Burung pipit yang berjatuhan di Bali pada Kamis (9/9/2021) lalu menimbulkan berbagai pertanyaan terkait penyebab fenomena tersebut. Burung pipit sendiri merupakan burung bertubuh kecil dan memiliki paruh yang pendek.
Kejadian tersebut diabadikan oleh Kadek Sutika dalam akun Facebooknya. Nampak ribuan burung pipit berjatuhan di bawah pohon. Video yang direkamnya kemudian viral beberapa menit kemudian.
Menurut cerita Sutika, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 08.00 WITA, saat itu cuaca sedang hujan. Burung-burung yang berjatuhan ke tanah itu berada di bawah pohon asem di kuburan Banjar Sema, Gianyar, Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa penyebab burung pipit berjatuhan di Bali?
Penyebab Burung Pipit Mati Massal
Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Johan Iskandar mengatakan, penyebab kematian burung secara massal harus dipastikan melalui pemeriksaan sampel dari burung tersebut.
"Idealnya ya harus dibawa sampelnya burung yang mati itu, kemudian diperiksa, baik badannya maupun fesesnya (kotorannya) itu yang ideal. Kemudian baru nanti akan ketahuan penyebabnya apa, apakah keracunan atau mungkin juga kena penyakit virus," kata Johan kepada detikEdu, Sabtu (11/9/2021).
Menurut hipotesisnya, burung yang mati secara massal bisa saja diakibatkan karena mengonsumsi makanan yang mengandung racun. Seperti contoh padi yang mengandung pestisida.
"Penyebabnya mungkin menemukan sesuatu dan memakan bareng-bareng bisa saja. Bareng-bareng menemukan sesuatu dan itu sangat racun sekali ya," jelasnya.
Johan menjelaskan, kandungan racun bisa mengakibatkan burung mati secara serempak. Selain racun, penyakit tertentu juga bisa menjadi penyebab burung mati secara massal. Namun, pihaknya tidak bisa memastikan penyebab kematian burung sebelum dilakukan uji laboratorium.
"Mungkin ada penyakit tertentu yang terkontaminasi koloni itu, itu dugaan ya, jadi saya nggak bisa memastikan," ujar guru besar bidang Etnobiologi Unpad itu.
Menyoal kemungkinan akibat kandungan asam yang terdapat pada hujan, Johan mengatakan, hujan asam semestinya tidak hanya menimpa pada satu jenis burung saja. Melainkan unggas lain yang terkena hujan.
"Yang menjadi dugaan secara ilmiah, hujan asam harus menimpa berbagai jenis, tidak hanya satu jenis. Ya walaupun nanti yang banyak matinya ke burung pipit, kan populasinya banyak, jelasnya.
Sementara itu, Peneliti dari Pusat Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mohammad Irham mengungkapkan, cara mengetahui penyebab fenomena ini dengan cara pemeriksaan nekropsi.
"Saya sudah baca berita ini, tapi saya tidak bisa menjelaskan fenomena ini. Saya tidak tahu apakah ada pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai untuk menyelidiki penyakit) atas burung tersebut oleh pihak yang kompeten di Bali," kata Irham.
Kini, burung pipit yang berjatuhan di Bali sedang dalam proses pemeriksaan di laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar.
(kri/pal)