Ada berbagai macam permasalahan di Indonesia, salah satunya adalah kasus putus sekolah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya bisa karena faktor ekonomi.
Perekonomian merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi nasib dan masa depan keluarga. Ketika perekonomian suatu keluarga terganggu, maka kehidupan keluarga tersebut juga akan terganggu, mulai dari kebutuhan pokok seperti makan hingga pendidikan.
Tentang faktor penyebab anak-anak putus sekolah, menurut buku Sosiologi Anak dari Prof. Dr. Bagong Suyanto menyebutkan faktor penyebab anak-anak dari keluarga miskin terpaksa putus sekolah, sudah tentu bermacam-macam. Namun, faktor yang paling sering menjadi penyebabnya adalah berkaitan dengan fungsi dan peran anak sebagai salah satu sumber pendapatan strategis bagi keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir buku bertajuk Pendidikan untuk Pembangunan Nasional karya Mohammad Ali, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mayoritas (76%) keluarga menyatakan penyebab utama anak mereka putus sekolah adalah karena alasan ekonomi.
Sebagian besar (67,0%) di antaranya tidak mampu membayar biaya sekolah, sementara sisanya (8,7%) harus mencari nafkah.
Data di atas menjelaskan bahwa faktor ekonomi dianggap sebagai penyebab utama meningkatnya angka putus sekolah.
Tidak hanya menjadi masalah bagi suatu keluarga, masalah tersebut juga menjadi permasalahan Negara.
Faktor Lainnya yang Memengaruhi Anak Putus Sekolah
Ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan anak putus atau tidak melanjutkan sekolah, di antaranya:
Rasa malas
Nyatanya, putus sekolah tidak hanya dialami oleh keluarga kurang mampu. Putus sekolah juga bisa terjadi pada keluarga berkecukupan tetapi disebabkan oleh alasan yang berbeda, yakni rasa malas.
Rasa malas dapat muncul dalam diri anak ketika membicarakan hal terkait kegiatan bersekolah. Ada banyak penyebab yang menjadikan anak malas sekolah, contohnya adalah ketidakmampuan bersosialisasi.
Latar belakang pendidikan orang tua
Salah satu hal yang dapat memengaruhi pola pikir orang tua ketika hendak menyekolahkan anaknya adalah jenjang pendidikan yang mereka tempuh.
Cara berpikir orang tua dengan jenjang pendidikan yang berakhir di sekolah dasar, tentunya berbeda dengan cara berpikir orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Hal ini juga dapat membuat anak berhenti sekolah di usia sekolah karena pendidikan tersebut dirasa sudah cukup.
Ketidakharmonisan hubungan orang tua
Hubungan orang tua yang tidak harmonis tentunya dapat berdampak pada pendidikan anak. Hubungan tersebut menghadirkan rasa ketidakpedulian dan rasa tidak tanggung jawab kepada keluarga. Hal tersebut tentunya berdampak pada pendidikan anak. Ketidakharmonisan hubungan orang tua juga dapat menuntun anak ke dalam jurang putus sekolah.
Dilansir dalam buku Semua Murid Semua Guru karya Najelaa Shihab, salah satu penyebab utama putus sekolah adalah rendahnya pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. "Perjuangan" anak (dan keluarga) untuk sekolah dipersepsi negatif saat menghadapi tingkat sensi guru yang tinggi, banyaknya kekerasan di sekolah, waktu belajar yang terbatas untuk menguasai keterampilan literasi, numerasi dan teknologi yang mendukung pekerjaan selepas sekolah.
(lus/lus)