Penjurusan IPA, IPS & Bahasa SMA Dihapus, Pakar Unair: Langkah Bagus Meniadakan Kasta

ADVERTISEMENT

Penjurusan IPA, IPS & Bahasa SMA Dihapus, Pakar Unair: Langkah Bagus Meniadakan Kasta

Anatasia Anjani - detikEdu
Jumat, 31 Des 2021 17:30 WIB
Ilustrasi Anak Sekolah SMA sedang belajar
Foto: Rachman_punyaFOTO
Jakarta -

Pada perayaan Hari Guru Nasional 2021, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim mengatakan akan menerapkan kurikulum baru tahun 2022.

Dalam kurikulum baru yang disebut prototype, tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa untuk siswa kelas 11 dan 12 SMA. Hal ini berarti bisa memberi kesempatan pada siswa untuk menekuni minatnya secara fleksibel. Nantinya, siswa diperbolehkan mengombinasikan mata pelajaran sesuai minatnya dengan bimbingan dari guru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merespon hal tersebut, dosen psikologi Universitas Airlangga (Unair), Dewi Retno Suminar mengatakan penghapusan jurusan di SMA adalah langkah yang baik. Pasalnya dengan penghapusan jurusan juga akan mengurangi stigma kasta jurusan IPA dan IPS.

ADVERTISEMENT

"Selain itu akan menghapus penggolongan atau hierarki jurusan. Contoh selama ini disebutkan anak IPA lebih tinggi dari anak IPS," ujar Dewi yang dikutip dari laman Unair.

Selain itu juga dapat membantu anak-anak menemukan minatnya. Dewi juga mengatakan jika ilmu tidak terpisah secara murni.

Bagi Dewi, selama ini mata pelajaran seperti matematika dipelajari oleh semua jurusan, hanya penyebutannya disebutkan matematika minat.

Alasan kurikulum yang selalu berubah-ubah menurut Dewi karena selalu mengikuti kemajuan zaman dan perkembangan keilmuan. Perubahan kurikulum juga selalu diikuti dengan keilmuan dan kebutuhan di masyarakat.

"Kolaborasi ilmu sudah menjadi tuntutan jaman. Ilmu sains membutuhkan sosial dan sebaliknya. Nah, nilai ini yang harus ada dalam pemahaman anak anak di jenjang SMA, sehingga kesadaran bahwa ilmu itu saling kolaborasi untuk menjadi kuat sudah dimiliki sejak SMA," terang Dewi.

Penghapusan jurusan merupakan langkah awal untuk membuat kebijakan dan peminatan yang mengutamakan kebebasan para siswa. Namun hal tersebut perlu difasilitasi dengan menelusuri bakat dan minatnya.

Dewi beranggapan kebijakan penghapusan jurusan itu dapat direalisasikan di seluruh Indonesia. Hal itu dikarenakan pola pikir anak tidak terkotak-kotak.

"Saya yakin dengan berjalannya waktu pasti akan berubah semuanya, karena ini tidak menyangkut tentang dapat diterapkan di daerah atau khusus perkotaan," ujar Dewi.

Dewi berharap dengan penghapusan jurusan di kurikulum 2022 tidak ada lagi kasta dalam jurusan di SMA. Menurutnya semua jurusan dan bidang ilmu baik dan saling berkaitan satu sama lain.




(atj/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads