Demi menekan dampak learning loss pada anak, Kemendikbudristek berencana menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada Juli mendatang. PTM terbatas juga telah dilaksanakan di berbagai negara di dunia termasuk Australia, Amerika, dan Inggris.
Ade Dwi Utami orang Indonesia yang tinggal di Australia menceritakan jika PTM terbatas di Australia dilakukan secara ketat dan cermat.
"Selama setahun ini Melbourne agak up and down. Tahun lalu benar-benar sekolah ditutup, sama sekali tidak ada kegiatan pendidikan. Setelah itu sekolah dibuka perlahan, tapi sampai hari ini kondisinya masih online. Nah besok sudah diberlakukan sekolah tatap muka. Jadi di sini sih tergantung situasi, kalau misalnya kondisinya mengkhawatirkan atau berbahaya mereka langsung tutup sekolah," papar Ade dalam laman Direktorat SD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dwi, PTM terbatas yang dilakukan di Australia bertujuan untuk mengurangi kejenuhan pada anak dan berbasis project based learning. Ade juga beranggapan pembelajaran pada saat PTM kembali pada kemampuan guru masing-masing.
Sedangkan menurut kisah Ana orang asal Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat bercerita jika PTM sudah dilaksanakan sejak Januari 2021. Ana juga menerangkan jika di AS, orang tua diberikan opsi ingin melakukan pembelajaran daring atau sekolah tatap muka.
Pelaksanaan PTM dilakukan setiap hari kecuali hari Rabu. Hari Rabu melakukan pembelajaran jarak jauh.
"Nah, hari rabu itu digunakan untuk pihak sekolah melakukan pembersihan terhadap kelas yang sudah dipakai hari kemarin. Saya dan suami sebagai orang tua sepakat memutuskan anak kami ikut sekolah tatap muka," ujar Ana.
Lebih lanjut Ana juga mengatakan jika di sekolah anaknya, prokes sangatlah ketat. Pihak sekolah juga kerap melakukan survei untuk menanyakan perkembangan kondisi anak.
"Di sini sekolah tatap muka itu harus full pakai masker. Anak saya ke sekolah naik bus, jadi mereka yang memilih sekolah tatap muka dilengkapi name tag yang isinya semacam daftar periksa. Misal, kondisi anak harus dicek apakah dia demam atau flu, atau ada keluhan lain. Sebelum anak sekolah kita harus cek dan orang tua harus memberikan tanda tangan di name tag tersebut dan anak pun boleh berangkat ke sekolah," papar Ana.
Tidak hanya di sekolah, para supir bus juga melakukan pengecekan prokes secara ketat. Selain itu para guru juga memberikan pendampingan belajar dari aplikasi agar orang tua mudah melakukan pemantauan.
"Tapi yang paling menarik yang saya lihat mereka tidak memaksakan anaknya harus bisa setiap kali dikasih tugas. Selain itu anak-anak juga selalu dikasih pilihan, kamu bisa mengerjakan ini kalau misalnya mereka mau. Guru-guru juga memberikan rentang waktu yang cukup lama untuk murid-muridnya menyelesaikan tugas. Dan apabila ada kesulitan guru memberikan waktu khusus untuk diskusi," ujar Ana.
Sementara itu menurut Yohan Rubiyantoro, orang tua dan mahasiswa di Inggris juga menyampaikan kesamaan PTM yang dilaksanakan di Inggris.
Yohan bercerita jika tanggal 1 Juni 2020 lockdown sudah dibuka dan sekolah diperbolehkan melakukan PTM. Akan tetapi pada bulan September 2020 tiba-tiba ada varian Covid-19 baru sehingga kasus pun melonjak tajam menyampai satu juta kasus. Pada akhir tahun 2020 lalu pemerintah Inggris menutup kembali sekolah.
"Jadi bulan Januari 2021 Inggris lockdown lagi. Baru kemudian pada 8 Maret 2021 sekolah sudah dibuka sampai saat ini," ujar Yohan.
Yohan juga menyampaikan terdapat kisah menarik dari PTM di Inggris. Di bulan September tahun lalu ketika Inggris memutuskan pertama kali memulai sekolah tatap muka, sekolah di kota tempatnya tinggal baru satu minggu dibuka ada dua sekolah lainnya yang ditutup kembali.
Karena ada guru yang terpapar Covid-19. Satu bulan setelah sekolah dibuka itu ada sekitar 68 sekolah yang ditutup kembali karena ada guru ataupun warga sekolah yang terpapar Covid-19.
Selain itu PTM di Inggris juga menetapkan jam masuk dan pulang yang berbeda dari tiap kelas. Hal ini bertujuan agar para siswa dan orang tua murid tidak berkerumun. Di sekolah Inggris juga diberikan prosedur untuk antar jemput.
"Ada satu hal yang menarik dimana alat tulis sudah disiapkan oleh pihak sekolah. Jadi tiap anak mendapat 1 bungkus perlengkapan alat tulis. Kemudian untuk area-area yang biasa digunakan oleh anak-anak seperti keran dan gagang pintu itu dibersihkan oleh sekolah secara rutin. Inggris juga menggunakan sistem belajar kelompok," jelas Yohan.
Peraturan PTM di Inggris bertujuan agar menekan penyebaran Covid-19 kluster sekolah.
(lus/lus)