Ratusan Mahasiswa dari Asia dan Eropa Ikut Summer Course Teknologi Hijau IPB

ADVERTISEMENT

Ratusan Mahasiswa dari Asia dan Eropa Ikut Summer Course Teknologi Hijau IPB

Devi Setya - detikEdu
Kamis, 04 Agu 2022 15:00 WIB
Institut Pertanian Bogor
Ilustrasi salah satu gedung kampus IPB Foto: Doc. ipb.ac.id
Jakarta -

Setidaknya ada lebih dari 169 mahasiswa dari Asia dan Eropa yang ikut bergabung dalam Summer Course Program 2022 yang digelar IPB University. Terdapat juga belasan dosen dari berbagai perguruan tinggi, lembaga, dan instansi dari tujuh negara.

Dilansir dari laman resmi IPB (4/8) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian IPB University membuka secara resmi Summer Course Program 2022. Program ini mengusung tema "Green Technology for Sustainable Tropical Agriculture"

Kegiatan yang digelar secara daring ini berlangsung selama 10 hari terhitung mulai tanggal 1 hingga 11 Agustus 2022. Banyak agenda kegiatan menarik yang dikemas dalam program ini. Tak heran jika banyak mahasiswa dari berbagai negara yang tertarik mengikuti Summer Course Program 2022 oleh IPB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan ini mengundang sedikitnya 19 dosen dari berbagai perguruan tinggi, lembaga, dan instansi yang berasal dari tujuh negara. Selain Indonesia, ke-tujuh negara tersebut antara lain Korea, Jepang, Malaysia, Singapura, Australia dan Republik Ceko.

Sembilan orang di antaranya merupakan dosen dari IPB University. Sementara 10 lainnya berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Sherpa Space Inc Korea, Universiti Putra Malaysia, The University of Tokyo Jepang, Murdoch University Australia, Czech University of Life Science dari Republik Ceko, Kyoto University Jepang, CV Frinska AgroLestari, Malaysian Palm Oil Board, dan Singapore Institute of Technology.

ADVERTISEMENT

Langkah kolaborasi dengan berbagai institusi dunia

Prof Dodik Ridho Nurrochmat, Wakil Rektor IPB University bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah yang baik dalam membangun kolaborasi bersama berbagai institusi di dunia. Tema yang diambil kali ini juga bertujuan untuk menyampaikan isu terkini terkait pertanian dan memperluas jejaring internasional.

"Walau summer course ini diadakan secara daring dengan berbagai keterbatasan, kami tetap berbangga masih ada ratusan mahasiswa yang tertarik mengikuti kegiatan ini dari 12 negara," ujarnya.

Dengan jumlah peserta yang terbilang cukup banyak dan dari berbagai negara ini, diharapkan agar program Summer Course 2022 ini dapat memberikan dampak positif secara global. Kegiatan ini juga diharapkan bisa menjadi wadah untuk memperluas jejaring internasional.

Waktu untuk Program Summer Course 2022 ini memang terbatas hanya 10 hari namun diharapkan agar diseminasi riset terkait pertanian berkelanjutan bisa terus berlanjut.

Materi Summer Course Program 2022

Ada beragam kegiatan dalam program Summer Course 2022 ini, untuk hari pertama yang digelar pada 1 Agustus diisi dengan tiga kuliah umum. Yakni oleh Ir Edi Wibowo dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI dengan materi "Progress and Challenges of Bioenergy in Indonesia", Prof Kudang Boro Seminar dari IPB University dengan materi "PreciPalm: Precision Palm Using Remote Sensing Technology", serta Dr Arora Amarpreet Singh dari Sherpa Space Inc Korea dengan materi "Smart Agriculture in Korea: From Lab to The Industrial Implementation".

Masing-masing dosen menyampaikan materi yang berkaitan dengan iklim, lingkungan dan sumber daya terbarukan.

Seperti Edi Wibowo yang memaparkan bahwa salah satu tujuan pengembangan bioenergi adalah untuk mencapai ketahanan iklim dan target penurunan emisi karbon tahun 2060. Salah satunya melalui pengelolaan energi yang berkelanjutan dengan menggunakan energi yang dapat terbarukan.

"Program pemerintah Indonesia merencanakan penggunaan bioenergi dan biofuel secara optimal untuk mendukung tujuan tersebut. Bioenergi ini akan mensubtitusi bahan bakar fosil di berbagai sektor kehidupan, salah satunya pertanian. Caranya dengan memanfaatkan limbah organik sebagai sumber bioenergi," terangnya.

Ada beragam tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan perencanaan ini seperti terkait pendanaan, infrastruktur, hingga kekurangan akses terhadap teknologi berbiaya rendah. Padahal jika dapat dimanfaatkan secara optimal, bioenergi ini akan memberikan nilai tambah melalui pertanian berkelanjutan.

"Perguruan tinggi dapat mendukung pengembangan bioenergi melalui berbagai macam riset dan inovasi. Saya mengajak para mahasiswa dari semua belahan dunia untuk mendorong energi hijau karena mahasiswa merupakan agen paling efektif untuk mendorong konsep ini," pungkasnya.

Program Summer Course yang dilaksanakan mulai tanggal 1 hingga 11 Agustus 2022 ini diisi dengan berbagai kegiatan menarik. Para peserta baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa bisa ikut terjun langsung dan melakukan interaksi satu sama lain.

Berbagai kegiatan yang ditawarkan antara lain berupa kuliah umum, studi lapang, tur teknis, seminar dan diskusi grup terkait pertanian berkelanjutan. Partisipan yang bergabung dalam program ini sejumlah 169 mahasiswa sarjana dan pascasarjana dari total 12 negara di Asia hingga Eropa.




(dvs/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads