Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum terbaru yang tengah disosialisasikan ke satuan pendidikan. Diluncurkan sejak 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional.
"Tahun depan Insyaallah kita menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional," ujar Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, pada Puncak Acara Festival Kurikulum Merdeka 2023 via Youtube Kemdikbud RI Selasa (27/6/2023).
Nino, panggilan akrabnya menjelaskan bahwa proses implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan secara bertahap. Dimulai pada masa uji coba di 3.000 sekolah seluruh Indonesia termasuk daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) pada 2020 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekolah-sekolah yang mungkin bukan dipandang sebagai sekolah yang layak untuk melakukan uji coba kurikulum. Tapi kita berusaha mencari keragaman untuk betul-betul mencek dan mengevaluasi apakah Kurikulum ini bisa diterapkan di semua kondisi di Indonesia," jelasnya.
Kemudian pada tahun 2022, Kemendikbudristek membuka pendaftaran implementasi Kurikulum Merdeka kepada setiap satuan pendidikan. Dari pendaftaran tersebut, sebanyak 140 ribu satuan pendidikan secara sukarela mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Tahun ini, Kemendikbudristek kembali membuka pendaftaran yang menarik 160 ribu satuan pendidikan. Totalnya, lebih dari 300 ribu satuan pendidikan sudah menerapkan Kurikulum Merdeka.
"Lebih dari 300 ribu satuan pendidikan itu sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Bahkan, sebelum ditetapkan sebagai kurikulum nasional," katanya.
Momentum Peningkatan Kualitas Belajar
Nino kembali mengingatkan satuan pendidikan untuk memaknai perubahan kurikulum sebagai awal perubahan. Menurutnya, perubahan kurikulum merupakan awal dari peningkatan kualitas pembelajaran.
"Jangan sampai perubahan kurikulum ini berhenti pada formalitas. Ganti status administrasi di Dapodik, ganti dokumen, ganti istilah. Perubahan ini harus kita maknai sebagai momentum ajakan untuk belajar menjadi guru, kepala sekolah, kepala satuan pendidikan, yang lebih reflektif dan terus meningkatkan kualitas pembelajaran," paparnya.
Dalam hal ini, Kepala BSKAP itu menekan bahwa gurulah yang paling mengerti metode belajar efektif bagi siswa. Kemendikbudristek akan membantu dalam ranah kebijakan untuk mendorong terjadinya perubahan.
"Kami dari Kementerian kami membantu kebijakan. Kami tugasnya menciptakan ekosistem regulasi yang mendorong terjadinya transformasi," ujarnya.
"Tapi kalau mau belajar, praktiknya seperti apa, tentu bapak dan ibu yang paling tepat," pungkasnya.
(nir/nah)