Cerita Oi Jadi Lulusan Termuda UGM, Rancang Karier Sejak SMA

ADVERTISEMENT

Cerita Oi Jadi Lulusan Termuda UGM, Rancang Karier Sejak SMA

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 07 Sep 2025 09:00 WIB
Oi, wisudawan termuda UGM
Duiddo Imani Muhammad atau Oi, wisudawan termuda pada Wisuda Sarjana dan Sarjana Terapan Periode II UGM, Rabu (27/8/2025). Foto: Dok UGM
Yogyakarta -

Predikat wisudawan termuda di hari kelulusan merupakan pencapaian unik yang disandang Duiddo Imani Muhammad. Pada Rabu (27/8) lalu, ia resmi lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada usianya yang masih 20 tahun.

Rata-rata mahasiswa S1 UGM lulus pada usia 22 tahun 6 bulan 15 hari.

Tak hanya soal usia, wisudawan yang akrab disapai Oi ini mampu menyelesaikan pendidikan selama 3 tahun 7 bulan dengan IPK 3,64. Oi lulus dari Fakultas Hukum UGM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana cara Oi bisa meraih gelar S1 pada usia lebih muda? Simak kisahnya!

ADVERTISEMENT

Rencanakan Karier Sejak SMA

Menurut Oi, masa SMA adalah masa yang tepat untuk merencanakan karier. Pada saat itu, ia sudah tahu ingin memutuskan ingin jadi apa setelah kuliah.

Ketertarikannya terhadap dunia hukum sudah ia rasakan sejak saat itu. Ia terinspirasi dari orang tuanya yang punya latar belakang hukum juga.

Akhirnya, ia memantapkan hati untuk menjadi notaris sejak duduk di bangku SMA. Selain itu, ternyata selama SMA, Oi menjalani program akselerasi sehingga hanya sekolah selama dua tahun.

"Saya masuk SD di umur 5 tahun 7 bulan dan ikut akselerasi pas SMA lewat program Kelompok Belajar Cepat," katanya dikutip dari laman UGM, Jumat (5/9/2025).

Serius Ingin Jadi Notaris

Keseriusan untuk jadi seorang notaris ia buktikan lewat langkah konkret yang ia ambil. Magang di kantor notaris dann menerbitkan artikel jurnal tentang kekosongan hukum dalam praktik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) elektronik adalah salah satunya.

Dalam artikelnya, Oi menyoroti masalah hukum ketika notaris yang seharusnya berhadapan langsung dengan klien kini berhadapan dengan praktik RUPS digital.

"Di undang-undangnya seperti itu. Sedangkan RUPS ini kan sudah bisa dilaksanakan secara elektronik sehingga ada tabrakan. Ada kekosongan hukum mengenai pengaturan notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta tapi harus fisik," katanya.

Pengalaman Organisasi Percepat Susun Skripsi

Tak hanya serius dalam urusan akademik, Oi juga aktif berorganisasi. Ia mengikuti organisasi kemahasiswaan di Fakultas Hukum UGM yakni DEMA Justicia.

"Saya mendapatkan pengalaman sebagai pemimpin, pengalaman sebagai mahasiswa UGM yang seharusnya merakyat, yang seharusnya humble ya. Jadi, di organisasi itu, saya semua dapat," ungkapnya.

Dalam skripsinya, Oi mengambil topik yang punya banyak relevansi dengan isu masyarakat, yakni perubahan status tanah Surat Ijo menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) di Kota Surabaya.

Ia menganalisis bagaimana tanah-tanah milik Pemkot yang selama ini ditempati warga bisa dialihkan status hukumnya agar memberikan kepastian bagi masyarakat.

"Nah, jadi aku bahas apakah mungkin tanah dari Pemkot Surabaya itu bisa dialihkan menjadi tanah hak guna bangunan," ujarnya.

Walaupun bertemu banyak kendala dalam proses penelitian, pengalaman organisasi Oi justru menjadi modal besar. Ia bisa menyusun strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan secara efektif.

"Jadi manajemen keputusan itu bakal ngaruh ternyata," jelas Oi.

Pesan Oi: Jangan FOMO, Fokus Pada Diri Sendiri

Di balik semua pencapaiannya, Oi tak lupa memberi pesan kepada generasi muda. Menurutnya pada zaman serba cepat ini, anak muda penting untuk tidak mudah terbawa arus fear of missing out (FOMO).

Menurut Oi, setiap orang memiliki jalan dan waktunya masing-masing untuk sukses. Ia juga berpesan agar selalu menjaga kesehatan mental, fisik, dan pikiran.

"Terus semangat, pantang menyerah dan jangan lupa adaptif," pungkasnya.




(cyu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads