Pakar sekaligus Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Prof Antonius Suwanto menyebut tubuh manusia dipenuhi oleh mikrobiom. Mikrobiom merupakan kumpulkan mikroorganisme yang hidup di tubuh manusia.
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, harus menggunakan alat bantu seperti mikroskop. Berbagai mikroorganisme yang tinggal di tubuh manusia adalah bakteri, jamur, hingga yeast (mikroorganisme yang biasa ada di roti).
Tidak buruk, kumpulan mikroorganisme ini punya peran penting menjaga kesehatan manusia dari lahir hingga akhir hayat. Semuanya telah berasosiasi atau terikat dengan tubuh dan umumnya bermanfaat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tubuh kita bukan hanya kumpulan sel-sel, tapi juga dihuni berbagai mikroorganisme seperti bakteri, jamur, hingga yeast. Semua mikroorganisme yang berasosiasi dengan tubuh kita dan umumnya bermanfaat, itulah yang disebut mikrobiom," tutur Prof Antonius dikutip dari laman resmi IPB university.
Hadir Sejak Lahir
Prof Antonius menguraikan bila mikrobiom tersebut di kulit, mulut, hingga usus besar manusia. Usus besar diibaratkannya sebagai "kota" bakteri, untuk itu hampir separuh dari berat feses manusia adalah bakteri.
"Usus besar itu ibarat metropolitan bakteri. Dalam satu gram feses bisa terdapat sekitar satu triliun bakteri," katanya.
Mikrobiom pertama kali hadir ketika bayi lahir ke dunia. Bayi yang terlahir normal melalui vagina akan langsung mendapatkan bakteri penting dari ibunya.
Ia menyebutkan ada penelitian yang menyebutkan bila bakteri ini ada kaitannya dengan menurunkan risiko autisme atau penyakit autoimun. Bayi yang lahir caesar lebih berisiko karena tidak mendapat paparan mikrobiom alami.
Lebih jauh, mikrobiom juga bisa berhubungan dengan kesehatan mental. Mikroorganisme yang tinggal di usus mampu menghasilkan dopamin dan serotonin yang memengaruhi otak, karenanya ada istilah happy tummy, happy life.
"Usus yang sehat akan mendukung otak yang sehat," imbuhnya.
Mikroorganisme Sahabat Manusia
Jika detikers pernah mendengar slogan "berani kotor itu baik" hal itu juga disetujui Prof Antonius. Menurutnya, hidup terlalu bersih tidak selalu baik.
Ia menyoroti anak-anak desa yang sering bermain lumpur atau air, memiliki sistem imun yang lebih kuat. Ketika terlalu higienis, Antonius menyebut sistem pertahanan tubuh tidak terlatih.
Untuk itu, ia mengingatkan masyarakat agar tidak berlebihan dalam menggunakan antiseptik atau desinfektan. Penggunaan antiseptik yang berlebihan justru bisa memberikan dampak negatif.
"Bakteri normal di kulit atau usus melindungi kita dari bakteri berbahaya. Kalau dibasmi berlebihan justru memberi ruang bagi bakteri jahat," kata Antonius.
Selain tentang kebersihan, ia juga menyarankan agar masyarakat menjaga keseimbangan mikrobiom dengan mengonsumsi makanan berserat dan produk fermentasi. Produk fermentasi yang Prof Antonius sarankan, seperti tempe, tape, atau yogurt.
Makanan berserat bermanfaat dalam memberi nutrisi bagi bakteri usus. Sedangkan makanan fermentasi menjadi upaya langsung memasukan mikroorganisme baik ke dalam tubuh.
Meski terdengar menyeramkan, seperti bakteri dan jamur, mikroorganisme disebut Prof Antonius sebagai sahabat sejati manusia. Untuk itu, kehadirannya perlu dijaga.
"Mikroorganisme itu bukan musuh, melainkan pelindung yang membuat kita sehat. Karena itu, jagalah keseimbangannya melalui pola makan, gaya hidup, dan interaksi dengan alam," pungkasnya.
(det/faz)