17 Rektor UGM dari Masa ke Masa, Ahli Bom hingga Penggagas KKN

ADVERTISEMENT

17 Rektor UGM dari Masa ke Masa, Ahli Bom hingga Penggagas KKN

Nikita Rosa - detikEdu
Minggu, 22 Mei 2022 13:00 WIB
Prof Ova Emilia terpilih sebagai Rektor UGM periode 2022-2027, Jumat (20/5/2022).
Rektor UGM terpilih Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG (K), Ph.D. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng
Jakarta -

Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG (K), Ph.D resmi terpilih menjadi rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Dengan masa jabatan 2022-2027, Prof. Ova akan dilantik pada 27 Mei 2022 mendatang.

Terpilihnya Prof. Ova sebagai rektor tidak hanya disambut hangat oleh civitas akademika UGM. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim turut mengucapkan selamat atas pencapaiannya sebagai rektor terpilih.

"(Prof.Ova) Orang yang sangat tepat," ujar Nadiem usai pemilihan Rektor UGM, Jumat (20/5/2022). Ia menambahkan, "Saya juga sangat senang ada satu lagi rektor perempuan yang telah menjabat di salah satu universitas terbaik di Indonesia."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain Ova, UGM juga pernah memiliki rektor perempuan yang menjabat pada tahun 2014-2017 yaitu Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. Ph.D. Kini, Dwikorita menjabat sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia.

Sejak didirikan akhir 1949 lalu, UGM telah dipimpin oleh 16 rektor berbeda dan akan bertambah satu dengan dilantiknya Ova pada pekan mendatang. Para rektor ini sangat berperan bagi universitas yang sering dijuluki Kampus Biru ini menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Bagaimana profil para rektor UGM? Simak berikut ini.

Profil Rektor UGM dari Masa ke Masa

1. Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H.

Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. adalah rektor pertama UGM. Ia menjabat dari tahun 1949 hingga 1961. Dulu, istilah rektor belum ada. Sehingga ia dipanggil dengan sebutan Presiden Universitas.

Selain dinobatkan sebagai rektor, Prof. Sardjito juga dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia. UGM telah mengusulkan nama Prof. Sardjito sebagai pahlawan nasional sejak 2010. Barulah di tahun 2019 ia menjadi pahlawan nasional Indonesia.

Semasa hidupnya, Sardjito aktif menjadi pejuang sekaligus ilmuwan. Dikutip dari laman resmi UGM, Sardjito mengikuti beberapa organisasi pendidikan seperti Budi Utomo. Ia juga dikenal sebagai pendiri PMI dan banyak meneliti obat-obatan bagi rakyat maupun pejuang kemerdekaan.

2. Prof. Dr. Ir. Herman Johannes

Selain Prof. Sardjito, Prof. Herman Johannes juga merupakan rektor UGM yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Wajahnya sampai diabadikan pada mata uang baru pecahan 100 rupiah.

Prof. Herman adalah rektor kedua UGM yang menjabat pada tahun 1961 hingga 1966. Ia juga seorang pejuang dan ilmuwan. Namun berbeda dengan rektor pertama UGM, Herman membantu kemerdekaan dengan turun langsung ke lapangan.

Pengetahuannya yang tinggi dalam bidang ilmu fisika dan kimia membuat Herman sering dimintai bantuan oleh para pejuang untuk merakit senjata api dan membuat detonator serta alat peledak.

Keahliannya ini membuat Herman ditarik oleh Markas Tertinggi Tentara di Yogyakarta untuk memimpin sebuah laboratorium persenjataan.

Selapas pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, Herman melepaskan pekerjaannya di dunia kemiliteran dan kembali ke dunia pendidikan, antara lain menjadi rektor kedua UGM.

Selanjutnya, Rektor UGM Dr. drg. Muhammad Nazir Alwi

3. Dr. drg. Muhammad Nazir Alwi

Dr. drg. Muhammad Nazir Alwi merupakan rektor ketiga UGM sekaligus seorang dokter gigi. Ia adalah salah satu rektor UGM dengan jabatan tersingkat selama satu tahun saja yaitu tahun 1966 sampai 1967.

Sebelumnya ia pernah menjabat menjadi rektor di Universitas Sumatera Utara dari tahun 1965 sampai 1966 sekaligus merangkap sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi di universitas tersebut.

4. Drs. Soepojo Pradmodipoetro, M.A.

Selain Dr. Alwi, Drs. Soepojo juga merupakan rektor UGM dengan jabatan yang singkat yakni satu tahun 1966 sampai 1967. Setahun setelahnya, ia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sepak terjang pengajarannya dimulai dari Guru SR di Bandung. Kemudian ia berangsur menjadi pengajar di SMP, SMA, asisten pengajar di FEB UGM, sebelum akhirnya menjadi dekan FEB yang mengantarkannya menajdi rektor universitas di Jogja itu. Pada akhir kariernya ia sempat menjadi Duta besar RI di Unesco (1972-1976).

5. Prof. Dr. Soeroso Hadisoewarno Prawirohardjo, M.A

Prof. Dr. Soeroso adalah rektor kelima UGM dengan masa jabatan 1968-1973. Aktif dalam bidang pendidikan dan politik, ia sempat diangkat menjadi anggota MPR utusan Golongan Karya dari kelompok cendekiawan.

Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K). Di masa jabatannya, ia memprakarsai program wajib belajar.

6. Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, M.A.

Sebagai rektor keenam di UGM, Prof. Sukadji adalah yang pertama menerapkan sistem kredit di UGM. Selepas menjadi rektor pada tahun 1973-1981, ia kemudian diangkat menjadi Direktur Jenderal Direktorat Pendidikan Tinggi sampai tahun 1990.

Saat Badan Akreditasi Nasional baru dibentuk, ia juga mengepalai badan tersebut.

Selanjutnya, Prof Dr Teuku Jacob MS MD DSc.

7. Prof Dr Teuku Jacob MS MD DSc.

Rektor UGM masa jabatan 1981-1986 ini merupakan pakar antropologi Indonesia. Gelar Doktor Paleoanthroplogie telah ia raih pada tahun 1967 dari Rijkuniversiteit the Utrecht.

Penelitiannya tentang antropologi di Indonesia sangat dihargai, sampai-sampai ia mendapat berbagai macam penghargaan, antara lain anugrah Satya Lencana Karya Satya Presiden RI dan Medali Paul Broca-NNRS, DSc open Internasional University for Complementary Medicine Colombo, Srilanka tahun 1992, Medali Emas Indian Board of Alternatif Medicine (1993), Anugerah Hamengkubuwono IX tahun 1997 serta Bintang Mahaputra Nararia Republik Indonesia tahun 2002.

Selain prestasi di bidang penelitian, tentu ia sangat berjasa bagi pengembangan UGM. Tercatat sebanyak 56,8% dari Doktor yang dihasilkan oleh UGM dihasilkan saat Prof Jacob menjabat sebagai Rektor UGM.

8. Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H., M.L.

Prof. Koesnadi adalah Rektor UGM yang kedelapan. Ia disebut sangat peduli pada kegiatan kesenian mahasiswa dan pernah memimpin rombongan kesenian ke Jawa Barat untuk menghibur masyarakat dan tentara di daerah yang masih belum aman.

Kecintaannya pada Seni dan jasa-jasanya membuat UGM mendirikan gedung Koesnadi Hardjasoemantri Cultural Center. Selain itu, ia juga dikenal sebagai penggagas Kuliah Kerja Nyata (KKN).


9. Prof. Dr. Ir. Mochammad Adnan, M.Sc.

Prof. Adnan merupakan rektor kesembilan UGM sekaligus salah satu pendiri Fakultas Teknologi Pertanian Ia merupakan peneliti yang aktif dalam bidang teknologi dan pengolahan pangan.

Karya-karya akademiknya dalam aplikasi teknologi pada pengolahan pangan telah memperoleh pengakuan nasional dan internasional.

10. Prof. Dr. Soekanto Reksohadiprodjo, M.Com.

Prof. Soekanto adalah rektor dan Guru besar FEB UGM. Sebelum menjadi rektor, ia telah mengabdikan diri selama 57 tahun di fakultas tersebut. Berkat pengabdiannya, ia mendapat Anugrah Kesetiaan 25 Tahun dari UGM pada tahun 1996

Kontribusinya dalam bidang pendidikan juga membuatnya mendapat Satya Lencana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2002.

Selanjutnya, Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA

11. Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA

Menjabat dari tahun 1998 sampai 2022, Rektor kesebelas UGM ini masih aktif sebagai pengamat politik Indonesia.

Awalnya Prof. Awal mengikuti pendidikan S1 di Jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM. Kemudian ia pun langsung diangkat menjadi dosen di almamaternya tanpa melamar karena pada saat itu, UGM mengalami kekosongan pengajar karena banyak dosen terlibat G30S dan dikeluarkan.

Berkat keaktifannya pada bidang ilmu politik akhirnya ia diangkat sebagai guru besar politik di UGM.

12. Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA

Prof. Sofian adalah Rektor UGM ke 12. Pada saat pelantikannya, ia menetapkan diberlakukannya Total Quality Culture and System pada semua unit kerja di UGM.

Kegiatan persiapan Jaminan Mutu ditingkatkan dan pada bulan Maret 2002 itu juga terbitlah Buku Panduan Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi sehingga UGM bisa mengevaluasi kinerja dan mutunya. Hal ini tidak mengherankan, karena selepas menjadi rektor ia kembali menjabat sebagai Kepala Badan Kepagawaian Negara (BKN) pada tahun 1999 hingga 2000.

13. Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D.

Prof. Sudjawardi adaalh rektor UGM ke-13 yang menggantikan Prof. Sofian. Ia dikenal sebagai pemimpin yang selalu mengedepankan prinsip Kecerdasan Kolektif.

Berkat prinsipnya, ia menjadi salah satu pelopor pengembangan UGM sebagai Universitas Riset Bertaraf Internasional/ World Class Riset University-WCRU.

14. Prof. Dr. Drs. Pratikno M.Soc.Sc.

Prof. Pratikno merupakan rektor ke-14 UGM masa jabatan 2012-2014. Jabatannya yang singkat akibat ia menjadi pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Jokowi dan Jusuf Kalla.

Setelah kemenangan Jokowi dan Jusuf Kalla, ia diangkat menjadi Menteri Sekretaris Negara. Meninggalkan jabatan sebagai rektor UGM kosong yang kemudian diganti oleh rektor perempuan pertama.

Selanjutnya, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. Ph.D

15. Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. Ph.D.

Prof. Dwikorita adalah rektor perempuan pertama di UGM. Ia merupakan seorang akademisi dan teknokrat Indonesia. Selepas menjadi rektor pada masa jabatan 2014-2017, ia langsung mengepalai Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) hingga sekarang.

Kontribusinya dalam ilmu lingkungan tidak pelru diragukan lagi. Salah satunya ia merupakan alah tokoh kunci dalam penyiapan Keputusan Presiden tentang penguatan dan pengembangan Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami (Perpres Nomor 93 tahun 2019).

Penelitian-penelitiannya juga mendatangkan serangkaian hibah dari Bank Dunia, serta Japan Cooperation Agency (JICA) dan Dewan Inggris. Menerima pengakuan luas dari mitra nasional dan lokal serta dari berbagai organisasi internasional untuk pekerjaannya, ia juga kerapdiundang untuk menjadi pembicara kunci dalam konferensi, pertemuan, dan acara di berbagai universitas dan lembaga di berbagai negara.

16. Prof. Panut Mulyono

Prof. Panut merupakan Rektor UGM masa bakti 2017-2022. Berkat jabatan yang ia miliki di UGM dari Kepala Laboratorium hingga Dewan Pakar Pusat, Prof. Panut Mulyono mendapatkan penghargaan sebagai Dosen Teladan I, Fakultas Teknik UGM pada tahun 1996 dan pada bulan Mei 2012 serta bulan Agustus 2019 masing-masing menerima Satyalencana Karya Satya XX Tahun dan Satyalencana Karya Satya XXX Tahun dari Presiden RI.

Prof. Panut Mulyono menekuni penelitian pada bidang perpindahan kalor, perpindahan massa, dan energi. Lebih dari 67 karya ilmiah sebagai penulis utama telah dipublikasikan oleh Prof. Panut Mulyono di jurnal nasional dan jurnal internasional serta di prosiding seminar nasional dan seminar internasional.

17.Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG (K), Ph.D.

Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG (K), Ph.D. adalah rektor terbaru UGM yang baru akan dilantik 27 Mei mendatang. Ia merupakan Guru besar bidang pendidikan pertama di Indonesia dan merupakan Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Negeri Indonesia sejak 2018.

Keaktifannya pada bidang kedokteran membuat ia meraih penghargaan First Prize for Young Gynecologist Award tahun 1998. Pada 2012 - 2020, Ova menyusun kurikulum bagi dokter untuk pelayanan KB. Karyanya menjadi model pelatihan yang diangkat secara nasional dan diterapkan di Fakultas Kedokteran di Indonesia.

Nah, itulah profil 17 rektor UGM dari masa ke masa.



Simak Video "Video: Momen Mahasiswa UGM Kejar Mobil Rektor Dipicu Diskusi Ditutup"
[Gambas:Video 20detik]

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads