Matematika yang Tidak Mematikan: Kisah Guru-Guru Indonesia Memanusiakan Angka

ADVERTISEMENT

Matematika yang Tidak Mematikan: Kisah Guru-Guru Indonesia Memanusiakan Angka

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 25 Nov 2025 13:30 WIB
Guru inspiratif mengajarkan matematika.
Matematika sering dihindari siswa karena dianggap sulit. Namun, metode kreatif para guru dapat mengubah pandangan dan meningkatkan minat belajar anak. Foto: Dok Rika Suyastri
Jakarta -

Matematika kerap menjadi pelajaran keramat di bangku sekolah. Bukan karena disukai, mata pelajaran ini justru paling dihindari oleh para siswa.

Sulit dan rumit menjadi alasan sebagian besar siswa menjauhi pelajaran ini. Bahkan, muncul ungkapan matematika sebagai pelajaran yang mematikan.

Kemampuan siswa Indonesia dalam matematika terlihat dalam skor Programme for International Student Assesment (PISA). Selama bertahun-tahun, skor matematika Indonesia tidak pernah menembus angka 400.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada PISA 2022, Indonesia menempati posisi 69 dari 81 negara. Dengan skor 388, skor matematika Indonesia jauh tertinggal dari negara tetangga Malaysia dengan skor 409 dan Singapura dengan skor 575.

Ketidaksukaan dan ketidakmampuan siswa pada matematika bukanlah hal baru. Menurut Psikolog Pendidikan, Dian Nirmala, fenomena ini bisa ditarik dari dua hal, yakni kemampuan berpikir anak dan faktor emosional.

ADVERTISEMENT

Dian menjelaskan, kemampuan berpikir berkaitan dengan kemampuan belajar anak. Apabila kemampuan belajar anak kurang, ia akan kesulitan memahami matematika.

"Karena nggak bisa, kemudian jadinya nggak suka," ujarnya kepada detikEdu dikutip Selasa (25/11/2025).

Dian menambahkan, anak yang tidak suka matematika karena alasan emosional adalah akibat dari perbedaan 'bahasa'

Ia mengumpamakan angka sebagai bahasa asing yang berbentuk simbol. Karena berbeda dengan bahasa biasa, tidak semua orang cepat memahami simbol-simbol matematika, seperti tanda tambah, kali, bagi atau akar kuadrat.

"Apalagi di usia dasar. Sebenarnya ada anak yang memang cenderung lebih cepat belajar matematika. Perbedaannya ada di daya serap mereka atau pengajaran gurunya yang menarik banget," ujar Dian.

"Nah, matematika itu bisa menjadi momok karena bahasanya," ungkap Dian.

Kunci Belajar Matematika

Dian menekankan jika inti dari kemahiran matematika adalah konsentrasi. Jika anak bisa berkonsentrasi lebih lama, ia akan lebih mudah belajar matematika.

Menurutnya, metode drilling atau latihan soal terus menerus sangat cocok dengan mata pelajaran satu ini. Kendati demikian, metode itu lebih cocok untuk siswa SMP dan SMA.

Di usia SD sendiri, anak perlu dikenalkan dengan konsep matematika yang ada pada kehidupan sehari-hari. Metode inilah yang digunakan oleh para guru Fasilitator Daerah Tanoto Foundation.

Di SDN 08 Teluk Merbau, Dayun, Siak, Riau, Rika Suyastri harus menelan ludah saat melihat hasil survei yang baru ia bagikan. Sebanyak 90% siswa menjawab dirinya tidak suka matematika.

"Menurut mereka, matematika itu bikin mereka pusing. Menghafal rumus-rumus, angka-angka, perkalian, pembagian, dan rumus-rumus yang lainnya, itu membuat mereka pusing, nggak bisa hafalnya," kenang guru kelas 5 SD itu.

Matematika Sehari-hari

Guru inspiratif mengajarkan matematika.Guru Rika Suyastri mengajarkan matematika lewat suit perkalian sebelum masuk kelas. Foto: Dok Rika Suyastri

Namun, survei itu sudah lagu lama bagi Rika. Dengan metode yang ia ajarkan, semua siswanya kini menyukai matematika.

Sebelum masuk kelas, Rika akan meminta para siswa berbaris. Nantinya, dua siswa akan diminta untuk suit. Angka yang keluar dari jari mereka akan dikalikan.

"Jadi mereka suit perkalian. Nanti yang bisa menjawab itu boleh masuk. Kemudian yang tidak bisa menjawab atau lambat, dia kembali ke belakang. Begitu terus sampai muridnya habis" jelas Rika.

Fasilitator Daerah Tanoto itu juga memberikan tantangan berupa Time of Drink. Permainan ini memaksa siswa untuk berpikir berapa banyak minum yang bisa mereka belanjakan dengan uang terbatas.

Pada permainan ini, Rika akan memberikan uang sebesar Rp50 ribu pada tiap kelompok. Kemudian, mereka akan diberi soal-soal.

