Kata Pakar IPB, Kurang Paparan Sinar Matahari Bisa Tingkatkan Risiko Kematian

ADVERTISEMENT

Kata Pakar IPB, Kurang Paparan Sinar Matahari Bisa Tingkatkan Risiko Kematian

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 03 Des 2025 10:00 WIB
Gelombang panas membuat suhu di Spanyol naik hingga 42 derajat. Warga pun ramai-ramai datangi pantai untuk berjemur hingga menyegarkan diri.
Ilustrasi berjemur. Foto: AP Photo
Jakarta -

Pakar sekaligus dosen Fakultas Kedokteran IPB University, Christy Efiyanti menyebut orang yang kurang terpapar sinar matahari bisa tingkatkan risiko kematian secara signifikan. Hal ini telah dibuktikan melalui berbagai penelitian yang dilakukan dalam beberapa dekade terakhir.

"Penelitian dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa kurangnya paparan sinar matahari mungkin bertanggung jawab terhadap 340 ribu kematian di Amerika Serikat dan 480 ribu kematian di Eropa setiap tahunnya," tutur Christy dikutip dari laman resmi IPB University, Selasa (2/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peran Penting Vitamin D

Sinar matahari punya peran penting dalam membantu tubuh memproduksi vitamin D. Vitamin D sangat dibutuhkan untuk menjaga kekebalan, kesehatan tulang, serta fungsi metabolisme tubuh.

Ketika tubuh seseorang memiliki vitamin D yang cukup, mereka berisiko rendah terhadap penyakit kardiovaskular (CVD) dan kematian nonkanker/non-CVD. Sebaliknya, kurangnya paparan sinar matahari bisa meningkatkan berbagai potensi penyakit.

ADVERTISEMENT

Penyakit yang dimaksud seperti, kanker payudara, kanker kolorektal, hipertensi, penyakit jantung, sindrom metabolik, multiple sclerosis, Alzheimer, hingga autisme.

"Defisiensi (kekurangan atau tidak tercukupinya) vitamin D sering kali terjadi pada individu yang jarang beraktivitas di luar ruangan," jelasnya.

Waktu Terbaik untuk Terpapar Matahari

Christy menyebut paparan sinar matahari yang ideal bagi setiap orang bisa berbeda. Hal ini bergantung dengan waktu, musim, garis lintang, kondisi cuaca, dan warna kulit individu.

Selain itu, terdapat berbagai pendapat tentang waktu terbaik bagi seseorang untuk terpapar matahari. Pendapat pertama berkaitan dengan warna kulit seseorang.

Kulit manusia memiliki melanin atau pigmen alami yang punya fungsi khusus dalam menghalangi penyerapan sinar ultraviolet B. Jika detikers memiliki kulit yang cerah, Christy menyebut dibutuhkan 5-15 menit paparan sinar matahari dalam waktu 2-3 kali seminggu.

Selanjutnya pendapat kedua berkaitan dengan musim, garis lintang, dan kondisi cuaca. Hal ini telah dibuktikan dalam sebuah studi yang dilakukan di Inggris.

Studi tersebut merekomendasikan agar seseorang berjemur dan terpapar matahari selama 9-13 menit pada waktu makan siang di antara bulan Maret-September. Waktu ini dinilai menjadi yang terbaik.

Sedangkan bagi masyarakat Indonesia, studi terkait waktu terbaik berjemur dilakukan oleh peneliti sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatrik, Siti Setiati

"Hasil riset Prof Siti Setiati, menunjukkan bahwa paparan sinar ultraviolet B selama 25 menit dalam tiga kali seminggu selama enam pekan dapat meningkatkan kadar vitamin D secara signifikan," kata Christy lagi.

Dengan berbagai manfaat paparan sinar matahari dan vitamin D, Christy berpesan agar masyarakat tidak takut beraktivitas di luar ruangan, terutama ketika siang hari. Jangan ragu juga untuk memeriksakan diri agar mengetahui status vitamin D pada tubuh.

"Perbanyak aktivitas di luar ruangan dan biasakan berjemur setiap hari. Jangan lupa periksakan diri untuk mengetahui status vitamin D pada tubuh," tandasnya.




(det/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads