Kesantunan Pelajar dan Mahasiswa di Era Disrupsi Digital Menjadi Sorotan

ADVERTISEMENT

Kesantunan Pelajar dan Mahasiswa di Era Disrupsi Digital Menjadi Sorotan

Tim detikcom - detikEdu
Sabtu, 03 Apr 2021 09:52 WIB
ilustrasi smarphone di kelas sekolah
Kesantunan Pelajar dan Mahasiswa di Era Disrupsi Digital Menjadi Sorotan (Ilustrasi Foto: Unspslah)
Jakarta -

Pada Rabu , 31 Maret 2021 pekan lalu Pusat Penelitian Kebijakan Kementerian Pendidikan menggelar sebuah Webinar Diskusi Kebijakan Tematik dengan mengambil tema, "Krisis Kesantunan dan Pemanfaatan Media Digital pada Pelajar dan Mahasiswa." Latar belakang kegiatan ini adalah adanya dampak disrupsi digital di dunia pendidikan yang salah satunya terkait kesantunan pelajar dan mahasiswa dalam memanfaatkan media digital.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Plt Kepala Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbangbuk, Kemendikbud, Irsyad Zamjani mengatakan berdasar hasil survei Microsoft di Asia Pasifik, tingkat kesantunan digital (digital civility) masyarakat Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara. Memang hasil survei ini sangat debatable. Di media massa dan media sosial hasil survei ini menjadi pro dan kontra.

"Tetapi kita dapat mengambil sebagai bahan masukan, terutama untuk memperkuat pendidikan karakter dalam konteks kebijakan di Kemendikbud," kata Irsyad Zamjani seperti dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

Menurut dia saat ini media sosial seperti sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari masyarakat Indonesia, termasuk pelajar dan mahasiswa. Sehingga kesantunan dalam memanfaatkan media digital, khususnya media sosial perlu ditekankan dalam pendidikan karakter, terutama di zaman digital saat ini. Diharapkan setelah acara Webinar ini, kesantunan pelajar dan mahasiswa dalam memanfaatkan media teknologi bisa ditingkatkan.

ADVERTISEMENT

Pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukaan (Balitbangbuk), Totok Suprayitno dalam sambutannya mengatakan masalah kesantunan dan karakter pelajar perlu mendapatkan penanganan yang serius di era disrupsi digital.

"Isu kesantunan dan karakter ini saya kira juga bagian dari disrupsi digital, bahkan bisa menjadi sangat permanen dan fundamental sehingga sangat penting menjadi bagian dari program pendidikan kita," kata Totok seperti dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

Elemen inti dari pendidikan, Totok melanjutkan, adalah karakter. Dia merujuk pada sebuah kutipan yang sangat terkenal, 'education without character is not education at all'. Sehingga ketika pendidikan tersebut disruptip, namun dianggap tidak ada, maka itu bisa menjadi sebuah kesalahan besar.

Totok menambahkan, semestinya ada pijakan yang jelas terkait sebuah perubahan sistem nilai dalam hal kesopanan, baik atau tidak. Apalagi Indonesia sangat kental dengan keragaman adat dan budaya. Seorang pelajar, mahasiswa boleh saja mengglobal, mendunia, bergaul dengan siapa pun. Namun sudah seharusnya tetap tidak boleh melupakan untuk senantiasa berpijak pada nilai-nilai ke-Indonesiaan.

Disrupsi digital tidak boleh menghilangkan ciri dan karakter budaya bangsa Indonesia. "Jangan terbawa arus apalagi yang negatif," Totok mengingatkan.




(erd/erd)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads