Peluang kuliah di luar negeri bagi calon mahasiswa asal Indonesia dibuka berbagai kampus mancanegara. Apa kelebihan kuliah di luar negeri ketimbang di Tanah Air?
Alumnus Columbia University, Amerika Serikat Fathia Fairuza menuturkan ada berbagai peluang mengembangkan diri, kemampuan akademik, dan membangun portofolio yang ia peroleh selama studi di New York saat S2 dan di Jepang saat S1.
Semasa S2, alumnus Human Right Studies di Columbia University AS ini berkesempatan magang di United Nation (UN) Headquarter atau Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau aku kuliah di Indonesia, belum tentu aku diterima karena mungkin pertimbangan cost-nya dan lainnya untuk kerja di New York," tuturnya dalam Times Higher Education (THE) Talk Global Study Fair di Pullman Jakarta Central Park, Podomoro City, Jakarta, Sabtu (2/3/2024).
Ikut Konferensi Ilmiah
Untuk memaksimalkan peluang pengembangan akademik dan jejaringnya di luar negeri, Fathia juga aktif mengikuti konferensi ilmiah yamg digelar di sana.
"Kalau tidak kuliah di sana, mungkin akan menghadapi hambatan uang, visa, tiket mahal. Jadi di sana aku maksimalkan kesempatan yang nggak bisa aku dapat di Indonesia," ucapnya.
Peluang Volunteer
Sedangkan saat S1, alumnus Hubungan Internasional, Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) Jepang ini berkesempatan menjadi volunteer Piala Dunia.
"Mungkin kesempatan ini tidak dapat aku peroleh kalau tidak kuliah di sana; bisa jadi volunteer ajang sepakbola dunia," kata mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang ini.
Awardee beasiswa LPDP ini menuturkan peluangnya bekerja sama dengan sesama penerima beasiswa LPDP lewat komunitas Mata Garuda ini juga terbuka selepas lulus dari kampus luar negeri.
"Setelah lulus, kamu ada proyek atau kerjaan, bisa mengajak teman-teman juga di sana dan mendiskusikannya, karena ada peluang ketemu teman yang minatnya sama," ucapnya.
"Jadi maksimalkan kesempatan itu, belum tentu semua orang dapat kesempatan itu," imbuhnya.
Belajar Toleransi dan Budaya
Alumnus University of Melbourne (Unimelb) Raissa Almira menuturkan, kuliah di Australia juga membuka matanya untuk mengenal budaya teman-temannya yang berasal dari Australia, Cina, hingga India. Bersentuhan dengan budaya beragam baginya mengasah toleransi.
"Melbourne seperti Jakarta, banyak orang Indonesianya. Saatnya keluar dari zona nyaman dan berkenalan dengan teman-teman, belajar open minded pada budaya mereka," tuturnya.
"Dan sempat ada gempa Bumi di Bandung, kampus sampai menanyai mahasiswa asal Indonesia. Bagaimana kabar keluarga di Indonesia, bagaimana kondisi kita, dan menginformasikan lewat email tentang support buat mahasiswa jika dibutuhkan. Mereka sangat berempati dan peduli," imbuh Raissa
Mengenalkan Indonesia
Alumnus College of Social Sciences, University of Glasgow, UK Solah Ayubi di sisi lain menuturkan kuliah di luar negeri juga membuka peluang untuk mengenalkan Indonesia ke mata dunia. Ia bercerita, berpakaian batik dan bertukar budaya menjadi salah satu kebiasaannya saat kuliah.
"Pakai batik. Oh, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di luar negeri itu beda rasanya," tuturnya.
Senada dengan Solah, Fathia pun mengenalkan budaya Indonesia pada teman-teman kuliahnya. Saat di Jepang, ia mengajarkan tari tradisional Betawi pada teman-teman kuliahnya.
"Jadi nggak hanya diajarkan, tetapi sampai bisa tampil di depan umum," tuturnya.
(twu/nwy)