Menteri Nadiem Makarim Mengaku Iri dengan Mahasiswa Peserta Kampus Merdeka

ADVERTISEMENT

Menteri Nadiem Makarim Mengaku Iri dengan Mahasiswa Peserta Kampus Merdeka

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 17 Nov 2021 20:30 WIB
Nadiem Makarim
Foto: Dok.YouTube Kemdikbudristek
Jakarta -

Menteri Kebudayaan, Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Makarim berbincang bersama delapan mahasiswa peserta program Kampus Merdeka secara daring, Rabu (17/11/2021).

Pada kegiatan Bincang-Bincang Kampus Merdeka tersebut, Menteri Nadiem Makarim mengaku iri dengan mahasiswa yang tengah melaksanakan program Kampus Merdeka.

"Ini seru sekali, saya sedikit iri dengan adik-adik mahasiswa. Alangkah asyiknya jika saya dulu bisa mengikuti program seperti ini saat kuliah," kata Nadiem, Rabu (17/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Plt. Dirjen Dikti Kemendikbudristek Prof. Nizam mengatakan, ada lebih dari 60.000 mahasiswa mengikuti program Kampus Merdeka. Sekitar 1.000 di antaranya merupakan peserta kursus dan pertukaran mahasiswa ke luar negeri Indonesia Internasional Student Mobility Awards (IISMA) ke 31 negara tujuan.

Sementara itu, sebanyak 8.000 mahasiswa mengikuti program Microcredentials, 13.000 menjadi peserta Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), 22.000 peserta Kampus Mengajar, dan lain-lain.

ADVERTISEMENT

Pengalaman Nadiem Tanpa Kampus Merdeka

Menurut Nadiem, dibandingkan dengan pengalamannya saat berkuliah, mahasiswa peserta program Kampus Merdeka mendapat economic benefit, kredit atau SKS, dan pengalaman.

"Kalau saya dulu harus saat summer, karena enggak ada program seperti ini. Dan tidak dihitung SKS," kata Nadiem.

Ia bercerita, saat kuliah setelah tahun pertama, ia mencoba magang di Bank Dunia di Indonesia. Tugasnya saat itu ke Sulawesi dan Sumatra, di antaranya terkait tugas transparansi.

Nadiem bercerita, ia lalu mengikuti summer program selama 2 bulan di United Nations (PBB) di New York, Amerika Serikat.

"Ambil kerjaan administratif banget, tapi bisa lihat orang hebat kerjain project PBB yang inspiring. Dua magang ini dua-duanya harus summer break," tuturnya.

Sementara itu pada Kampus Mengajar, kata Nadiem, mahasiswa bisa melihat dan membimbing bagaimana anak-anak di sekolah penempatannya belajar membaca hingga pandai. Di samping itu, sambungnya, mahasiswa bisa sadar dan merasakan sendiri sulitnya menjadi guru.

"Bukan hanya untuk jadi guru, tapi (dari program ini) mendapat pengalaman baru, mengenal budaya baru, membantu anak-anak dari tingkat sosial ekonomi yang beda dari dia. Dan tidak mungkin terlupakan pengalaman ini, mau bidangnya apapun mau jadi guru atau tidak, pengalaman ini akan bangun karakter" jelasnya.

Nadiem mengatakan, sementara itu pertukaran pelajar ke luar negeri seperti IISMA membantu mahasiswa mendapat perspektif dari luar. Perspektif ini menurutnya penting untuk kelak dapat diambil baiknya dan diimplementasikan di negara sendiri.

"Kayak saya dulu kepikiran ada ojek, ini mau diapakan? Apa yang dapat dari luar lalu diimplementasikan ke dalam," katanya.

Ia menambahkan, mahasiswa yang berkesempatan berkuliah di wilayah Boston juga mendapat pengalaman di kota mahasiswanya Amerika Serikat. Ibarat Yogyakarta dan Bandung, kata Nadiem, mahasiswa di sana dapat belajar dengan metode mengasah kemampuan berpikir kritis, team work, dan menggunakan case study.

Pengalaman kuliah merantau ke luar negeri, lanjutnya, perlu dimanfaatkan untuk membangun pertemanan. Pengalaman tersebut, kata Nadiem, mengasah mahasiswa sadar menjadi global citizen dengan menerapkan profil pelajar pancasila kedua, yakni kebhinekaan global.

Sementara itu , mahasiswa yang merantau dalam negeri melalui Pertukaran Mahasiswa Merdeka bagi Nadiem berkesempatan belajar mencintai keberagaman Indonesia. Program ini, kata Nadiem, juga memungkinkan mahasiswa di berbagai daerah saling mengenal budaya dan melepas prasangka, sehingga bangga dengan kebhinekaan.

Nadiem menuturkan, Kampus Merdeka dibuat untuk memungkinkan mahasiswa mengasah kompetensi yang simulasinya tidak ada di lingkungan akademik. Ia menambahkan, Kampus Merdeka juga didesain agar mahasiswa dari semua kampus punya kesempatan yang sama untuk diterima di program ini, sehingga tidak hanya bisa diikuti kampus tertentu saja.

Untuk itu, ia berharap mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka di Kampus Merdeka.

"Jangan disiakan, cari project yang paling sulit. Makin ribet, itu bikin paling andal saat keluar universitas. Cari yang paling menantang, ini recommended. Enggak ada konsekuensinya kan, enggak berdampak pada karier. Cari yang paling sulit, menantang dan tidak nyaman (out of comfort zone)," pungkas Nadiem.

Gimana detikers, mau ikut pembukaan program Kampus Merdeka semester depan?




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads