Sosok Mahasiswa Stanford, Bongkar Manipulasi Data Riset-Bikin Rektor Mundur

ADVERTISEMENT

Sosok Mahasiswa Stanford, Bongkar Manipulasi Data Riset-Bikin Rektor Mundur

Zefanya Septiani - detikEdu
Selasa, 25 Jul 2023 16:30 WIB
Jurnalis kampus Stanford University, Theo Baker yang membongkar dugaan manipulasi data riset oleh rektor
Jurnalis kampus Stanford University, Theo Baker yang membongkar dugaan manipulasi data riset oleh rektor. Baker kemudian menerima penghargaan jurnalistik George Polk Award Foto: Dok. Theo Baker
Jakarta -

Marc Tessier-Lavigne beberapa waktu lalu memutuskan mundur dari posisi Rektor Stanford University, California, Amerika Serikat per 30 Agustus 2023 mendatang.

Keputusan Rektor Stanford University ke-11 ini "mengguncang" dunia pendidikan. Pasalnya, lengsernya Tessier-Lavigne yang juga guru besar bidang Anatomi, Biokimia dan Biofisika diduga berkaitan dengan manipulasi data riset.

Kalau kecurangan yang dilakukannya terbukti, tentu saja ulah ilmuwan yang disebut sebagai pionir bidang neurosains itu mencoreng pencapaian Stanford University sebagai salah satu universitas top dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Investigasi Jurnalis Kampus

Siapa yang menyangka pemalsuan data tersebut justru diungkap oleh Theo Baker, seorang mahasiswa baru Stanford University yang berusia 18 tahun.

Theo Baker adalah jurnalis mahasiswa untuk media kampus bernama The Stanford Daily. Ia melakukan investigasi sejumlah riset Tessier-Lavigne yang telah dipublikasi pada jurnal-jurnal ilmiah terkemuka dunia.

ADVERTISEMENT

Investigasi Theo Baker bermula dari data yang didapatkannya dari forum ilmiah bernama PubPeer. Forum ini merupakan wadah untuk menganalisis riset yang telah diterbitkan di jurnal ilmiah.

Menurut Theo Baker, para ilmuwan di dalam forum tersebut mencurigai gambar-gambar tertentu dalam riset yang diterbitkan Tessier-Lavigne selama bertahun-tahun tampak seperti hasil rekayasa menggunakan aplikasi Photoshop.

"Saya memutuskan, jika ini benar, ini sangat menarik. Saya akan membawa ini ke analis gambar forensik yang sebenarnya yang dapat melihat dan mengatakan apakah telah ada manipulasi atau Photoshopping," ujar Baker seperti dikutip dari Los Angeles Times.

Hasil investigasi Theo Baker dipublikasikan dengan judul Stanford president's research under investigation for scientific misconduct, University admits 'mistakes' pada 29 November 2022.

Dunia jurnalistik memang bukan hal asing bagi Theo Baker. Ayahnya yang bernama Peter Baker adalah Kepala Koresponden Gedung Putih pada media New York Post. Sementara ibunya, Susan B Glasser, seorang editor terkemuka di AS yang kini menjadi kolumnis di New Yorker.

Mendapatkan Penghargaan George Polk

Februari 2023 lalu Theo Baker menerima penghargaan George Polk. Dalam sejarah salah satu penghargaan jurnalistik bergengsi itu, ia merupakan penerima penghargaan termuda.

Penghargaan ini diberikan untuk seri karya investigasi dugaan kecurangan dalam publikasi ilmiah melibatkan Marc Tessier-Lavigne yang menjabat Rektor Stanford University sejak 1 September 2016.

"Saya menerima tautan ke postingan Medium, yang berisi tautan ke forum publikasi ilmiah, di mana ada satu referensi ke Tessier-Lavigne, dan saya memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut dari situ," jelas Baker terkait awal langkahnya mengungkap pemalsuan riset.

"Saya menemukan banyak diskusi di forum online tentang beberapa karya tulisnya. Lalu, saya pergi ke para ahli. Saya meminta mereka untuk meninjau beberapa makalah dan bergerak maju dari sana," tambahnya.

Pada hari yang sama dengan publikasi berita tersebut, universitas mulai melakukan penyelidikan terhadap penelitian Tessier-Lavigne dan tujuh tahun tuduhan kesalahan ilmiah yang dijelaskan dalam laporan The Stanford Daily.

Lalu, pada tanggal 17 Februari, tiga hari sebelum Baker menerima penghargaan, ia menerbitkan berita besar lain yang mengungkap bahwa Tessier-Lavigne gagal membuat temuan data palsu dalam sebuah studi tahun 2009.

Studi tersebut mengidentifikasi penyebab potensial degenerasi otak pada pasien Alzheimer. Makalah ini berasal dari laboratorium Tessier-Lavigne di perusahaan bioteknologi Genentech, tetapi hasilnya tidak pernah dapat direplikasi


Mengungkap Pemalsuan Data Riset Bersama Para Ahli

Baker bekerja sama dengan Elizabeth Bik, ahli dalam mengenali manipulasi gambar dalam gambar ilmiah, serta dua peneliti pelanggaran lain menemukan jejak hasil riset yang diubah dalam laboratorium Tessier-Lavigne, mencakup tiga institusi berbeda selama dua dekade terakhir.

Pada titik ini, mereka tidak menemukan bukti bahwa Tessier-Lavigne dengan sengaja memanipulasi gambar dalam makalah-makalahnya. Baker sendiri mengungkap bahwa ia meragukan hal ini, seperti yang dilansir dari laman Science Alert.

Namun, fakta bahwa kesalahan-kesalahan ini ada di bawah pengawasan Tessier-Lavigne dan tidak pernah ada perbaikan membutuhkan skeptisisme. Pasalnya, hal ini dapat menunjukkan, setidaknya praktik manajerial yang buruk.

"Bukan hanya satu orang di satu laboratorium yang beraksi sendiri. Tampaknya ini dari periode berbeda dalam hidupnya, ketika dia berada di laboratorium yang berbeda, di UCSF, di Genentech," ungkap Bik.

Sejak tahun 2001, Bik telah mengidentifikasi makalah-makalah yang ditulis oleh Tessier-Lavigne yang menurutnya menunjukkan pemalsuan gambar yang disengaja.

Berdasarkan laporan Baker, Universitas Stanford membuka penyelidikan internal sendiri tentang masalah ini. Sebuah panel ilmuwan menyimpulkan bahwa karya Tessier-Lavigne mengandung manipulasi gambar pada tahun 2001, awal tahun 2010-an, 2015-2016, dan 2021.

Pemalsuan Dibantah Tessier-Lavigne

Beberapa peneliti di Genentech mengatakan kepada Baker bahwa perusahaan melakukan penyelidikan internal dan menemukan pemalsuan data. Namun, Tessier-Lavigne dan Genentech sejak itu membantah bahwa penyelidikan ini pernah terjadi.

Hingga saat ini, Tessier-Lavigne membantah adanya penipuan atau pemalsuan data ilmiah. Bahkan dalam sebuah pernyataan mengenai pengunduran dirinya, ia mengaku menyesal telah terlalu mempercayai mahasiswanya.

Dokter saraf Matthew Schrag, mengidentifikasi beberapa kelemahan dalam makalah Tessier-Lavigne tahun 2009, mengatakan kepada The New York Times terkadang di laboratorium yang sibuk sulit untuk memverifikasi setiap data yang dihasilkan oleh peneliti junior.

Namun, akumulasi masalah di bawah pengawasan Tessier-Lavigne telah mencapai tingkat yang memerlukan pengawasan.

Hingga kini, belum ada makalah milik Tessier-Lavigne yang dicabut publikasinya. Hal itu menyebabkan ia diharapkan mencabut setidaknya lima makalah yang terdapat indikasi pemalsuan riset, menurut laporan Baker di The Stanford Daily.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads