Wisudawan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Edysul Isdar cetak sejarah baru bagi kampusnya.
Edysul diketahui menerima beasiswa S2 di dua kampus ternama dunia yakni Harvard University dan Stanford University.
Dikutip dari detiksulsel, kabar membanggakan ini disampaikan Rektor UIN Alauddin Makssar Prof Hamdan Juhannis saat proses wisuda di Gedung Auditorium Kampus II UIN Allauddin, Selasa (9/5/2023), dan ditulis Kamis (11/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita Edysul Isdar
Untuk sampai di titik membanggakannya ini, Edysul mengaku ada beberapa tahapan yang dilakukannya. Ia mempersiapkan dan meng-apply sertifikat internasional yang didapatkannya selama berkuliah di UIN Alauddin Makassar.
"Saya submit itu sertifikat-sertifikat internasional saya, karena dari dulu sudah sering ikut lomba internasional dapat medali dan sertifikat," jelasnya.
Dengan berbagai sertifikat internasional ini, digunakannya sebagai senjata dalam mendaftar di Harvard dan Stanford.
"Alhamdulillah, walau belum dapat sidik jari, tapi dapat LoA," sambung Edysul.
Diketahui selama berkuliah, pria asal Kabupaten Bone ini mengaku rutin mengikuti lomba internasional. Seperti yang dilaksanakan di Kanada, Polandia, Malaysia, Thailand, hingga Singapura.
Hingga saat ini, Edysul masih menimbang kampus mana yang akan ia pilih untuk melanjutkan studinya. Namun kemungkinan besar ia akan memilih Stanford karena sudah beserta dengan beasiswa.
"Untuk Harvard baru lulus kampus, tapi bila nanti plus beasiswa bisa jadi pilih di Harvard," pungkasnya.
Cetak Sejarah Baru
Pada momen wisuda, Prof Hamdan dengan bangga mengatakan bila Edysul berhasil mendapat tawaran beasiswa dari Stanford dan Harvard dalam keterangan diterima.
Hal tersebut tentu saja kebanggaan sendiri bagi UIN Alauddin lantaran kedua kampus tersebut mempunya peringkat terbaik di dunia.
Diketahui Harvard kini berada di peringkat terbaik kedua dunia dan Stanford berada di peringkat keempat.
"Edysul ini adalah contoh terbaik untuk mimpi-mimpi semua anak, berkuliah di universitas terbaik di dunia. Saya saja yang S3 universitas terbaik di Australia tapi saya tidak bisa belajar di Harvard dan Stanford seperti Edysul. Dia akan menjadi wakil UIN Alauddin. Saya merasa speechless," katanya.
Prof Hamdan juga menjelaskan bila langkah Edysul merupakan sebuah terobosan baru dan cetak sejarah bagi almamater UIN Alauddin Makassar.
Pasalnya belum ada alumni yang langsung mendapatkan tawaran beasiswa dari Harvard ataupun Stanford apalagi keduanya.
Selamat untuk Edysul Isdar ya!
(nwy/nwy)