Universitas Gadjah Mada (UGM) akan membangun kawasan kerohanian yang berisikan beberapa bangunan. Tujuannya adalah untuk mewadahi kegiatan kerohanian oleh civitas UGM baik beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Kawasan ini merupakan lambang toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
"Kawasan ini akan menjadi simbol bagi anak didik kita terkait toleransi dan kerukunan umat beragama. Terlebih lagi jika bangunan yang berdiri nantinya juga diisi dengan aktivitas-aktivitas yang positif," ujar Rektor UGM, Panut Mulyono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kawasan kerohanian UGM terdapat di lingkungan kampus tepatnya di dalam Kompleks Perumahan Sekip Blok N yang seluas 4.789 meter persegi. Dalam membangun kawasan kerohanian, UGM melibatkan dosen dari berbagai kelompok agam.
Lebih lanjut, Rektor menyebut pembangunan fasilitas rohani juga menjadi prioritas dalam merawat keberagaman dan toleransi beragama di lingkungan kampus. Selain itu juga menguatkan citra UGM sebagai universitas Pancasila.
Maksudnya adalah institusi pendidikan yang terbuka terdiri dari multikultur.
Panut menganggap perbedaan harus dapat diakomodasi dengan baik dalam wadah-wadah kegiatan. Fasilitas kerohanian juga memfasilitasi lima agama dalam satu area, juga termasuk fasilitas agama Islam di Mardliyyah Islamic Center dan Masjid UGM.
Walupun belum dapat mengakomodasi kegiatan peribadahan. Fasilitas ini diharapkan dapat mewadahi kegiatan-kegiatan skala kecil untuk membangun persaudaraan dan silaturahmi antar umat.
"Praktik baik yang dikerjakan di kawasan ini akan dikenang oleh anak didik kita ketika mereka lulus dan membentuk mindset mereka sebagai pemimpin yang berasal dari UGM," ujar Panut.
Sedangkan menurut Ketua Wali Amanat (MWA) UGM Pratikno, keberagaman perlu dipelihara sebagai salah satu bentuk pendidikan bagi generasi di masa depan.
"Pendidikan bukan hanya pendidikan di dalam kelas, tapi pendidikan butuh keteladanan, dan kawasan ini adalah sebuah keteladanan bagi Bhineka Tunggal Ika. Kalau kita sama-sama bekerja untuk ini, kita bukan hanya menyelamatkan Indonesia, kita menyelamatkan umat manusia," ujar Pratikno.
UGM juga membuka peluang bagi warga masyarakat yang ingin menjadi donator. Pelaksanaan kontruksi kawasan kerohanian UGM akan berlangsung sekitar 6-8 bulan dan dimulai setelah proses pengadaan.
(atj/erd)