Kolaborasi Unair dan PEM Akamigas Buahkan Prestasi Internasional, Ini Inovasinya

ADVERTISEMENT

Kolaborasi Unair dan PEM Akamigas Buahkan Prestasi Internasional, Ini Inovasinya

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 01 Sep 2025 14:30 WIB
Kolaborasi tim Unair dan PEM Akamigas berhasill raih medali perak kompetisi riset internasional.
Kolaborasi tim Unair dan PEM Akamigas berhasill raih medali perak kompetisi riset internasional. Foto: dok. Universitas Airlangga
Jakarta -

Anak muda Indonesia mampu menciptakan inovasi yang bisa bersaing di kompetisi internasional. Salah satu prestasi terbaru, ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) dan Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas, Jawa Tengah.

Kolaborasi kedua kampus ini berhasil membuahkan medali perak dari ajang The International Science Project Competition (ISPC) 2025. Keenam mahasiswa yang tergabung dalam Enjinia Team ini berhasil mengalahkan 150 tim dari berbagai negara, seperti Thailand, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, hingga India.

Melalui penelitian berjudul "Exergy Recovery through the Organic Rankine Cycle (ORC) as a Repowering Scheme for Geothermal Power Plants (PLTP) Using n-Pentane as Working Fluid," tim Enjinia ingin memaparkan bila energi panas bumi bisa bermanfaat bagi manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inovasi Energi Panas Bumi

Diketahui Team Enjinia terdiri dari enam mahasiswa yakni Muhammad Adli Fahrezy Tombora, Ubaidillah Nashwan, Angga Charismawan Dyaksa, Luthfia Noor Azizah, Nada Alifia Susandi, dan Rika Adani Widya Imannajwa. Di bawah bimbingan Yohanes Gunawan ST MT, keenamnya melakukan penelitian tentang energi panas bumi.

Adli, perwakilan PEM Akamigas menjelaskan riset yang dilakukan Team Enjinia berasal dari besarnya potensi panas bumi di Indonesia. Potensi tersebut saat ini belum digunakan secara optimal, padahal bisa menjadi sumber listrik yang besar.

ADVERTISEMENT

"Banyak sumur panas bumi dengan suhu di bawah 100 derajat celcius, yang tidak efektif bila berjalan dengan sistem konvensional," tuturnya dikutip dari laman resmi Unair, Senin (1/9/2025).

Untuk itu, timnya menawarkan konsep Organic Rankine Cycle (ORC) dengan menggunakan fluida organik, seperti n-pentane. Sistem ini akan membuat n-pentane bisa mendidih pada suhu rendah sehingga panas bumi bersuhu rendah tetap bisa dimanfaatkan menjadi listrik.

"Teknologi ini diharapkan mampu menjadi solusi yang efisien, murah, sekaligus ramah lingkungan," ungkap Adli lagi.

Kolaborasi Prodi Bahasa dan Teknik

Pada dasarnya, riset ini sangat berbasis teknik sehingga berbagai hal teknis dari inovasi dikerjakan oleh mahasiswa PEM Akamigas. Namun, dalam kompetisi internasional tidak hanya inovasi yang diandalkan.

Setiap tim, harus punya "juru bicara" andal yang mampu memaparkan inovasi hebat mereka. Hal inilah yang dipegang oleh dua mahasiswa Unair yakni Nada Alifia Susandi dan Rika Adani Widya Imannajwa dari program studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Nada Alifia tau akrab dipanggil Pia menyebut ia dan rekannya Rika bertanggung jawab dalam penyusunan materi presentasi sekaligus penyampaiannya. Proses presentasi ini dilakukan dalam bahasa Inggris.

"Teman-teman PEM Akamigas sudah sangat menguasai aspek teknis. Tugas kami adalah bagaimana riset ini bisa dikemas, dipresentasikan, dan dipahami dengan jelas oleh dewan juri," kata Pia.

Tidak sembarang presentasi, berbagai persiapan matang dilakukan keduanya. Dari membaca modul, diskusi dengan tim, hingga belajar cara menyampaikan materi dengan percaya diri. Selama ajang berlangsung, setiap tim diberi waktu 7 menit untuk mempresentasikan inovasi mereka.

Untuk itu, Pia menilai mereka harus pintar membagi waktu setiap anggota untuk berbicara. Lantaran, timnya memilih berkompetisi secara daring. Enjinia juga sempat terkendala jaringan internet.

"Kami beberapa kali terlempar dari Zoom, bahkan telat masuk ke ruang presentasi. Tapi kami belajar untuk tetap stay calm, karena kesan pertama di hadapan juri itu penting," ceritanya.

Meskipun penuh lika-liku selama berkompetisi, kolaborasi tim ini membuahkan hasil manis dengan medali perak ISPC 2025. Pia menyebut ini menjadi bukti bila kolaborasi lintas prodi dan kampus adalah hal yang mungkin dan bisa berprestasi.

"Ini jadi bukti kalau lintas prodi, lintas kampus bisa berbuah prestasi. Kami ingin terus lanjutkan kerja sama seperti ini," pungkasnya.

ISPC 2025 diketahui digelar oleh Indonesian Young Scientists Association (IYSA) itu berlangsung secara hybrid, luring di Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) dan daring melalui Zoom Meeting. Selamat Enjinia Team!




(det/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads