Rektor Stanford Mundur dari Jabatan Terkait Skandal Manipulasi Data Riset

ADVERTISEMENT

Rektor Stanford Mundur dari Jabatan Terkait Skandal Manipulasi Data Riset

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 21 Jul 2023 14:00 WIB
Gedung Kampus Stanford
Foto: Screenshoot instagram Stanford
Jakarta -

Rektor Stanford baru saja mengundurkan diri dari jabatan. Sikap ini dilakukan setelah diadakan penyelidikan independen terhadap penelitian yang melibatkannya. Pada penyelidikan itu, ditemukan praktik penelitian yang digolongkan di bawah standar.

Marc Tessier-Lavigne, sang rektor, mengeluarkan pernyataan pada Rabu (19/7/2023) lalu bahwa dia akan meninggalkan jabatan secara efektif pada 31 Agustus 2023.

Laporan-laporan media di Amerika Serikat, seperti dikutip dari Al Jazeera, telah mempertanyakan soal data yang dipalsukan dalam penelitian yang melibatkan rektor Stanford itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pada Senin lalu (17/7/2023), sebuah panel ilmiah yang ditugaskan oleh Dewan Pengawas Stanford membebaskan Tessier-Lavigne dari partisipasi atas pelanggaran mana pun, kendati ditemukan pelanggaran serius pada penelitian ilmiah yang telah dikaji.

"Dewan telah mengidentifikasi bukti manipulasi data penelitian pada setidaknya empat dari lima penelitian utama yang dipermasalahkan," kata mereka dalam laporannya.

ADVERTISEMENT

"Meski begitu, Dewan tak menemukan bukti yang menyimpulkan bahwa Dr Tessier-Lavigne terlibat, mengarahkan, atau mengetahui pelanggaran ini saat terjadi," sambung mereka.

Dewan pengawas pun mengemukakan bahwa seorang ilmuwan yang melakukan kegiatannya dengan wajar, tidak dapat diharapkan untuk bisa mendeteksi kekurangan riset pada saat itu. Walau begitu, mereka tetap menetapkan bahwa Tessier-Lavigne salah karena gagal memperbaiki kesalahan secara tegas dan terus terang dalam catatan ilmiah.

Sejak 2015 Sudah Ada Keraguan

Dewan pengawas itu terdiri atas para ahli saraf, ahli biologi, dan seorang pemenang Nobel. Mereka memeriksa 12 studi yang melibatkan rektor Stanford. Tujuh di antaranya, Tessier-Lavigne bukan penulis utama, sedangkan lima di antaranya adalah jajaran penulis utama.

Kajian ulang atas karya rektor Stanford itu disebut melibatkan review terhadap 50 ribu dokumen. Selain itu, diadakan juga 50 pertemuan dengan para saksi dan pihak-pihak yang terkait dalam pusaran skandal.

Keraguan mengenai karya Tessier-Lavigne mulai muncul dari platform PubPeer. Kanal tersebut adalah tempat para ilmuwan dapat berdiskusi dan mengevaluasi penelitian secara online.

Pada platform tersebut, para pengguna seperti ilmuwan bernama Elisabeth Bik mengungkapkan keraguan sejak 2015 lalu mengenai gambar dalam penelitian Tessier-Lavigne, yang tampaknya diubah secara digital.

Sebuah penelitian Tessier-Lavigne yang dipublikasikan pada jurnal Nature (2009) pada khususnya, berupaya mengidentifikasi penyebab degenerasi otak pada pasien Alzheimer. Perusahaan Tessier-Lavigne saat itu, Genentech, menyebut penelitian ini sebagai riset inovatif.

Pihak perusahaan menyebut demikian karena menilai bahwa riset rektor Stanford tersebut menawarkan cara yang sama sekali baru untuk melihat penyebab Alzheimer yang merupakan penyebab kematian nomor 6 di AS.

Meski demikian, para ilmuwan kesulitan memproduksi ulang hasil penelitian, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai keakuratan data dan bahkan ada keraguan bahwa data telah dipalsukan.

Ikut Diungkap Mahasiswa

Surat kabar mahasiswa Stanford, The Stanford Daily turut mengungkap isu ini melalui serangkaian artikel selama satu tahun belakangan. Mahasiswa mengutip Bik atau ilmuwan lainnya, sedangkan sebagian memilih anonim.

Sementara, tim penyelia independen Monday juga menemukan rektor Stanford tidak sembrono dalam melakukan studinya. Hal ini jadi menegaskan bahwa ada manipulasi data penelitian yang dilakukan oleh orang lain.

Tim penyelia ini menyerukan tindakan yang signifikan untuk memperbaiki riwayat ilmiah sang rektor. Mereka juga mencatat bahwa Tessier-Lavigne tengah berencana mencabut sejumlah publikasi.

Namun, rektor Stanford disebut terus menyangkal tuduhan atas perilaku tak etis, mengingat kariernya telah berlangsung selama tiga dekade dan ada ratusan karya ilmiah yang telah dihasilkan.

"Saya bersyukur Dewan Pengawas menyimpulkan bahwa saya tidak terlibat dalam penipuan atau pemalsuan data ilmiah apapun," kata dia dalam pernyataan pengunduran diri (19/7/2023).

"Seperti yang saya katakan dengan tegas, saya tidak pernah mengirim penelitian tanpa keyakinan yang kuat bahwa datanya benar dan disajikan secara akurat. Laporan hari ini mendukung hal tersebut," lanjutnya.

Rektor Stanford Tessier-Lavigne telah menjabat selama hampir 7 tahun. Dia akan digantikan oleh rektor sementara, Richard Saller mulai September.




(nah/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads