"Kami senang dapat mengirimkan data (hasil uji klinis mengenai vaksin) pada pihak berwenang untuk kelompok anak-anak usia sekolah tersebut sebelum musim dingin datang," kata Dr. Ugur Sahin, CEO dan Co-Founder perusahaan imunoterapi BioNTech dalam laman Pfizer, Senin (20/9/2021) waktu setempat.
Ugur mengatakan, hasil uji klinis mendapati keamanan dan kemampuan vaksin Pfizer tersebut untuk memicu respons imun anak usia 5-11 tahun dengan dosis lebih rendah rupanya sama baiknya dengan pemberian vaksin Pfizer untuk usia 16-25 tahun ke atas dengan dosis lebih tinggi.
Ia menjelaskan, uji klinis Phase 2/3 dilaksanakan pada 2.268 partisipan anak usia 5-11 tahun dengan dosis 10 mikrogram sepertiga dari dosis vaksin usia 16-25 tahun. Pemberian vaksin dilakukan sebanyak 2 dosis dengan jarak pemberian 21 hari.
Ugur mengatakan, respons imun anak usia 5-11 tahun tampak menguat satu bulan setelah pemberian vaksin Pfizer dosis kedua.
Dikutip dari laman Pfizer, uji klinis Phase 1/2/3 semula mengikutkan sebanyak 4,500 anak usia 6 bulan-11 tahun di Amerika Serikat, Finlandia, Polandia, dan Spanyol.
Uji klinis tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kemanan, tolerabilitas, dan dan imunigenisitas (kemampuan substansi memicu respons imun tubuh) dari vaksin Pfizer-BioNTech bernama Comirnaty ini pada tiga kelompok usia: 5-11 tahun, 2-5 tahun, dan 6 bulan-2 tahun.
Chairman dan CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan, hasil uji klinis vaksin tersbeut membantu proses perizinan pemberian vaksin untuk anak.
"Sejak Juli, kasus COVID-19 anak naik 240 persen di Amerika Serikat, menggarisbawahi pentingnya vaksinasi untuk kesehatan masyarakat. Hasil uji klinis ini memberikan dasar yang kuat untuk mengurus perizinan vaksin kami bagi anak usia 5-11 tahun, dan kami berencana untuk segera mendaftarkannya ke FDA dan pihak berwenang lain," kata Bourla.
(twu/pal)