Niat tiga siswi SMA Negeri 38 Jakarta menghapus stigma edukasi seksual yang masih dianggap tabu bagi sebagian besar masyarakat membuat mereka menciptakan sebuah game atau permainan berbentuk board game yang dinamakan Lucid.
Lucid diambil dari bahasa Inggris bersinonim dengan clear, artinya jernih. "Ini sejalan dengan dengan tujuan kita untuk menjernihkan stigma edukasi seksual di masyarakat," ujar Davina Davina Paulina Valerie Hutapea, salah satu anggota tim SMAN 38 Jakarta, pada detikEdu, Selasa (30/3/2021).
Board game Lucid dikemas dalam pouch yang menarik. Isinya dilengkapi dengan papan yang terbuat dari kain serta dua buah pion serta kode QR. Kode QR ini kemudian dapat digunakan untuk mengunduh aplikasi pendamping berbasis android Lucid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di board game itu biasanya ada dadu lalu buku aturan. Di Lucid kita masukkan itu semua dalam aplikasi. Aplikasi ini eksklusif. Hanya orang yang beli bisa dapat QR Code untuk gamenya. Jadi benar-benar reduce waste dan biaya produksinya jadi berkurang banget," ujar Rachel Jelita Putri Wendyansah.
Lucid tidak murni 100 persen menggunakan teknologi. Rachel menyebut bentuk fisik "papan" sengaja dipertahankan. Alasannya agar Lucid bisa menjadi game yang dimainkan bersama-sama seluruh anggota keluarga terutama remaja dan orang tua.
"Dengan adanya bentuk fisik, permainan ini bisa dilakukan bermain sambil ngobrol. Biar ada interaksi. Tujuan kita membikin Lucid ini memang untuk mengurangi ketabuan dalam membicarakan edukasi seksual di kalangan keluarga," kata Rachel.
Topik edukasi seksual tersebut contohnya seperti pada soal trivia Lucid, "What is the average age of going through puberty?". Soal ini diberi jawaban, "Ages 9 to 16, during your teenage years, your body will go through several changes as you become an adult. This body development is called puberty."
Sementara pertanyaan dalam permainan True or False, "Catcalling is a form of sexual harassment?". Jawaban untuk soal ini, "True, catcalling is not cute, funny, ot complimenting. It's degrading, demeaning, and disgusting."
Lucid berhasil membuat Rachel, Davina, dan Dewa Ayu Maria Ruliana Gautama yang tergabung dalam Kelompok Ilmiah Remaja SMA Negeri 38 Jakarta ini meraih emas dalam ajang National Applied Science Project Olympiad (NASPO) 2020 kategori entrepreneur.
Proyek mereka ini kemudian dibiayai penuh oleh Indonesian Young Scientist Association untuk diikutkan dalam kompetisi internasional ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021.
"Untuk proyek yang diikutkan di AISEEF 2021 kami lakukan penambahan beberapa fitur di aplikasinya," ujar Maria.
Pada kompetisi ini proyek mereka pun bisa menyabet medali emas. Sejajar dengan raihan tim dari sejumlah perguruan tinggi ternama seperti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan Universitas Brawijaya Malang. Lucid bahkan memperoleh special award dari Malaysia Innovation Invention Creativity Association (MIICA).
Rachel dan timnya, menyebutkan masih akan terus menyempurnakan Lucid termasuk menambah sejumlah fitur dan menyediakan aplikasi tersebut untuk sistem operasi iOS. Karena menurut mereka penelitian itu tidak pernah selesai. Celah untuk perubahan merupakan sebuah keniscayaan.
Kepala Sekolah SMA Negeri 38 Jakarta Wilin Murtanti, M.Pd menyampaikan kegiatan ilmiah memang jadi salah satu ikon sekolah yang dipimpinnya. "Kami juga melibatkan sejumlah alumni untuk membantu," ujarnya pada detikEdu.
(pal/erd)