Kenapa PTS Sering Dianggap Kurang Favorit? Ini Faktanya

ADVERTISEMENT

Kenapa PTS Sering Dianggap Kurang Favorit? Ini Faktanya

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 06 Jul 2025 15:00 WIB
A picture of a man holding a graduation hat
Ilustrasi kuliah. Foto: Getty Images/iStockphoto/Chaichan Pramjit
Jakarta - Lembaga pendidikan swasta hadir sejak sangat lama di Indonesia. Para tokoh bangsa kitalah yang melahirkan poros-poros belajar tersebut.

Seperti dikatakan dalam artikel bertajuk "Peranan Lembaga Swasta untuk Pendidikan Nasional Berkelanjutan" dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Mei 2001 Jilid 8 Nomor 2 oleh HM Saleh Marzuki, dalam sejarah Indonesia, lembaga pendidikan yang berjuang pertama mencerdaskan kehidupan bangsa bukanlah lembaga pemerintah, tetapi justru lembaga nonpemerintah yang didirikan anggota masyarakat.

Secara historis lembaga pendidikan yang dimaksud HM Saleh Marzuki adalah pondok pesantren, Taman Siswa, Muhammadiyah, Perguruan Taman Pendidikan Syafei di Sumatera Barat, dan sebagainya. Dalam tulisan ini juga ditegaskan PTS telah lama menjadi fondasi sustainabilitas pendidikan nasional.

Namun, tak jarang lembaga pendidikan swasta khususnya perguruan tinggi swasta (PTS) dijadikan pilihan kedua. Padahal, ada banyak universitas swasta yang masuk dalam jajaran kampus terbaik di Indonesia.

Sebagai contoh dalam daftar universitas terbaik di Indonesia versi Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR) 2026, ada Binus University; Telkom University; Itenas Bandung; Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; Universitas Trisakti; hingga Unika Atma Jaya yang berhasil masuk dalam 20 besar.

Kenapa PTS Sering Dianggap Kurang Favorit?

Biaya merupakan salah satu alasan yang kerap didengar ketika seseorang mengungkap alasan tidak masuk PTS. Biaya perkuliahan di PTS kerap dianggap lebih mahal dibandingkan perguruan tinggi negeri (PTN).

Anggapan demikian khususnya karena PTN memiliki dua jalur masuk serentak yakni Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes). Sementara, PTS-PTS di Indonesia sebenarnya memiliki rentang biaya kuliah dan pilihan beasiswa. KIP Kuliah juga tak mengecualikan PTS.

Sebagai salah satu contoh di Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), biaya kuliah per semester program sarjana adalah Rp 2.980.000. Khusus prodi manajemen, ilmu komunikasi, sistem informasi, teknologi informasi, dan informatika biaya kuliahnya ditambah Rp 500.000.

Sementara, beasiswa selain KIP Kuliah juga banyak tersedia di kampus-kampus swasta. Sebagai contoh di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jogja ada banyak jenis beasiswa, seperti Beasiswa Ketahanan Pangan hingga Beasiswa Talenta Digital.

Negara Tak Bisa Sendirian Membangun Pendidikan

Faktanya, negara tidak bisa sendirian membangun pendidikan. Kemitraan pemerintah dan swasta dalam sektor pendidikan juga sudah banyak diterapkan di banyak negara.

Menurut Dosen Pascasarjana Universitas Budiluhur Jakarta, Dr Salman Habeahan seperti seperti dikutip dari situs resmi Kemenag, di banyak negara, pihak swasta memberi kontribusi besar di bidang pendidikan. Ia menjelaskan menurut Patrinos (2009:2), partisipasi swasta dalam pendidikan meningkat secara drastis selama dua dekade di seluruh dunia dan melayani seluruh kelompok masyarakat mulai dari keluarga yang berpenghasilan tinggi hingga rendah.

Jumlah PTS di Indonesia juga mendominasi pendidikan tinggi. Berdasarkan data Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kemdiktisaintek yang dilihat pada Minggu (6/7/2025), jumlah PTS di Indonesia ada 4.559, berkali-kali lipat dari PTN yang berjumlah 128.

Maka dari itu, PTS menyumbang angka partisipasi kasar perguruan tinggi (APK PT) yang besar di Indonesia. Hal ini juga sempat disinggung dalam tulisan yang dimuat di Universitas Islam Indonesia (UII). Pada tulisan tersebut dijelaskan PTS berandil lebih besar terhadap APK PT di Indonesia, dibanding PTN.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads