Sebanyak 17 grup siswi SMA akan mewakili Indonesia dalam lomba membuat aplikasi di ajang internasional Technovation Girls Challenge pada Mei mendatang. Grup tersebut sebelumnya telah berkontribusi dalam kompetisi Technovation Girls Challenge Indonesia.
Technovation Girls Challenge sendiri adalah kompetisi tahunan dari organisasi nirlaba pendidikan di Amerika Serikat, Technovation Girls. Kompetisi internasional ini terbuka bagi seluruh siswi SMA, mulai dari usia 15 tahun hingga 18 tahun untuk mengidentifikasi masalah yang ada di sekitar lingkungan dan membangun solusi kreatif melalui aplikasi seluler.
![]() |
Sebagai persiapan, 17 grup mendapat pendampingan eksklusif dari 32 mentor. Pembinaan yang diinisiasi oleh Women in Tech Indonesia dan Society of Women Engineers (SWE) Jakarta ini dilakukan selama enam bulan untuk memperkenalkan dunia teknologi serta bisnis dalam membuat aplikasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama 6 bulan, peserta diperkenalkan kepada dunia teknologi dan bisnis sebagai dasar membangun aplikasi serta rencana bisnis sederhana. Peserta dan mentor mendapat kesempatan untuk mengikuti acara workshop bersama dengan para ahli di bidang teknologi dan bisnis," ungkap Founder dari Women in Tech Indonesia Tessa Wijaya.
Tessa mengungkapkan perasaan bangganya kepada 17 grup yang akan mewakili Indonesia dalam ajang internasional tersebut. Sebab, hal itu membuktikan wanita Indonesia bisa maju di bidang apapun, termasuk teknologi dan bisnis.
"Saya sangat bangga dapat bertemu dengan perempuan muda hebat sepanjang perjalanan Technovation Girls Challenge Indonesia. Saya selalu mendukung perempuan Indonesia untuk bergerak di bidang teknologi, baik sebagai insinyur maupun di bidang bisnis. Sebagai perempuan, saya percaya bahwa kita juga dapat melakukan hal besar. Terus semangat dalam mencari peluang untuk tumbuh dan berkembang," ungkapnya.
Salah satu grup pemenang dalam kompetisi Technovation Girls Challenge Indonesia adalah Thriving 5 dengan aplikasi bernama Biophilia. Biophilia sendiri adalah sebuah perusahaan sosial yang bertujuan meminimalisir penggunaan plastik yang berlebihan oleh konsumen dengan memberikan diskon kepada konsumen yang membawa peralatan belanja sendiri.
Menurut salah satu pembuat aplikasi Biophilia, Jocelyn Alycia Ang ia harus membagi waktu antar membuat aplikasi dan mengerjakan tugas sekolah. Ide membuat aplikasi itu bahkan ditemukan saat berdiskusi dengan tim mengenai perubahan iklim yang terjadi saat ini.
"Pengalaman paling berkesan selama kompetisi ini adalah kerja sama tim yang kami lalui, di mana kami harus membagi waktu antara membangun aplikasi Biophilia dan juga mengerjakan tugas sekolah. Kami menyadari pentingnya komunikasi yang baik antar anggota agar dapat meraih tujuan bersama. Melalui diskusi tim, kami melihat isu perubahan iklim memiliki dampak yang besar kepada seluruh makhluk hidup di dunia. Oleh karena itu, kami berjuang membangun aplikasi Biophilia hingga akhir kompetisi," ungkap Joclyn.
Sementara itu, pendampingan untuk lolos kompetisi internasional Technovation Girls Challenge dilakukan Women in Tech Indonesia dan Society of Women Engineers Jakarta karena angka partisipasi dari Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Untuk itu, mereka ingin meningkatkan minat dan rasa percaya diri siswi-siswi SMA dalam mengikuti kompetisi internasional tersebut.
"Bersama dengan Women in Tech Indonesia, kami ingin membawa lebih banyak perempuan Indonesia di bidang teknologi. Dunia berubah dengan cepat. Kami bertekad untuk terus memberikan dukungan dan bimbingan kepada generasi muda yang akan merasakan manfaat atau dampak dari perubahan tersebut," terang Vice President SWE Jakarta Jane Nawilis.
(pay/erd)