Publik berharap agar media bisa hadir sebagai kontrol terhadap jalannya kekuasaan atau sebagai watchdog seperti tertuang dalam salah satu elemen jurnalistik Bill Kovach. Sebab, fungsi itu nyaris tak dirasakan oleh sebagian anggota masyarakat Kecamatan Temon, Kulon Progo, yang terkena imbas proyek Bandara Internasional Yogyakarta.
"Masyarakat di sana kurang merasakan kehadiran media di tengah mereka. Pers hadir hanya di saat warga sudah terdesak oleh intimidasi dan kekerasan," kata Gede Moenanto
Soekowati saat memaparkan hasil penelitian untuk disertasi doktoralnya di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung, Selasa (22/11/2022).
Penelitian itu dilakukan Moenanto pada 2017 - 2022. Dia antara lain mengutip pendapat Ustadz Sofyan (tokoh panutan) maupun Ponerah, Wagirah, dan beberapa petani lainnya di wilayah tersebut. Mereka menyampaikan pendapat senada bahwa warga putus asa karena banyak mengalami intimidasi baik oleh aparat keamanan maupun dari pihak Pemda. "Tapi media nyaris taka da yang menyuarakan hal itu," kata Gede Moenanto yang pernah menjadi wartawan Warta Kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memaparkan hasil riset di hadapan tim penguji secara hybrid. Para penguji antara lain co Promotor Prof Oekan Soekotjo Abdoellah dan DR Evie Ariadne Shinta Dewi, tim penguji sebagai Oponen Ahli DR Dadang Rahmat Hidayat, DR Herlina Agustin. Sidang tersebut juga diikuti oleh DR Dadang Sugiana, Ketua Promotor DR Aceng Abdullah, dan Oponen Ahli DR Dian Wardiana Sjuchro.
Minimnya perhatian media terhadap kasus itu, lanjut Gede Moenanto, akhirnya warga hanya bisa bertahan di masjid Al Hidayah sebagai perlawanan terakhir. "Mereka akhirnya kalah, harus melepas rumah dan tanah digusur demi proyek Bandara," ujarnya.
Minimnya keberpihakan media, Gede Moenanto, menduga karena ada kepentingan eksternal yang mempengaruhi. Dalam sejumlah kasus, keberlangsungan dan independensi media rentan oleh intervensi para pemilik modal dalam hal ini pengiklan.
"Tidak mudah mendapatkan media yang bisa bertahan sebagai watchdog bahkan media yang dianggap sangat kritis, dalam penelitian kasus penggusuran ini malah mendukung penggusuran yang terjadi," kata Gede Moenanto.
Dosen Jurnalistik di Universitas Pancasila itu mengkaji pemberitaan di enam media arus utama baik cetak maupun online sebagai objek penelitiannya. Keenam media dimaksud adalah Kedaulatan Rakyat, Kompas.com, detikcom, Tempo, Antara, dan Tirto.
(jat/erd)