Payung hukum kebijakan tidak mewajibkan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa S1 baru dikeluarkan pertengahan Agustus 2023. Namun, sejumlah kampus ternyata sudah mengizinkan para mahasiswa menggunakan model tugas akhir selain skripsi sebelum Permendikbudristek 53 Tahun 2023 disahkan.
Rektor IPB University Prof Arif Satria mengatakan, mahasiswanya sudah mulai tidak wajib skripsi S1 sejak 2019. Arif menuturkan, tugas akhir tetap tidak ditiadakan bagi mahasiswa. Hanya saja, bentuknya tidak harus skripsi dan riset.
"Tugas akhir tetap ada, baik untuk business plan, laporan project lapang, atau untuk riset. Ini untuk yang S1 ya," terang Arif pada detikEdu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya Permendibudristek Nomor 53 Tahun 2023 yang mengatur tidak wajib skripsi lagi bagi mahasiswa menurutnya jadi payung resmi kebijakan skripsi di IPB University.
"Kebijakan Mas Menteri ini memayungi apa yang sudah kita lakukan sejak 2019. Di IPB, kami sudah sejak 2019 itu skripsi nggak wajib. Kami mulai di 2019, mahasiswa bisnis bikin business plan. Syukur-syukur kalau dia sudah menjalankan bisnis, itu nilainya jauh lebih dari sekadar tulisan. Kemudian bagi mahasiswa yang punya preferensi lain, bikin prototype dan lain sebagainya, monggo silakan," kata Arif dalam diskusi panel Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Perguruan Tinggi.
"IPB mendukung kebijakan tersebut karena cocok dengan apa yang selama ini dijalankan di IPB. Kebijakan ini memberikan kepercayaan kepada perguruan tinggi untuk mengatur sendiri kegiatan akademik," tambah Arif.
IPB: Tetap Ada Tugas Akhir, tapi Nggak Harus Penelitian
Arif menjelaskan, mahasiswa S1 IPB University tetap dikenakan tugas akhir, tetapi tidak harus riset.
"Karena tidak semua menjadi peneliti. Ada orang yang menjadi businessman, ada orang yang ingin jadi pendamping masyarakat, dan sebagainya," terangnya.
Pewajiban tugas akhir menurut Arif penting untuk membangun kecakapan mahasiswa S1 dalam komunikasi tertulis. Harapannya, skill ini terbawa hingga lulus dan berkarier.
"Kemampuan menulis dari apa yang dia rencanakan, apa yang dia pikirkan, menjadi penting. Karena apa? Karena communication merupakan skill baru yang diperlukan untuk masa depan. Dan komunikasi tidak hanya komunikasi lisan, tetapi juga komunikasi tulisan. Soalnya menulis itu kan sebenarnya soal cara berpikir," terang Arif.
"Nah kita ini memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk tugas akhirnya, tidak harus penelitian dan tidak harus skripsi, tetapi menulis apa yang dia lakukan menjadi penting, karena bagian dari proses untuk meningkatkan skill menulis. Di manapun kita bekerja, tuntutan membuat proposal menjadi penting," imbuhnya.
Di sisi lain, kecakapan menulis lewat tugas akhir selain skripsi menurutnya jadi siasat perguruan tinggi dalam memajukan skill mahasiswa di tengah perkembangan ChatGPT dan artificial intelligence (AI).
"Apalagi kalau hanya menulis berbasis pada literatur. Sekarang ada ChatGPT, hehe, ada AI, yang bisa membantu. Justru tantangan kita di perguruan tinggi untuk berpikir lebih tinggi lagi, apa yang bisa kita manfaatkan di AI untuk kepentingan kemajuan learning kita. Jadi jangan salahkan AI, jangan salahkan ChatGPT. Kita harus mampu memanfaatkan itu," pungkasnya.
(twu/pal)