Cerita Siswa Peraih Medali di Olimpiade AI Dunia: Awalnya Iseng, Berujung Juara

ADVERTISEMENT

Cerita Siswa Peraih Medali di Olimpiade AI Dunia: Awalnya Iseng, Berujung Juara

Cicin Yulianti - detikEdu
Selasa, 16 Sep 2025 09:30 WIB
Jayden Jurianto peraih medali pada ajang International Olympiad in Artificial Intelligence (IOAI) 2025.
Jayden Jurianto peraih medali pada ajang International Olympiad in Artificial Intelligence (IOAI) 2025.Foto: Cicin Yulianti/detikcom,
Jakarta -

Tim pelajar Indonesia berhasil meraih medali pada ajang International Olympiad in Artificial Intelligence (IOAI) 2025. Kompetisi bergengsi ini diikuti peserta dari berbagai negara dengan fokus pada kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Mereka adalah Faiz Rizki Ramadhan dari MAN Insan Cendekia Serpong, Matthew Hutama Pramana dari SMA Kolese Loyola Semarang, Luvidi Pranawa Alghari dari SMP Pribadi Depok, dan Jayden Jurianto dari SMAK 1 Kristen BPK Penabur Jakarta.

Luvidi dan Jayden menceritakan pengalaman hingga tips mereka bisa meraih juara di olimpiade ini. Luvidi mengaku bersyukur karena bisa meraih perak di ajang olimpiade dunia perdananya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya senang dan bersyukur dapat meraih perak dalam IOAI yang pertama kali diikuti Indonesia," katanya saat ditemui detikEdu di Plaza Insan Berprestasi, Gedung A Kemendikdasmen, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (15/9/2025).

Jayden juga mengakui hal yang sama. Ia menceritakan bahwa awalnya mereka mengikuti seleksi hanya karena rasa penasaran.

ADVERTISEMENT

"Waktu itu coba, penasaran aja sih ini bidangnya ngapain gitu istilahnya, lombanya ngapain. Jadi coba waktu itu ikut seleksinya dan ternyata lolos," kata Jayden.

Tantangan Ikuti Olimpiade AI Pertama di Dunia

Keikutsertaan tim ini menjadi catatan sejarah, karena Indonesia baru pertama kali mengirim delegasi ke IOAI. Hal ini menjadikan Jayden senang, terlebih untuk pertama kalinya ia berhasil memboyong medali.

"Seneng banget bisa mewakili Indonesia. Apalagi ini kan IOAI juga baru diadakan tahun lalu, jadi bidangnya juga masih baru buat semua," ucapnya.

Jayden mengaku tantangan yang dihadapi adalah kurangnya waktu untuk berlatih. Jika dibandingkan dengan negara lain, menurutnya persiapan tim Indonesia cukup singkat.

"Pertama itu kan kita sebenarnya mulai pelatihannya tuh agak mepet gitu istilahnya ke lomba. Jadi kita tuh persiapannya bisa dibilang tidak selama negara-negara yang lain. Tapi walaupun begitu kita masih dapat resultnya oke lah," ungkap Jayden.

Kunci Utama Juarai IOAI: Kuasai MTK & Informatika

Menurut Jayden, kunci utama untuk bisa bersaing di IOAI ada pada penguasaan matematika dan informatika. Dua bidang tersebut saling berkaitan dalam membantu penyelesaian masalah dalam AI.

"Sebenarnya yang utama butuhnya matematika sama informatika aja sih dan ini kan backgroundnya matematika istilahnya seleksi orang-orang yang bisa maju ke IOAI ini adalah orang-orang dari bidang matematika sama informatika," katanya.

Format kompetisi IOA terdiri dari dua bagian, yakni tantangan tim (team challenge) dan lomba individu. Jayden mengatakan tantangan tim, keempat anggota diminta membuat robot untuk menyelesaikan masalah tertentu.

"Dan kemudian kita ada dua hari di mana itu kontes individu masing-masing," katanya.

AI dan Masa Depan Digital

Selain soal kompetisi, para peserta juga menyinggung pentingnya memahami AI di era digital. Menurut mereka, teknologi ini bukanlah ancaman jika digunakan oleh pihak yang tepat.

"Sebenarnya AI itu tergantung siapa yang menggunakan dan bagaimana cara menggunakannya. Kalau di tangan orang yang benar, nggak akan jadi masalah. Yang bahaya itu kalau orang-orang nggak tahu dampaknya dan pakai seenaknya," jelas Jayden.

Dengan prestasi perdana ini, para siswa berharap Indonesia bisa lebih serius mengembangkan minat dan bakat pelajar di bidang AI.

"Sekarang dunia sudah mulai digital, jadi cita-citanya juga lebih terarah ke dunia digital. Pasti ada hubungannya sama AI," kata Jayden.

Luvidi memberi pesan untuk siswa lain yang masih kerap gagal dalam mengikuti olimpiade. Menurutnya masih ada waktu dan kesempatan untuk belajar lagi.

"Rajin belajar dan berdoa juga. Jangan mudah menyerah dan jangan takut nyoba hal-hal baru," ujarnya.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads