UNICEF dan WHO Dorong Semua Sekolah di Indonesia Lakukan PTM, Begini Syaratnya

ADVERTISEMENT

UNICEF dan WHO Dorong Semua Sekolah di Indonesia Lakukan PTM, Begini Syaratnya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 15 Sep 2021 15:30 WIB
Sekolah tatap muka di Kudus
Foto: Dian Utoro Aji/detikcom
Jakarta -

Setelah hampir 18 bulan sekolah-sekolah di Indonesia ditutup dalam upaya menekan laju penularan COVID-19, UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong agar semua sekolah di seluruh Indonesia dibuka kembali.

UNICEF dan WHO menekankan agar sekolah menyiapkan segala hal dengan aman sehingga pembelajaran tatap muka (PTM) bisa dilanjutkan bagi semua anak sesegera mungkin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut data pemerintah, lebih dari 60 juta murid di Indonesia terdampak penutupan sekolah yang dilakukan pada bulan Maret 2020.

ADVERTISEMENT

"Saat ini, baru 39 persen sekolah yang telah kembali dibuka dan menyelenggarakan PTM secara terbatas sejak 6 September 2021, sejalan dengan panduan nasional dari pemerintah," kata UNICEF melalui keterangan tertulis, Rabu (15/9).

Dampak bagi anak

Sejak awal pandemi hingga kini, penutupan sekolah tidak hanya berdampak terhadap pembelajaran, tetapi juga terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak. Padahal tahap sekolah merupakan tahap penting perkembangan anak karena memiliki konsekuensi jangka panjang.

Dalam survei yang dilakukan baru-baru ini oleh Kementerian Kesehatan RI dan UNICEF, ditemukan bahwa 58 persen dari 4.374 puskesmas di 34 provinsi melaporkan kesulitan menyediakan layanan vaksinasi di sekolah.

Selain itu, anak di luar sekolah juga lebih berisiko menjadi korban eksploitasi ataupun kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Di Indonesia tercatat kenaikan angka perkawinan usia anak dan kekerasan yang memprihatinkan sejak pandemi bermula.

Bahkan di pengadilan-pengadilan agama, permohonan dispensasi nikah naik tiga kali lipat dari 23.126 pada tahun 2019 menjadi 64.211 pada tahun 2020.

Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai cara untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Meskipun sebagian di antaranya terbukti efektif, tak sedikit anak yang masih menghadapi hambatan signifikan dalam belajar.

"Bagi anak-anak, makna sekolah lebih dari sekadar ruang kelas. Sekolah adalah lingkungan tempat belajar, berteman, mendapatkan rasa aman, dan kesehatan," kata Perwakilan UNICEF Debora Comini.

Sementara itu, dalam sebuah survei yang dilakukan pada kuartal terakhir tahun 2020 di 34 provinsi dan 247 kabupaten/kota, lebih dari separuh (57,3 persen) rumah tangga dengan anak usia sekolah menyebutkan koneksi internet menjadi kendala utama.

Sekitar seperempat orang tua yang disurvei juga mengatakan mereka tidak memiliki waktu ataupun kemampuan untuk mendampingi anak melakukan pembelajaran jarak jauh. Sementara itu, tiga dari empat orang tua menyatakan khawatir bahwa anak akan mengalami kehilangan kompetensi.

"Semakin lama anak berada di luar sekolah, semakin lama pula mereka terputus dari bentuk-bentuk dukungan penting ini. Jadi, seiring dengan pelonggaran pembatasan mobilitas karena COVID-19, kita pun harus memprioritaskan pembukaan kembali sekolah dengan aman agar jutaan murid tidak perlu menanggung kerugian pembelajaran dan potensi diri seumur hidupnya.," ungkap Debora.

Hal apa saja yang harus diperhatikan oleh sekolah >>>

Hal yang harus diperhatikan sekolah

Adanya tingkat penularan varian Delta yang tinggi, UNICEF mengingatkan protokol kesehatan sangat penting ditegakkan untuk menurunkan penularan komunitas di semua lingkungan, termasuk lingkungan sekolah.

Di wilayah dengan angka kasus COVID-19 yang tinggi sekalipun, WHO juga menyarankan agar sekolah kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan. Sekolah harus menawarkan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak dibandingkan dengan keadaan di luar sekolah.

Terkait syarat bagi sekolah yang hendak membuka kembali pembelajaran tatap muka, WHO mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan.

"Saat hendak membuka kembali sekolah, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah cara menerapkan protokol kesehatan yang esensial, seperti menjaga jarak minimal satu meter dan memastikan murid dapat mencuci tangan dengan sabun dan air secara teratur. Namun, kita pun harus ingat bahwa sekolah tidak berada di ruang vakum. Sekolah adalah bagian dari masyarakat," ujar Dr. Paraneetharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia.

WHO juga menjelas, saat instansi memutuskan untuk kembali membuka sekolah, maka harus bisa memastikan penularan di masyarakat tempat sekolah berada juga dapat dikendalikan.

Adapun persiapan sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan kembali PTM di Indonesia, UNICEF dan WHO menyarankan tiga langkah prioritas sebagai berikut:

1. Mengadakan program dengan sasaran khusus untuk mengembalikan anak dan remaja ke sekolah dengan aman, tempat mereka dapat mengakses pelbagai layanan yang memenuhi kebutuhan belajar, kesehatan, kesejahteraan psikososial, dan kebutuhan lain dari anak.

2. Merancang program remedial atau program belajar tambahan untuk membantu murid mengejar pembelajaran yang hilang sambil membantu mereka memahami materi-materi baru.

3. Mendukung guru agar dapat mengatasi kehilangan pembelajaran, termasuk melalui teknologi digital.

Dengan tiga langkah tersebut, diharapkan bisa meminimalkan dampak penutupan sekolah yang berkepanjangan terhadap kehidupan seorang anak.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads