Cerita Mendikti ke Kampung CEO Google di India, Ada Mahasiswa Nyeker Saat Kuliah

ADVERTISEMENT

Cerita Mendikti ke Kampung CEO Google di India, Ada Mahasiswa Nyeker Saat Kuliah

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 20 Des 2025 19:00 WIB
Cerita Mendikti ke Kampung CEO Google di India, Ada Mahasiswa Nyeker Saat Kuliah
Foto: (Madurai Kamaraj University)
Jakarta -

Keterbatasan dan kondisi saat ini belum tentu menentukan masa depan seseorang. Hal ini dipegang teguh oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto.

Ungkapan itu semakin mengenai hatinya ketika, Brian mengunjungi India. Ia bercerita saat kegiatan 'visiting professor', Brian berkesempatan datang ke kampus Madurai Kamaraj University di Tamil Nadu, India.

Kunjungan itu sempat menganggetkannya karena mahasiswa di sana tidak memakai sendal atau sepatu untuk datang ke kampus. Dengan begitu mereka bertelanjang kaki atau disebut Brian dengan 'nyeker'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pernah datang ke Madurai Kamaraj di India. Itu nama kampus ya, Madurai Kamaraj di Tamil Nadu. Di kota itu saya jadi visiting professor. Saya datang, dan yang mengejutkan saya adalah mahasiswa di sana datang ke kampus itu tidak pakai sendal, tidak pakai sepatu juga. Jadi nyeker sebagiannya," katanya dalam acara Repertoar Sains dan Teknologi di Gedung D Kemdiktisaintek, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (20/12/2025).

Mendikti Brian YuliartoMendikti Brian Yuliarto Foto: (Devita Savitri/detikcom)

Meskipun tidak menggunakan alas kaki, Brian takjub dengan semangat mahasiswa India. Salah satu sosok yang terkenal dari Tamil Nadu, adalah CEO Google, yakni Sundar Pichai. Pichai diketahui lahir di Madurai, Tamil Nadu, India.

ADVERTISEMENT

Keterbatasan Bukan Alasan Berinovasi

Brian menggambarkan Sundar Pichai adalah sosok yang sangat mengaggumkan. Sebagai CEO Google, ia memiliki gaji sebesar Rp 300 miliar.

"Sundar Pichai kalau tahu sekali, tahun 2024, tahun 2023 saya lupa, gajinya satu bulan itu Rp 300 miliar. So amazing person. Saya begitu baca, ini seseorang, ada perusahaan berkenan menggaji Rp 300 miliar per bulan. Saya penasaran, orang ini seperti apa ya? Sampai ada sebuah perusahaan, mau menggaji Rp 300 miliar, kompensasi, gaji Rp 300 miliar," cerita Brian.

Fakta yang mengejutkan lainnya adalah Sundar Pichai berasal dari Tamil Nadu. Menurutnya wilayah itu tidak jauh berbeda dengan Indonesia, bahkan Indonesia bagi Brian jauh lebih maju di beberapa bidang.

Berangkat dari hal ini, Brian percaya bila kondisi seseorang hari ini tidak akan memberikan pengaruh apa pun terhadap masa depan. Keterbatasan menjadi sebuah hambatan yang harus dilalui dan bukan jadi alasan untuk berinovasi.

"Jadi saya selalu percaya, bahwa kondisi kita hari ini, itu sama sekali tidak mempengaruhi apa pun terhadap masa depan. Jadi Bapak-Ibu sekalian, yang masih punya keterbatasan, jangan khawatir. Keterbatasan itu sama sekali tidak memberikan atau mempengaruhi ke depan Bapak-Ibu ini akan seperti apa," bebernya.

Berikan Pendanaan untuk Inovasi Berbasis Kebutuhan Lokal

Kemdiktisaintek tengah menaruh perhatian pada riset lokal yang bisa berdampak di masyarakat. Kementerian tengah mendorong dosen-dosen dari perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) untuk membuat sebuah karya yang bisa jadi jawaban permasalahan masyarakat sekitar.

"Seperti teknologi membuat garam, bagaimana ada tadi pewarna dari bahan natural alami. Kemudian juga bagaimana pengembangan kapal nelayan listrik.Jadi ini karya-karya yang inovatif, yang beriringan dengan kondisi lokal yang ada," paparnya.

Dalam acara Repertoar Sains dan Teknologi dipamerkan 137 inovasi semesta yang diciptakan melalui penelitian berbagai skema milik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Ditjen Diktisaintek).

Bagi Brian, 137 inovasi yang ada merupakan artefak kedaulatan berpikir dan jadi bukti bila Indonesia bisa membangun inovasi dan teknologi. Memang, perjalanan untuk membangun inovasi ini tidak selalu mudah dan jauh dari sorot kamera serta apresiasi.

"Saya sering melihat dan bertemu teman-teman saya di berbagai kampus, ketika saya datang, mereka secara tekun, tanpa keinginan untuk viral, untuk digital, tapi mereka adalah orang-orang yang terus membangun negerinya, terus mengajarkan kepada para mahasiswa bagaimana arti memberi dampak dengan keilmuwan dan teknologi," paparnya.

Tantangan Kemdiktisaintek ke depan adalah membawa karya-karya inovasi ini menjadi produk komersial. Proses ini tidak mudah bahkan kerap dikenal dengan 'death of talent' atau 'lembah kematian'.

"Begitu banyak orang bisa membuat prototype, tapi hanya segelintir yang bisa mengantarkan prototype itu menjadi komersial produk. Ini yang jadi tantangan kita," jelas Brian.

Ketika suatu produk bisa menjadi komersil, dampak yang diberikan akan sangat besar. Untuk itu, Brian menyemangati para peneliti agar terus memciptakan karya yang lebih besar.

"Mari kita terus lanjutkan pekerjaan kita, mari kita terus bekerja dan melihat karya besar, mencapai karya besar itu masih menanti kita semua. Saya yakin berbagai kreativitas, inovasi, itu sudah luar biasa tapi tantangan ke depan juga masih tidak ringan," tandasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Bos Google Wanti-wanti Risiko Besar Jika Euforia AI Selesai"
[Gambas:Video 20detik]
(det/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads