Jadi Penyebab Tragedi Kanjuruhan, Pakar Unair Ungkap Efek Gas Air Mata

ADVERTISEMENT

Jadi Penyebab Tragedi Kanjuruhan, Pakar Unair Ungkap Efek Gas Air Mata

Fahri Zulfikar - detikEdu
Selasa, 18 Okt 2022 10:30 WIB
Seorang petugas polisi berjalan di sebelah mural yang menggambarkan injak-injak yang menewaskan sedikitnya 131 orang di salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah sepak bola, di sebelah grafiti bertuliskan
Foto: AFP/PUTRI/Ilustrasi tragedi kanjuruhan
Jakarta - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di bawah pimpinan Menko Polhukam Mahfud MD mengungkap fakta tentang gas air mata dalam peristiwa yang menewaskan 132 orang.

TGIPF menyimpulkan bahwa penyebab utama atas kematian massal dan korban berjatuhan dalam kejadian tersebut adalah tembakan gas air mata.

Menanggapi simpulan TGIPF, pakar Toksikologi Universitas Airlangga (Unair) dr. Shoim Hidayat MS menjelaskan bahaya senyawa-senyawa kimia pada gas air mata.

"Gas air mata terbuat dari senyawa-senyawa kimia seperti chlorobenzylidenemalononitrile (CS), diphenylaminechlororarsine (DM), dibenzoxazepine (CR), chloroacetophenone (CN), serta semprotan merica atau Oleoresin capsicum," ujarnya dikutip dari laman resmi Unair.

"Dari bahan-bahan tersebut, yang paling banyak digunakan dan diproduksi oleh PT Pindad adalah chlorobenzylidene malononitrile (CS)," tambah Shoim.

Mengandung Iritan yang Kuat

Shoim menjelaskan bahwa senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam gas air mata tersebut memiliki sifat dasar iritan yang kuat.

Sifat iritan tersebut menyebabkan gas air mata mudah mengiritasi dan merangsang bagian mukosa atau selaput lendir yang ada dalam organ tubuh manusia seperti sklera pada mata, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan.

"Organ-organ tersebutlah yang paling mudah terpengaruh oleh efek gas air mata," jelasnya.

Bahaya Gas Air Mata di Ruang Tertutup

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu mengatakan, tingkat keparahan dari efek gas air mata sangat bergantung pada kadar atau tingkat konsentrasi dan durasi paparan gas air mata itu sendiri.

Menurutnya, pada Tragedi Kanjuruhan, jumlah gas air mata yang ditembakkan, telah menggambarkan konsentrasi atau kadar yang tinggi.

"Apalagi kalau itu terjadi di ruang tertutup, mereka yang di tengah lapangan kelihatan baik-baik saja, tapi yang di tribun, itu tertutup, pasti lebih parah," ucapnya.

Kemudian, semakin lama durasi paparan gas air mata yang ditembakkan, maka efek yang ditimbulkan juga semakin parah.

Jika kedua efek bahaya tersebut terjadi bersamaan, maka tingkat keparahan makin tinggi dan secara otomatis akan mengakibatkan komplikasi.

"Jadi, kalau kadarnya itu rendah dan sebentar, efeknya akan terasa sekitar 20 detik dan hilang sekitar 30 menit sampai 1 jam. Tapi kalau parah, itu akan terjadi komplikasi dan itulah yang akan mengakibatkan kematian dan sebagainya," terang Shoim.

"Kalau hanya sebentar mungkin akan pedih saja dan sekitar 30 menit akan pulih kembali karena tujuan gas air mata itu untuk mengendalikan kerumunan massa supaya tidak bergerombol," imbuhnya.

Komplikasi Efek Gas Air Mata

Efek lain juga bisa ditimbulkan saat mukosa atau selaput lendir yang mengalami iritasi dapat menimbulkan radang, baik itu radang ringan ataupun radang berat.

Jika korban mengalami radang berat karena terpapar akibat gas air mata, maka perlu waktu yang lama untuk sembuh dan bisa mengakibatkan kecacatan.

"Misalnya pada bagian mata, jika yang terkena kornea, maka bisa menimbulkan gangguan penglihatan bahkan kebutaan," jelasnya.

Apabila radang berat terjadi pada saluran pernapasan, maka akan terjadi pembengkakan yang akan menimbulkan rasa sesak dan penyempitan saluran pernapasan.

Bahkan, Shoim menekankan, akan lebih parah lagi jika penyempitan saluran pernapasan itu disertai dengan rasa nyeri. Sebab, bisa terjadi sindrom pernapasan akut berat.

Efek yang seperti itu yang menyebabkan orang tidak bisa bernafas sehingga meninggal dunia. Shoim menegaskan bahwa kematian tragedi kanjuruhan bukan akibat langsung dari gas air mata, tetapi dari efek komplikasi yang dtimbulkan.

"Jadi, kematiannya bukan langsung dari gas air mata, tapi efek iritasinya yang bisa membuat radang hebat. Belum lagi di ruangan sempit, tertutup, dan kandungan oksigen berkurang. Sekali lagi, gas air mata tidak menyebabkan kematian, tapi komplikasinya yang bisa menyebabkan kematian," tutur pakar Toksikologi Unair tersebut.


(faz/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads