan anaknya.
Pada lembar itu, ada pertanyaan tentang hobi, cara belajar yang biasanya digunakan, apa yang tidak disukai, dan sejumlah pertanyaan lainnya. Lembar yang telah terisi nantinya akan dikumpulkan pada hari pertama masuk sekolah.
Kemudian, Yosafat mengajak para orang tua membentuk paguyuban di setiap kelas. Paguyuban merupakan cara Yosafat terus menjaga hubungan baik dengan orang tua siswa.
"Ketika ortu dilibatkan dalam proses belajar murid sejak awal, rupanya mereka sangat mendukung, antusias, dan sangat mau. Ini adalah aset, kekuatan yang besar apabila antara sekolah, guru, dan ortu saling kolaborasi," pungkasnya.
(nah/nwy)