Jakarta - Tim peneliti menemukan bahwa manusia sudah datang ke Asia Tenggara antara 68.000-86.000 tahun yang lalu. Sebagian menetap, sebagian lagi berjalan ke Australia.
Potret Penggalian Jejak Manusia di Asia Tenggara 68.000 Tahun Lalu

Gua Tam PΓ Ling di Laos Utara mengungkap manusia (Homo sapiens) tiba di Asia Tenggara tiba kurang lebih 40.000 tahun lebih dahulu dari perkiraan semula, dikutip dari EurekAlert. Foto: Kira Westaway (Macquarie University)
Fosil tengkorak dan tulang rahang awalnya ditemukan di gua Tam PΓ Ling pada 2009. Karena hukum Laos tidak membolehkan penanggalan fosil secara langsung jika ditemukan di situs Warisan Dunia setempat, para peneliti mencari tahu usia fosil itu dengan penanggalan luminesensi (pendaran cahaya). Foto: Kira Westaway (Macquarie University)
Metode penanggalan luminesensi menunjukkan bahwa fosil tengkorak dan tulang rahang di TamΒ PΓ Ling berusia setidaknya 46.000 tahun. Namun, temuan fosil-fosil lain setelahnya mendapati kemungkinan lain. Foto: Kira Westaway (Macquarie University)
Sebuah fragmen tulang manusia yang terkubur di bawah sedimen TamΒ PΓ Ling sedalam 7 meter menunjukkan bahwa manusia sudah tiba di Asia Tenggara antara 68.000-86.000 tahun lalu. Studi ini kemudian dilaporkan Sarah E. Freidline dalam jurnal Nature Communications baru-baru ini. Foto: Kira Westaway (Macquarie University)
Temuan fosil potongan kerangka di gua TamΒ PΓ Ling juga menunjukkan bahwa nenek moyang manusia juga berjalan melalui wilayah berhutan, diperkirakan juga lewat lembah sungai, di samping berjalan lewat pesisir dan pulau. Foto: Kira Westaway (Macquarie University)
Temuan di TamΒ PΓ Ling juga menunjukkan bahwa sebagian manusia awal tersebut melanjutkan perjalanan sampai Australia. Manusia-manusia ini yang kemudian menjadi orang pertama Australia. Foto: Kira Westaway (Macquarie University)
Tim peneliti mendapati bahwa Tam PΓ Ling berperan penting dalam sejarah migrasi manusia modern lewat Asia, kendati peran dan nilainya baru diakui saat ini.
βKita punya banyak hal untuk dipelajari dari gua dan hutan di Asia Tenggara,β kata Kira Westaway, salah satu penulis penelitian ini sekaligus ahli geokronologi dari Universitas Macquarie. Foto: Kira Westaway (Macquarie University)