Profesor Dr Muhammad Syafii Antonio, M Ec baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Ekonomi Islam pada Kamis (9/2) di Institut Agama Islam (IAI) Tazkia, Bogor, Jawa Barat. Mengawali pengukuhan itu, Prof Syafii menyampaikan orasi ilmiah berjudul Model Leadership ProLM dan Tantangan sumber Daya Manusia Bisnis Syariah di Era Digital.
Kini, dunia sedang memasuki transformasi digital. Prof Syafii menegaskan, Internet of Things (IOT) atau bentuk teknologi lainnya dapat mengurangi keinsanan manusia.
"Sehingga apa yang dikatakan Human of Things itu sudah dikalahkan oleh automatization, dikalahkan oleh IOT dan dikalahkan oleh robotic," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dosen di IAI Tazkia itu mengatakan, manusia membutuhkan cara dan model baru untuk menghadapi transformasi digital. Terlebih, adanya VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). VUCA adalah kondisi bergejolak dan tidak menentu pada dunia bisnis.
Untuk mengatasi hal ini, Prof Syafii menggagas konsep ProLM. Apa itu?
Konsep ProLM
Konsep ProLM adalah model dengan pendekatan baru pada kepemimpinan dan manajemen yang bertumpu pada keteladanan sifat Nabi Muhammad SAW, yakni siddiq, amanah, fatonah, dan tablig.
"Dalam bentuk management siddiq, amanah, fatonah, dan tablig diterjemahkan menjadi personal excellence, kemudian interpersonal capital, professionalism, quality, and competencies sama visionary and communicative leadership," paparnya.
Sifat yang dimiliki Nabi ini bisa diteladani dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun kegiatan bisnis. Prof Syafii mencontohkan beberapa contoh ProLM, yaitu:
- Hormat kepada pelanggan
- Membayar hutang sebelum waktunya
- Menguasai teritorial dagang
- Jujur dalam barang-barang yang rusak
- Beramah-tamah ketika membeli
"Begitu banyak prinsip yang mana itu bisa diteladani oleh umatnya," ujarnya.
Meski keempat sifat tersebut merupakan sifat Nabi, Prof Syafii Antonio menegaskan bahwa tidak perlu menjadi Nabi terlebih dahulu untuk menerapkan sifat-sifat tersebut.
"Tidak harus jadi Nabi. Hal-hal seperti itu bisa dilakukan oleh manusia biasa. Tetapi yang paling penting kekuatan terbesar dari teladan Rasul itu menjadikan bisnis sebagai ibadah dan bisnis adalah satu proses jihad," tegasnya.
Asmaul Husna
Selain sifat-sifat nabi, Prof Syafii juga menjelaskan Asmaul Husna sebagai tumpuan lainnya dalam berbisnis. Nama-nama Allah atau Asmaul Husna yang dijelaskan antara lain:
1. Al Khaliq (Maha Pencipta)
Sebagai Sang Pencipta, manusia bisa mempelajari sifat ini dengan menciptakan alat produksi, transportasi, hingga telekomunikasi.
"Dengan semangat Khaliq, kita belajar dari Tuhan yang Maha Menciptakan," jelas Prof Syafii.
2. Al Mushawwir (Maha Membentuk Rupa)
Al Mushawwir adalah sifat Allah yang berarti Maha Membentuk Rupa. Meneladani Asmaul Husna ini berarti Tuhan memberikan kesempatan untuk manusia berinovasi.
3. As Sami' (Maha Mendengar) dan Al Basir (Maha Melihat)
Asmaul Husna juga bisa diteladani dalam promosi bisnis. Menurutnya, produk yang tidak dikenali masyarakat tidak memahami Asmaul Husna.
"Produk yang tidak terdengar dan tidak terlihat artinya kita tidak belajar pada Allah SWT," paparnya.
Konsep ini ia ajukan untuk menghadapi transformasi digital, VUCA, serta menguatkan baik aspek sosial maupun ekonomi di Indonesia.
"Dari ini kita bisa embracing digital era. Menghadapi VUCA, menghadapi era disrupsi dengan kekuatan Asmaul Husna dengan model siddiq, amanah, fatonah, dan tabligh yang meliputi secara spiritual, ekonomi, sosial, emosional, fisik," pungkas Syafii Antonio.
(nir/nwk)