Peneliti Parenting: Kesuksesan Tidak Bergantung Prestise Kampus

ADVERTISEMENT

Peneliti Parenting: Kesuksesan Tidak Bergantung Prestise Kampus

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 18 Nov 2023 18:00 WIB
Diversity, education and graduation, happy students at university ceremony in garden with certificate. School, success and woman college graduate with diploma in graduation cap celebrate with friends
Foto: Getty Images/LumiNola
Jakarta -

Beban psikologis untuk dapat masuk perguruan tinggi terbaik tidak hanya dialami oleh para remaja di negara tertentu. Barangkali banyak remaja di Indonesia juga merasakan hal yang sama dengan remaja di Amerika Serikat.

Seorang peneliti parenting lulusan Universitas Harvard, Jennifer Breheny Wallace untuk itu memiliki gagasan yang berbeda. Menurutnya ada cara untuk membicarakan soal memilih kampus untuk melanjutkan studi dengan cara yang sehat.

Harus Maksimal, di Mana Saja Sekolahnya

Di rumahnya sendiri, Wallace dan suaminya berusaha mengurangi beban tekanan terhadap ketiga anaknya soal masuk perguruan tinggi. Mereka berdua mengingatkan kepada anak-anak mereka bahwa peringkat perguruan tinggi sifatnya adalah subjektif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, mereka menegaskan kepada para anak-anak mereka bahwa sukses dan kebahagiaan di masa depan tidak bergantung dengan di mana mereka bersekolah.

"Anda dapat menyelamatkan anak-anak Anda, dan diri Anda sendiri, dari stres dengan menghilangkan mitos bahwa prestise perguruan tinggi adalah rahasia kesuksesan," kata Wallace.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, tempat kuliah tidak lebih penting dari apa yang dilakukan seorang mahasiswa di kampus tersebut.

"Anda dapat, dan harus, memberi anak-anak Anda contoh nyata tentang orang-orang bahagia dan sukses yang tidak kuliah di perguruan tinggi yang amat selektif," ungkapnya.

Wallace berargumen, orang tua juga harus mengajarkan anak-anak mereka untuk memperoleh hasil maksimal dari pendidikan mereka, tak peduli di mana pun bersekolah.

Berdasarkan sebuah survei tahun 2014 oleh Gallup dan Purdue University terhadap 30.000 lulusan perguruan tinggi di Amerika Serikat, kesejahteraan di masa depan utamanya bergantung pada pengalaman selama berada di kampus. Hal itu dapat mencakup kegiatan ekstrakurikuler, magang, atau kegiatan mentoring yang membantu menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan.

Wallace dan suaminya pun berusaha membatasi diskusi terkait perguruan tinggi hanya satu jam selama akhir pekan, kecuali jika dia mengangkat topik tersebut. Ketika mereka mendiskusikan perguruan tinggi, Wallace mengatakan bahwa mereka mencoba untuk memusatkan pembicaraan bukan pada soal mencari sekolah dengan peringkat paling bergengsi.

Dia mengajukan pertanyaan seperti sekolah mana yang paling cocok dan di mana merasa dapat memberikan pengaruh di kampus. Hal ini mengubah diskusi kampus menjadi sesuatu yang tidak menimbulkan stres dan menyoroti faktor-faktor yang lebih akurat dalam memprediksi kesuksesan di masa depan dan kesejahteraan secara keseluruhan, jelas Wallace.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads