Seluruh SD dan SMP di Boyolali Sudah Gelar Sekolah Tatap Muka

ADVERTISEMENT

Seluruh SD dan SMP di Boyolali Sudah Gelar Sekolah Tatap Muka

Ragil Ajiyanto - detikEdu
Selasa, 25 Mei 2021 17:45 WIB
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali, Darmanto.
Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom/Seluruh SD dan SMP di Boyolali Sudah Gelar Sekolah Tatap Muka
Boyolali -

Semua Sekolah Dasar (SD) dan SMP di Boyolali, saat ini sudah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) dengan protokol kesehatan ketat untuk mencegah penularan virus Corona atau COVID-19. PTM dilakukan untuk tumbuh kembang anak.

"Iya, SD dan SMP sudah semua (PTM)," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Darmanto, Selasa (25/5/2021).

Dalam pelaksanaan PTM ini, kata Darmanto, sekolah tetap harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk ini, pihaknya menyaratkan protokol kesehatan harus dilaksanakan ketat. Semua guru juga harus mendapatkan vaksin COVID-19, dua periode.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Prinsipnya itu dua. Satu, keselamatan dan kesehatan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Yang kedua, tumbuh kembang anak. Nah, keselamatan dan kesehatan ini protokol kesehatan zero toleransi, kemudian vaksin (bagi semua guru)," jelasnya.

Dikemukakan Darmanto, syarat untuk sekolah bisa menyelenggarakan sekolah tatap muka antara lain, sekolah tersebut berada di zona hijau Corona. Kemudian, gurunya juga sudah mendapatkan vaksinasi Corona.

ADVERTISEMENT

Kemudian terkait tumbuh kembang anak, lanjut dia, maka para siswa SD dan SMP tersebut harus mendapatkan pendampingan dari para guru. Para siswa SD dan SMP masih merupakan anak-anak yang pembelajarannya harus mendapatkan pendampingan.

"Tumbuh kembang anak, ini perlu pendampingan. Sementara hanya sekian persen orang tua siswa itu yang mampu mendampingi anaknya untuk tumbuh kembang. Sehingga peran guru itu sangat dominan. Itulah hakikatnya kenapa kita harus PTM. PTM terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat," ujar dia.

Pelaksanaan ini berbeda dengan siswa SMA/SMK yang berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi. Pasalnya, anak SMA/SMK dinilai sudah mau memasuki usia dewasa sehingga pembelajaran secara daring bisa lebih maksimal.

Syarat lain, para siswa khususnya yang muridnya banyak, tidak masuk bersamaan secara sekaligus. Namun, kelas dibagi dengan kuota maksimal 50% dan waktu pembelajaran hanya tiga jam tanpa istirahat. Sehingga pembelajaran bisa dilakukan secara bergantian.

Sementara itu, sekolah yang jumlah siswanya hanya berjumlah belasan bisa melaksanakan sekolah tatap muka setiap hari.


"Ada yang separuh pagi separuh siang, ada yang hari Senin, hari Selasa ganti-ganti. Pengelolaan kami serahkan kepada teman-teman sekolah. Yang penting protokol kesehatan terpenuhi," tutup Darmanto.




(pay/pay)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads