Kisah Indra Rudiansyah Saat Studi di Oxford, Punya Andil Kembangkan Vaksin COVID

ADVERTISEMENT

Kisah Indra Rudiansyah Saat Studi di Oxford, Punya Andil Kembangkan Vaksin COVID

detikcom - detikEdu
Senin, 21 Jul 2025 17:00 WIB
Indra Rudiansyah.
Indra Rudiansyah berkontribusi dalam pengembangan vaksin COVID-19 semasa studi pascasarjana di University of Oxford. Foto: NDM University of Oxford
Jakarta -

Di tengah krisis global akibat pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu, nama Indra Rudiansyah sempat mencuat di panggung ilmiah internasional. Ia adalah salah satu ilmuwan muda asal Indonesia yang tergabung dalam tim Jenner Institute, University of Oxford, salah satu lembaga pengembangan vaksin COVID-19 berbasis adenovirus yang dikenal sebagai vaksin AstraZeneca.

Bagi banyak orang, terlibat langsung dalam pengembangan vaksin di institusi riset kelas dunia merupakan pencapaian langka. Tapi bagi Indra, ini adalah bagian dari komitmennya untuk mengabdi lewat sains. Ia tak hanya membawa nama Indonesia ke lingkup riset internasional, tetapi juga menjadi simbol dari bagaimana anak bangsa bisa memberi kontribusi nyata bagi dunia.

Indra bergabung ke dalam tim imunologi untuk uji coba vaksin Covid-19 University of Oxford selama studi pascasarjana di kampus top dunia tersebut. Dikutip dari laman Nuffield Department of Medicine (NDM), University of Oxford, Indra saat itu meneliti respons sistem kekebalan tubuh yang diinduksi oleh vaksin ChAdOX1-nCOV-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, sebagai mahasiswa DPhil (S3) Clinical Medicine,University of Oxford, ia juga mengikuti program magang mahasiswa di Fasilitas COVAX, GAVI, untuk mendukung tim teknis dan kebijakan vaksin Covid-19.

Siapa Indra Rudiansyah?

Dilansir detikhealth, kelahiran Bandung, 1 September 1991 ini semula duduk di bangku SMA saat tertarik pada bidang vaksin. Ia saat itu didorong gurunya, Bu Yani, ikut kompetisi vaksin dari Bio Farma.

ADVERTISEMENT

Rampung sekolah pada 2009, Indra menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada program studi Mikrobiologi. Tak sampai di situ, ia mengikuti program fast track hingga lulus S1-S2 Mikrobiologi dalam 5 tahun pada 2014.

Indra pun meniti karier di perusahaan vaksin Bio Farma sebagai product development specialist pada 2014-208. Pengalaman penelitian, pengembangan, dan produksi vaksin rotavirus dan novel polio rupanya jadi bekal untuk lanjut studi doktoral.

Indra diterima di University of Oxford program Clinical Medicine pada 2018 dengan beasiswa LPDP dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian Keuangan (LPDP Kemenkeu). Pada masa studi inilah ia bergabung dengan tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group, di bawah pimpinan Prof Sarah Gilbert, per Januari 2020.

"Tahun ketiga saya di PhD, beberapa saat sebelum lockdown, sudah mulai untuk riset terkait vaksin Covid-19 dan pada saat itu tim peneliti membutuhkan banyak orang untuk mengembangkan vaksin AstraZeneca, sehingga saya dibutuhkan untuk membantu tim Sarah Gilbert, " tuturnya pada webinar yang diselenggarakan CT Arsa Foundation, Sabtu (11/6/2022) lalu.

Berangkat dari momen tersebut, ia ikut andil dalam pembuatan vaksin yang kemudian digunakan warga berbagai negara; mewujudkan mimpinya.

"Mimpi besar saya yaitu dalam bidang bioteknologi, tepatnya dalam pengembangan bioteknologi dan public health (kesehatan masyarakat), " ucapnya.

Kuliah di Luar Negeri dan Penelitian Malaria

Indra sendiri semula tertarik belajar di luar negeri karena peluang riset dengan teknologi terkini. Angka kematian akibat malaria yang tidak diimbangi dengan ketersediaan vaksin malaria membuat ia tergerak studi S3 pada bidang ini

Kendati demikian, ia mengaku terkadang homesick. Namun, dukungan orang tua dan sahabat jadi bekal untuk terus mewujudkan impian.

Ia menguatkan diri, homesick jadi proses pembelajaran untuk menjadi mandiri dan memperluas jaringan. Indra menekankan pada diri sendiri, pengalaman di luar negeri juga penting dan menantang karena peneliti selalu dituntut menghasilkan penelitian berkualitas tinggi. Hasil studi bersangkutan juga bisa jadi bekal mendaftar pendanaan riset berikutnya.

"Cintai bidang yang digeluti, karena itu akan menjadi booster kala kita sedang berada di titik terendah ketika melakukan pekerjaan," tuturnya.




(twu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads