Kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim mengancam wilayah pesisir Indonesia. Hal ini kemudian tentunya menuntut solusi untuk menekan kerusakan lingkungan dan menyelamatkan masyarakat sekitar.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Eng Muhammad Zikra membuat inovasi simulasi dan prediksi gelombang berbasis data angin.
Zikra menyebut risetnya lahir dari strategi pengembangan keilmuan di Laboratorium Infrastruktur Pantai dan Pelabuhan Departemen Teknik Kelautan (DTK) ITS. Hal ini disampaikan melalui orasi ilmiah berjudul "Memahami Hidrodinamika Pantai dan Pemanfaatannya dalam Menghadapi Tantangan Lingkungan Pesisir di Indonesia".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memaparkan inovasi yang dikembangkannya fokus pada penggunaan data angin dari Atmospheric Global Circular Model (AGCM) untuk memprediksi kondisi gelombang laut. Data tersebut lalu diproses menggunakan model gelombang wave model (WAM) yang mensimulasikan pembentukan serta pergerakan gelombang.
Zikra mengatakan prediksi tinggi, arah, dan periode gelombang bisa didapat sampai 2100.
"Dengan begitu, maka prediksi tinggi, arah, dan periode gelombang dapat diperoleh hingga tahun 2100 dengan tingkat akurasi yang telah divalidasi," terang Zikra, dikutip dari laman resmi ITS.
Perbandingan Metode Tradisional dan Milik Zikra
Metode tradisional prediksi gelombang bergantung pada pengukuran langsung di laut yang mahal dan terbatas. Sedangkan metode Prof Zikra memungkinkan analisis kondisi gelombang puluhan tahun ke belakang sekaligus memproyeksikan kondisi pada masa depan.
Metode hindcasting dan forecasting merupakan kunci keunggulan risetnya. Ia menegaskan analisis kondisi puluhan tahun ke belakang dan pada masa depan sangat penting untuk mendukung perencanaan infrastruktur pesisir serta mitigasi bencana berbasis data jangka panjang.
Mengembangkan Kamera Pantai Real-time
Selain simulasi, Zikra turut mengembangkan sistem kamera pantai real-time. Kamera ini berfungsi sebagai mata digital untuk memantau dinamika pesisir.
Kamera tersebut dapat merekam perubahan garis pantai, sedimentasi, pola gelombang, dan bisa diintegrasikan dengan sistem peringatan dini bencana. Kamera tersebut memungkinkan hasil visual langsung dikirim ke pihak berwenang maupun masyarakat, sehingga respons bencana bisa lebih cepat.
Teknologi tersebut tidak hanya ditujukan kepada pemerintah, melainkan juga kepada masyarakat pesisir.
Data real-time dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengambil keputusan. Sedangkan masyarakat dapat mendapatkan akses informasi langsung terkait kondisi laut. Rekaman kamera juga berfungsi sebagai media edukasi publik tentang dampak perubahan iklim dan abrasi.
Teknologi yang dikemabngkan Zikra sudah diujicobakan di Pantai Tambakrejo, Blitar, Jawa Timur dengan kerja sama Pelabuhan Ikan tambakrejo serta dinas kelautan dan perikanan setempat.
Alumnus Kyushu University itu berharap ada big data pesisir Indonesia yang bisa digunakan untuk penelitian, perencanaan adaptif, hingga kebijakan nasional terkait mitigasi bencana di pesisir.
"Kami berharap teknologi ini bisa diterapkan di lebih banyak lokasi pantai di Indonesia, sehingga menjadi basis data bersama bagi pemerintah, akademisi, dan masyarakat," ujarnya.
(nah/pal)