Pembelajaran berbasis digital yang digagas oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperoleh penghargaan dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO.
Mengutip laman Dikti Kemdikbud, penghargaan ini diberikan dalam acara UNESCO-ICHEI Higher Education Digitalization Pioneer Case Award, di Shenzhen, China. ITS bersaing dengan 131 perguruan tinggi dari 42 negara.
Penghargaan ini didapatkan atas upaya ITS dalam membangun aktivitas pengembangan pembelajaran berbasis digital sejak masa pandemi Covid-19 (2020-2022) dengan tajuk "Intelligent Learning and Smart Campus".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program tersebut dikoordinir langsung oleh Wakil Rektor I, Prof Adi Soeprijanto dengan anggota Bagus Jati Santoso, Ph D, Prof Heri Kuswanto, Prof Siti Machmudah, Prof Aulia Siti Aisjah, dan Fadlilatul Taufany, Ph D.
Pembelajaran Berbasis Digital ITS
Menurut Rektor ITS, Prof Mochamad Ashari, pembelajaran berbasis digital ini telah dilakukan sejak awal pandemi.
"Waktu itu kami hampir mandek total. Aktivitas perkuliahan, manajemen, hingga proyek-proyek pembangunan infrastruktur semua terganggu. Bahkan dirinya beserta beberapa pejabat dan warga ITS, juga sempat terpapar virus Corona sehingga harus menjalani perawatan intensif dan isolasi di rumah sakit," ungkapnya, dikutip dari laman Dikti Kemdikbud, Selasa (12/12/2023).
Dalam penilaian, dewan juri memberikan apresiasi terhadap regulasi dan kesiapan infrastruktur pembelajaran daring ITS sebelum pandemi, insentif kuliah online, MOOC, iset flagship intelligent learning, hibah inovasi praktikum daring, dan lainnya.
myITS Classroom
Prof Mochamad Ashari mengatakan bahwa selama masa pandemi, ITS memiliki aplikasi bernama myITS Classroom yang memfasilitasi perkuliahan daring. Dosen hingga mahasiswa masuk ke dalam daftar di aplikasi tersebut sesuai dengan SIM akademik.
Selain itu, myITS Classroom menyediakan daftar kelas yang akan diikuti mahasiswa. Lewat aplikasi tersebut, mahasiswa mendapatkan link Zoom sehingga kelas dilakukan secara asynchronous yakni bisa dilakukan pada LMS (learning management system).
Dalam LMS, dosen menyiapkan materi kuliah dan mahasiswa dapat mengaksesnya kapan saja dan di mana saja secara fleksibel.
Walaupun kini meraih penghargaan, Rektor ITS mengatakan pembelajaran berbasis digital ITS ini juga menemui tantangannya pada masa pandemi.
Contohnya akses internet yang tidak stabil hingga perangkat mahasiswa yang kurang memadai.
"Waktu itu banyak terjadi perubahan dalam rencana kegiatan kampus. Sejumlah seminar, konferensi, kuliah tamu, dan event dihentikan atau ditunda. Sebagian kegiatan dialihkan secara virtual. Kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi mahasiswa diliburkan. Semua ini tentu berdampak pada pengembangan intelektual maupun sosial para mahasiswa," tuturnya.
Selain myITS Classroom, inovasi pembelajaran berbasis digital ITS lainnya yang lahir setelah adanya pandemi antara lain Tablet Merah Putih (Digits), Massive Open Online Courses - ITS, Praktikum Daring berbasis IOT - AR - VR, iProctor (Pengawas Ujian Berbasis AI), iAssesment (Ujian Dinamis Berbasis AI), RAISA (Robot Medis), iBoat, iCar, dan puluhan karya lainnya.
"Jika belakangan apa yang telah dilakukan itu mendapat pengakuan dari UNESCO, syukur alhamdulillah. Ini artinya apa yang kami lakukan telah mendapat pengakuan dari masyarakat baik Indonesia maupun dunia," ujar Rektor ITS.
(cyu/faz)