Viral mantan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Dino Patti Djalal sampaikan kritik dan saran untuk kinerja Menlu Sugiono. Dino menyampaikan pesannya dalama bentuk video reel melalui Instagram pribadi.
Dalam pesannya itu, Dino menyebut ia menyampaikan pesan ini melalui media sosial karena tidak ada jalur komunikasi dengan Sugiono.
"This is a message of love and support for you. Saya mohon maaf komunikasi melalui sosial media. Namun saya tidak ada pilihan lain karena semua jalur komunikasi dengan Menlu Sugiono efektif terblokir selama berbulan-bulan," jelasnya dalam reel Instagram tersebut.
Dino Patti Djalal juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) pada 2010-2013. Saat menjabat sebagai Duta Besar RI untuk AS, ia berhasil mengangkat relasi bilateral menjadi Kemitraan Komprehensif., seperti dikutip dari arsip detikcom.
Sebagai sosok dengan kiprah puluhan tahun di hubungan luar negeri, seperti apa profil pendidikan Dino Patti Djalal dan prestasi-prestasi yang pernah ia torehkan?
Profil Pendidikan Dino Patti Djalal
Dino Patti Djalal lahir di Belgrade, Yugoslavia pada 10 September 1965. Ayah Dino adalah seorang diplomat senior Hasjim Djalal, jadi bidang diplomasi sudah familier sejak Dino kecil. Sekilas tentang ayah Dino, Hasjim Djalal dikenal sebagai pakar hukum laut internasional. Namun, lebih penting dari itu, Hasjim adalah pelaku sejarah bagi bangsa Indonesia. Hasjim tercatat sebagai salah satu arsitek United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) atau konvensi hukum laut internasional yang disahkan PBB pada 10 Desember 1982.
Mengikuti Hasjim yang bertugas sebagai diplomat, Dino pernah tinggal di berbagai tempat dan di negara berbeda seperti Ottawa, Vancouver, New York, Washington DC, Singapura, Yugoslavia, hingga Guinea.
Sebagai seorang diplomat, Dino juga pernah bertempat di London, Dili, sampai Washington DC. Seperti ini pendidikan yang pernah ia tempuh sejak SD hingga PhD, dikutip dari laman resmi miliknya:
- Sekolah dasar: SD Muhammadiyah
- Sekolah menengah pertama: SMP AL Azhar
- Sekolah menengah atas: McLean, Virginia, AS
- Sarjana: Political Science, Carleton University, Kanada
- Magister: Political Science, Simon Fraser University, Kanada
- PhD: International Relations, London School of Economics and Political Science, Inggris.
Kiprah dan Prestasi Dino Patti Djalal
Dino bergabung dengan Departemen Luar Negeri Indonesia pada 1987 pada usia 21 tahun dan berkarier sebagai diplomat di London, Dili, Washington DC.
Ia mendapat perhatian dari masyarakat ketika menjadi juru bicara dalam referendum PBB di Timor Timur pada 1999. Kemudian, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memulai masa jabatan, ia diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Internasional.
Pada 2010, ia menjadi Duta Besar RI untuk AS. Dan pada Juni 2014 ia diangkat sebagai Wamenlu, menjabat sampai Oktober 2014.
Dino memutuskan pensiun dari kepengurusan negara pada pertengahan 2015.
Dikenal sebagai Bapak Diaspora Indonesia
Dino Patti Djalal dikenal sebagai Bapak Diaspora Indonesia. Hal ini mengingat perannya dalam meluncurkan Kongres Dunia Diaspora Indonesia yang pertama di Los Angeles pada 2012.
Selain itu, julukan tersebut juga lantaran ia mencetuskan istilah 'Diaspora Indonesia' serta menggagas Indonesian Diaspora Network (IDN) di seluruh dunia.
Pada 2015 Dino mendirikan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI). Dalam waktu singkat, FPCI telah menjadi komunitas kebijakan luar negeri terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 100.000 orang dalam jaringannya.
FPCI juga menjadi penyelenggara konferensi kebijakan luar negeri terbesar di dunia. Pada Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia pada 2019, ada lebih dari 11.000 orang mendaftar untuk ikut serta.
Pada tahun yang sama, Dino juga meluncurkan program Supermentor, sebuah program publik yang menampilkan tokoh-tokoh ikonik dan orang-orang berprestasi untuk menginspirasi kaum muda tentang keterampilan hidup dan kiat-kiat sukses. Dino sempat menjadi Ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) pada 2018.
Simak Video "Video Menlu soal Trump Ajak Sekutu Lawan Hamas: RI Pilih Jaga Perdamaian"
(nah/nwk)