Metode project-based learning (PjBL) pada dasarnya dapat diterapkan di seluruh jenjang sekolah, tak terkecuali untuk siswa PAUD. Hal ini seperti disampaikan oleh pelatih Yayasan Guru Belajar, Elisabet Susanti saat mengisi sesi program belajar Siap Kurikulum yang digelar Kampus Pemimpin Merdeka (16/5/2023).
Namun, tentunya siswa PAUD memiliki tantangan tersendiri dibandingkan jenjang yang lain. Penerapan (PjBL) pada dasarnya harus dimulai dari lingkungan terdekat, misalnya tentang keluarga, mainan, berkebun, binatang, dan lainnya.
"Kita tidak berekspektasi hasilnya seperti PjBL untuk anak middle school. Kalau untuk anak PAUD ya kita lihat dari kacamata anak-anak. Apa yang ada di sekitarnya?," kata perempuan yang disapa sebagai Susan itu melalui keterangan tertulis yang diterima pada Selasa (16/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PjBL untuk PAUD Seperti Apa?
Susan menjabarkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menerapkan PjBL untuk siswa PAUD.
Pertama, PjBL adalah proses yang melibatkan minat murid dari awal prosesnya. Maka, dengan menyesuaikan minat, guru akan lebih mudah memfasilitasinya. Menyesuaikan minat pun bukan berarti guru melakukan personalisasi, tetapi diferensiasi.
Kedua, PjBL tidak untuk menghasilkan produk tertentu. Setelah eksplorasi yang panjang, peserta didik bisa membuat produk yang berbeda. Poin penting dalam PjBL, baik untuk PAUD atau yang lain adalah kompetensi yang ingin dicapai.
Ketiga, dalam PjBL PAUD, guru perlu memakai alat bantu untuk mempermudah murid dalam memahami konteks masalah, contohnya video, gambar, atau pengamatan langsung. Berikutnya, bisa menggunakan pertanyaan pemantik yang disesuaikan tahap perkembangan kognitif mereka.
Contoh PjBL untuk PAUD
Salah satu contoh PjBL untuk jenjang PAUD adalah guru mengajak murid berkeliling halaman sekolah untuk melihat kondisi di sana.
Kemudian, guru dapat melempar pertanyaan pemantik seperti menanyakan pendapat apakah lingkungan sekolah mereka bersih atau kotor. Jika masih kotor, maka guru bisa bertanya kembali apa yang dapat dilakukan supaya bersih.
Berikutnya, guru dapat membagi murid ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas siswa dengan kemampuan kognitif dan bahasa yang berbeda supaya nanti mereka dapat saling bantu.
Aktivitas ini menantang sebab tak semua siswa akan langsung punya ide. Guru pun dapat memberikan saran opsi seperti bersih-bersih bersama, membuat poster kebersihan, membuat panduan membersihkan mainan, dan lainnya.
Melalui proses membuat produk, tugas guru adalah memfasilitasi pembagian peran supaya semua murid dapat terlibat. Setelah produk selesai, maka setiap kelompok dapat mempresentasikan hasil produknya di kelasnya sendiri maupun kelas lain.
Melalui presentasi tersebut, guru dapat melihat bagaimana proses belajar siswa dan bagaimana kompetensi yang dicapai mereka dari belajar projek.
(nah/faz)