Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengaku ternyata pernah minder sebagai Menkeu Indonesia saat berhadapan dengan koleganya dari negara Asia Tenggara. Pasalnya, para menteri dari negara tetangga dengan bangga menyebutkan staf mereka adalah lulusan dari universitas-universitas ternama dunia.
"Waktu saya jadi Menteri Keuangan di 2005, 2006 mulainya, itu saya merasa minder karena banyak orang Indonesia yang tidak mampu sekolah di the best university. Sesama Menkeu even di lingkungan ASEAN, Malaysia, Singapore mereka selalu bilang, 'I have my staf mereka udah belajar di Harvard, Columbia, di Stanford, di London School of Economics'. Saya bilang anak buah saya nggak ada yang lulusan situ. Dan kita merasa, we realized bahwa kita harus catching up," tutur Menkeu Sri Mulyani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikannya dalam sambutan di pembukaan Konvensi Sains, Teknologi dan Industri (KSTI) Indonesia di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/8/2025).
"Sehingga muncullah keinginan untuk mengirimkan orang Indonesia, saya yakin mereka mampu masuk ke universitas yang top bagus di dunia, namun selama ini tidak mampu karena tidak ada biaya," jelasnya.
Untuk itulah Sri Mulyani turut menggagas dana abadi pendidikan pada 2009 untuk bisa menyekolahkan orang Indonesia ke universitas top dunia. Selain itu, motif lainnya, untuk memenuhi amanat UUD 1945 bahwa anggaran pendidikan 20% APBN.
"Saya termasuk yang memulai melahirkan dana pendidikan abadi tahun 2009, dengan Rp 1 triliun waktu itu, motivasinya ada 2. Make sure bahwa 20 persen APBN yang diamanatkan konstitusi tidak wasted. Jadi kalau dia tidak terbelanjakan dia harus menjadi dana abadi. Karena waktu kita semuanya dibelanjakan, banyak sekolah yang tak mampu gunakan. Beli kursi padahal kursinya masih bagus. Ngelabur atau ngecat sekolah, ganti pager karena dia nggak tahu bagaimana dia menghabiskan dana pendidikan. Maka motif pertama adalah make sure anggaran pendidikan tidak wasted, maka dibuatlah dana abadi," urai Sri Mulyani.
Dana Abadi Bidang Pendidikan Rp 154 T Menuju Rp 175 T
![]() |
Dia melaporkan Dana Abadi di Bidang Pendidikan yang dikelola di bawah Kemenkeu kini mencapai Rp 154,11 triliun, dan akan menuju Rp 175 triliun.
"Rp 154,11 triliun kalau tahun ini ditambah dengan another Rp 20 triliun (dari sisa realisasi anggaran pendidikan APBN 2024) akan menjadi Rp 175 triliun. Next year kita juga akan menambahkan lagi," tuturnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini merinci peruntukan Dana Abadi Pendidikan Rp 154,11 triliun:
- Dana Abadi Pendidikan (DAP) Rp 126, 12 triliun
- Dana Abadi Penelitian (DAPL) Rp 12,99 triliun
- Dana Abadi Perguruan Tinggi (DAPT) Rp 10 triliun
- Dana Abadi Kebudayaan (DAKB) Rp 5 triliun
Dengan dana abadi tersebut jumlah penerima manfaatnya sudah mencapai 670 ribu orang Indonesia yang terdiri dari:
- 92 ribu penerima manfaat beasiswa gelar
- 55.586 alumni LPDP
- 578 ribuan penerima beasiswa non degree
![]() |
Sedangkan untuk universitas top dunia berikut rincian alumninya:
- 24 Alumni MIT
- 96 Alumni Harvard
- 63 Alumni Oxford
- 72 Alumni Cambridge
- 12 Alumni Stanford
- 308 Alumni Imperial College London
- 9 Alumni ETH Zurich
- 78 Alumni University of California Berkeley LA
![]() |
Sedangkan jumlah penerima beasiswa LPDP di perguruan tinggi luar negeri di berbagai negara, berikut totalnya:
- AS 940
- Australia 627
- Inggris 1581
- Jepang 39
- Jerman 6
- Kanada 19
- Singapura 139
- Swiss 9
- China 3
Total 3.363
"From zero to 3.363, its quite something," jelas Sri Mulyani, disambut tepuk tangan audiens.
(nwk/pal)