Pelaku wisata di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) kini punya modal baru untuk menyambut turis mancanegara. Mereka dibekali buku saku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
Buku saku BIPA ini disediakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), bekerja sama dengan Balai Bahasa Jawa Timur. Pembagian buku dilakukan untuk membuat bahasa Indonesia terus mengglobal.
Seperti dikatakan Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, bahasa Indonesia sekarang semakin mendunia. Buktinya, pada 2023, bahasa Indonesia mulai resmi dipakai sebagai bahasa dalam Sidang Umum Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam bahasa daerah terdapat nilai sejarah, budaya, dan adat istiadat yang menjadi nilai luhur kebangsaan kita. Melestarikan bahasa daerah sama pentingnya dengan upaya membawa bahasa Indonesia ke panggung dunia," kata Hafidz dalam keterangannya, Senin (8/9/2025).
Bahasa adalah Alat untuk Diplomasi
Kepala Desa Ngadirsari, Sunaryono, mengatakan bekal buku saku BIPA memungkinkan warganga makin percaya diri dalam menyambut wisatawan asing.
"Biasanya kita belajar ingin bahasa asing, kini kita justru diajak mengenalkan bahasa Indonesia kepada turis. Itu membuat kita lebih mencintai bahasa persatuan ini," ucapnya.
Selama pelatihan, mereka juga dibekali materi praktis tentang kosakata sehari-hari, buku panduan, hingga modul digital. Mereka diberikan pemahaman pentingnya bahasa dalam pariwisata serta fungsi bahasa Indonesia sebagai alat diplomasi.
"Buku ini sederhana tetapi bermakna. Wisatawan merasa senang sekaligus tertarik untuk belajar, dan pelaku wisata jadi punya alat bantu praktis saat berinteraksi," ujar Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Puji Retno Hardiningtyas.
Pelaku Wisata Antusias Sambut Turis Asing
Dua pelaku wisata setempat, Eka dan Dea, mengaku senang bisa ikut pelatihan. Mereka merasa kerap ragu selama berkomunikasi dengan turis lantaran tidak bisa berbahasa Inggris.
"Selama ini kami malu berinteraksi dengan turis karena keterbatasan bahasa. Dengan adanya pelatihan ini, kami lebih berani memperkenalkan bahasa Indonesia," kata mereka.
Sekretaris Badan Bahasa, Ganjar Harimansyah menyampaikan bahwa pelaku wisata adalah pahlawan devisa. Mereka adalah agen yang bisa melancarkan diplomasi bahasa.
Sementara itu, Ketua Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA (APPBIPA) Pusat, Gatut Susanto, menilai program seperti ini perlu dijadikan dicoba di daerah lain juga. Menurutnya, bahasa adalah jalur diplomasi yang alami.
"Buku saku BIPA ini sangat bagus dan dapat direplikasi di balai bahasa lainnya untuk meningkatkan potensi obyek wisata di Indonesia sebagai media diplomasi bahasa," ujarnya.
(cyu/twu)