Sebanyak 278 tim robot dari 107 perguruan tinggi di Indonesia berkompetisi dalam ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) Tingkat Wilayah. Kompetisi digelar secara daring mulai 22 September hingga 1 Oktober 2021 dengan UGM sebagai tuan rumah penyelenggara.
Kontes yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Puspresnas Kemdibud Ristek) ini dikelompokkan dalam dua bagian yakni KRI Wilayah I dan KRI Wilayah II.
Dalam KRI Wilayah I diikuti 140 tim mahasiswa dari 54 perguruan tinggi di wilayah Indonesia bagian Barat. Lalu, KRI Wilayah II diikuti 138 tim mahasiswa dari 53 perguruan tinggi di wilayah Indonesia bagian Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator Pokja Dikti Puspresnas Rizal Alfian, M.A., mengatakan KRI merupakan kontes robotika tahunan yang ditujukan untuk memfasilitasi minat, ide, serta kreativitas mahasiswa dalam bidang teknologi robotika.
"Dari KRI ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki segudang talenta di bidang robotika. Harapannya kedepan hasilnya bisa digiring ke industri sehingga bisa memberikan manfaat dan menawarkan solusi akan persoalan di masyarakat melalui robot dan teknologi," kata Rizal saat membuka KRI 2021 di Grha Sabha Pramana UGM, Kamis (23/9/2021).
Ia berharap nantinya mahasiswa tidak hanya bersemangat mengembangkan robot untuk kontes robot saja. "Namun, mahasiswa juga diharapkan memiliki semangat juang dalam memberikan solusi terhadap problematika di masyarakat," ucapnya.
Salah satu dewan juri KRI, Prof. Dr. Eng.Drs. Benyamin Kusumoputro, M.Eng., mengatakan tahun 2021 menjadi tahun kedua penyelenggaraan KRI secara daring.
Menurutnya, terdapat dua tantangan utama yang harus dihadapi dalam pelaksanaan KRI daring yakni fairness dan fairplay. Fairness berarti semua tim memiliki kemampuan teknologi dan infrastruktur yang sama. Sedangkan fairplay yaitu tim yang berkontes bisa bermain dengan jujur.
"Fairness itu dari infrastruktur harus bisa merata pada peserta dan tim mahasiswa yang bertanding harus bisa bermain secara fairplay," kata Benyamin.
Benyamin menyebutkan melaksanakan kompetisi daring secara fairness terbilang sulit. Karena terdapat ketidaksamaan infrastruktur di setiap wilayah Indonesia. Misalnya, terkait persoalan jaringan seperti terjadi delay di Pulau Jawa dan luar Jawa.
"Perbedaanya kelihatannya sedikit tidak masalah, tetapi karena kompetisi berlangsung secara real time maka perbedaan delay itu jadi persoalan," sebutnya.
Menanggapai adanya kerusakan jaringan karena putusnya kabel laut, Benyamin mengatakan ada perubahan proses penjurian. Penilaian akan dilakukan dengan mengambil rata-rata nilai dari beberapa kali pertandingan.
"Penjurian kita ubah karena takutnya saat tim bermain dapat giliran putus koneksi sehingga diambil beberapa kali pertandingan dan ambil rata-ratanya," jelasnya.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. R. Suharyadi, melaporkan bahwa KRI 2021 akan dilaksanakan secara daring dengan peserta akan bertanding di universitas masing-masing yang ditayangkan secara daring melalui video conference. Sementara itu, juri dan panitia terpusat secara luring di GSP UGM dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"KRI dilaksanakan dalam dua babak yakni tingkat wilayah dan tingkat nasional. KRI Tingkat Wilayah berlangsung pada 22 September-1 Oktober 2021. Lalu, KRI Tingkat Nasional pada 12-17 Oktober 2021," jelas Suharyadi.
KRI mempertandingkan enam divisi yakni Kontes Robot Abu Indonesia (KRAI), Kontes Robot SAR Indonesia (KRSRI) yang sebelumnya bernama Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI), KRSBI Humanoid, Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), dan Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI).
Tim-tim terbaik di tingkat wilayah dari kontes robot ini nantinya akan melaju berkompetisi kembali di KRI tingkat Nasional. Sementara itu, juara pertama KRAI 2021 akan ditunjuk mewakili Indonesia dalam ABU Robocon 2021 secara daring di China.
(lus/lus)