"Kemudian nanti ada pertanyaan, kalau dengan uang segini, kemudian kalian harus menabung sekian, berarti bisa belanja berapa?," jelas Rika.

Metode ini terbukti membuat siswa yang alergi matematika menjadi cinta. Salah satu siswa, Alfian, mengaku selalu menghindar jika ditanya soal matematika. Bahkan ia pernah menolak jadi bendahara kelas karena tidak suka berhitung.

"Nah sekarang selama kami pakai metode matematika yang saya kerjakan di sekolah, dia selalu menunggu," ujar Rika bangga.

Sumarni, ibu Alfian, mengatakan anaknya dulu tidak suka dengan matematika. Dirinya juga sudah menyuruh Alfian untuk mengikuti bimbingan belajar di luar kelas.

"Ya itu katanya rumit gitu, terus (dia) payah," ungkap Sumarni.

Sumarni mengatakan Alfian paling senang dengan metode pengajaran yang menggunakan jajanan. Kini, Sumarni merasa Alfian semakin rajin belajar matematika. Bahkan, Alfian semakin rajin menggunakan matematika dalam kegiatan sehari-harinya.

"Kalau saya suruh dia beli ini, beli itu, ya dia tau kembaliannya, harganya segini," ujar Sumarni.

Permainan Matematika

Guru inspiratif mengajarkan matematika.Siswa-siswa Munawaroh bermain matematika di kelas. Foto: Dok Munawaroh

Munawaroh, guru di SD 051/VIII Mangun Jayo, Tebo Tengah, Tebo, Jambi, merasakan tantangan serupa dengan Rika. Untuk pelajaran matematika, Munawaroh perlu memutar otak lebih keras agar pelajaran tersampaikan dengan baik. Munawaroh pun menggunakan metode matematika melalui bermain.

"Dalam matematika bermain ini, saya ingin sekali pembelajaran matematika itu mengubah konsep abstrak menjadi matematika yang konstektual atau pengalaman yang nyata, bermakna, dan yang pastinya menggembirakan," tutur Munawaroh.

Untuk mengajar, Munawaroh menggunakan alat-alat di sekitarnya, seperti kerikil, kancing baju, hingga stik es krim. Pertama-pertama, ia akan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok ini pun harus melalui tiga stasiun di mana setiap stasiun akan menyajikan soal matematika.

"Mereka harus melewati tiga stasiun dan kemudian dapat hadiah," ungkapnya.

Memperhatikan Mood Siswa

Munawaroh tak sekedar memberikan permainan. Sebagai wali kelas, ia juga perhatian pada setiap siswanya.

Munawaroh sering mendapati hanya ada satu siswa saja yang aktif dalam kelompok tersebut. Ia tidak mengecap anak lain pemalas, tapi langsung merevisi permainan agar semua siswa lebih aktif.

Tantangan Munawaroh tak hanya siswa yang kurang aktif. Ia juga harus menghadapi anak dengan keterlambatan kemampuan bicara atau speech delay.

Munawaroh mengaku dirinya harus memberikan perlakuan spesial bagi anak tersebut. Saat pelajaran dimulai, Munawaroh akan meminta siswa tersebut untuk duduk di depan dirinya.

"Walaupun saya harus nyari mood-nya, jadi anak istimewa ini harus dikenali dulu mood-nya. Kalau mood-nya lagi bagus maka dia mau belajar. Itu nggak bisa dipaksa," ujar Munawaroh.

Dimintai Soal Tambahan

Meski harus terus memutar otak, apresiasi dari orang tua siswa terus membangkitkan semangat Munawaroh. Orang tua siswa itu sering meminta tugas tambahan.

"Biasanya kalau ngantar anaknya itu pasti ke kelas, 'Bu, anak saya kasih tugas dong bu, jangan di sekolah saja,' 'Kenapa seperti itu? Nanti jadi beban,' 'Enggak Bu, kalau Ibu yang kasih tugas dia pasti ngerjain, semangat belajarnya,'" kenang Munawaroh.

"Walaupun nilainya bukan materi, tapi dengan respons orang tua tersebut menjadikan saya, oh alhamdulillah ada progres tiap harinya," imbuhnya.

Munawaroh berpesan kepada guru matematika di Indonesianya, khususnya sekolah dasar, agar setiap siswa didorong untuk menyukai matematika.

"Jadi jangan pakai pola pikir yang tetap (fixed mindset), tapi pola pikir yang bertumbuh (growth mindset), bahwasanya matematika itu pembelajaran menyenangkan," pesan Munawaroh.

"Selamat Hari Guru Nasional. Jangan pernah berhenti untuk belajar. Karena alasannya apa? Karena kita itu sebagai guru, bukan satu-satunya sebagai sumber belajar, tapi salah satu sumber belajar untuk kesetaraan diri kita," pungkasnya.




(nir/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads