Jatuh Cinta pada Ilmu IPA Tingkat Tinggi, FA 'Si Anak Spesial' Ingin Jadi Ilmuwan

ADVERTISEMENT

Jatuh Cinta pada Ilmu IPA Tingkat Tinggi, FA 'Si Anak Spesial' Ingin Jadi Ilmuwan

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 18 Jun 2025 07:30 WIB
FA, siswa disabilitas penyandang skizofrenia SMPN 1 Purbalingga yang ingin menjadi ilmuwan.
FA, siswa disabilitas penyandang skizofrenia SMPN 1 Purbalingga yang ingin menjadi ilmuwan. Foto: (Devita Savitri/detikcom)
Jakarta -

"Pendidikan adalah hak asasi manusia", menjadi sebuah ungkapan pembuka menyentuh yang disampaikan oleh 'FA', alumnus SMP 1 Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng). FA merupakan 'anak spesial'.

Ia penyandang disabilitas gangguan mental skizofrenia yang juga menjadi pasien tetap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr R Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga, Jateng. Julukan anak spesial yang disematkan padanya, bukan semata-mata karena ia memiliki disabilitas.

Namun, lantaran FA benar-benar anak spesial. Bagaimana tidak, baru lulus jenjang SMP, ia sangat mencintai bidang ilmu pengetahuan alam (IPA) tingkat tinggi, yakni mikrobiologi dan virologi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guru pembimbingnya, Yohana Kristianti bahkan sampai terheran-heran. Mengingat ia mendapatkan materi tersebut ketika menjadi mahasiswa S1 biologi.

"Itu bukunya bu guru dulu kuliah S1 biologi, dasar-dasar mikrobiologi itu dipakai mahasiswa S1, kenapa kamu baca-baca yang kaya gitu? suka?," tanya Yohana pada FA kala dikunjungi detikEdu melalui acara Press Tour Kemendikdasmen, di SMPN 1 Purbalingga Jateng, Jumat (13/6/2025) ditulis Selasa (17/6/2025).

ADVERTISEMENT

FA menjawab Yohana dengan senang sembari mengangguk. Menurutnya, berbagai materi dari mikrobiologi dan virologi membuatnya mendapat ilmu baru setiap waktu.

"Walaupun ingatanku nggak sebagus yang lain, daya ingat dan daya ilmu memproses (terus diasah)," kata FA.

Ingin Jadi Ilmuwan

Berangkat dari latar belakang dan kecintaannya di bidang mikrobiologi dan virologi, FA mengaku ingin menjadi ilmuwan ataupun psikiater. Ia mengatakannya dengan lantang dan spesifik bila dirinya ingin bekerja di PT Pindad.

Di masa depan, FA menjelaskan ingin membuat senjata biologi kimia. Kepada peserta Press Tour Kemendikdasmen, ia menjelaskan sangat suka bidang mikrobiologi karena hubungannya dengan virologi.

Yohana menjelaskan, virologi adalah cabang biologi yang khusus belajar tentang virus. Lantaran sudah mempelajari sangat dalam, FA bahkan mengetahui bila virus bisa digunakan sebagai senjata di masa depan.

Dengan jelas dan lugas, FA menjelaskan perbedaan senjata biologi dan senjata kimia. Penjelasan itu bahkan membuat detikEdu sangat terkesan.

"Senjata kimia rata-rata menggunakan gas dan senjata biologi menggunakan patogen. Kalau senjata kimia itu rata-rata penyebarannya lewat udara, kalau senjata biologi karena terlibatnya patogen akan membuat wabah," beber FA.

Ketika ditanya bagaimana cara penyebaran yang akan dipilihnya, FA memilih menggunakan hewan seperti hamster. Ia tidak memilih rudal,lantaran menurutnya pembuat alat tersebut bisa ditemukan secara forensik.

Jawaban tersebut membuat setiap sosok yang ada di ruangan Perpustakaan SMPN 1 Purbalingga itu terdiam.

Akses Terbatas

Mengenai kemampuan ini Yohana mengaku dirinya bersama rekan-rekan guru, terutama pendamping FA sejak kelas 7 SD yakni Subur terus berupaya yang terbaik. Termasuk menambah ilmu pengetahuan, sehingga bisa memberikan jawaban yang sesuai dan tidak menyesatkan.

Terkadang Yohana merasa sedih, karena pertanyaan tingkat tinggi yang disampaikan FA terkadang tak bisa ia jawab. Menurutnya, FA perlu bertemu atau mendapat perhatian lebih untuk menyalurkan bakatnya.

"Karena memang untuk bidang yang sangat dia sukai, pertanyaanya itu high level. Sebenarnya kami itu justru sedihnya enggak bisa ngapa-ngapain," ungkap guru IPA sekaligus Wakil Kepala Sekolah SMPN 1 Purbalingga itu.

"Dia minatnya ada di situ, tapi kami tidak bisa support supaya benar-benar. Dia itu brilliant interest memang di situ," sambungnya.

Selama bersekolah, FA belum pernah bertemu dengan ahli karena keterbatasan akses untuk berkunjung ke PT Pindad atau ahli mikrobiologi. Ia berharap ke depan akses terbuka, karena ia yakin dengan kemampuan FA di masa depan.

Bersekolah di Lingkungan yang Mendukung

Yohana tidak bisa memungkiri, memiliki murid disabilitas di sekolah reguler mendatangkan tantangan tersendiri. Kendati demikian, ia tidak menolak kehadiran FA.

Sejak awal kehadiran FA, ia menerapkan dua prinsip. Kedua prinsip tersebut adalah selalu belajar hal baru dan melihat murid seperti anaknya sendiri.

"Apa pun keadaannya, dia itu selalu ingin diterima. Di lingkungan manapun pasti kebutuhan utamanya adalah diterima. Ini yang kita upayakan di sekolah untuk bisa diterima," tegasnya.

Lantaran kondisinya, FA diharuskan meminum obat setiap hari, yang membuatnya kerap tak bisa tidur atau bahkan tidur terlalu lama. Keadaan ini juga dimaklumi sekolah.

"Yang penting berangkat," ungkap FA yang juga dibenarkan Yohana.

Para guru pembimbing FA sudah sangat hafal keadaan ia di sekolah. Mereka sebisa mungkin menjaga mood atau perasaan FA agar penyakitnya tidak mengarah untuk menyakiti diri sendiri.

FA mengaku, dirinya kerap mengalami halusinasi berbagai kejadian. Halusinasi itu berujung dengan kejadian mengkhawatirkan yakni menyakiti diri sendiri hingga perlu dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD).

"Halusinasinya random, tapi kemarin aku ngobrol, sama orang yang gak aku kenal. Sampai sekarang enggak tahu nama aslinya," ungkapnya.

Untuk itu, pihak sekolah juga tidak main-main dalam memberikan pelayanan kepada FA. Kepala Sekolah SMPN 1 Purbalingga, Eni Rundiati, memperbaiki layanan pendidikan tiap guru dengan membekalinya pelatihan khusus.

Dengan begitu, guru mata pelajaran (mapel) di sekolahnya mampu menjalankan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid tersebut.

"Kami lakukan juga in house training (pelatihan di sekolah) dengan menghadirkan psikiater, juga psikolog. Kami sering undang ke sini, agar Bapak-Ibu guru bisa memberikan layanan kepada peserta didik dengan berbagai ragam karakteristik, kebutuhan, dan kondisi anak," kata dia.

Tidak hanya guru, murid-murid lain juga dibangun sikap empatinya. Hasilnya baik, lantaran teman-teman FA menurut Yohana sangat suportif, bahkan FA selalu diingatkan terkait tugas ataupun meminum obat.

Bukan akademik, Yohana menyebut tujuan akhir pembelajaran FA di SMPN 1 Purbalingga adalah pembentukan karakter. Ia menjelaskan karakter anak didiknya ini sangat sopan, baik, dan ramah, sehingga tidak ada masalah.

Di bidang akademik, seluruh capaian pembelajaran FA disesuaikan dengan kondisinya. Sekali lagi, ia mengatakan FA adalah anak yang cerdas, terlebih bila berkaitan dengan memori jangka pendek.

Dengan begitu, selamat belajar guru mata pelajaran, teman-teman, dan pembimbing yakni dirinya dan Subur bertugas untuk terus mengingatkannya. Dari berbagai proses pembelajaran yang ada, FA juga dinyatakan tidak masalah dan berhasil lulus dari SMPN 1 Purbalingga.

Ke depan, FA siap melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Purbalingga. Ia telah berhasil diterima melalui jalur afirmasi disabilitas.

Menghadap FA, Yohana mendoakan setiap langkah anak didiknya itu. Ia berharap, FA bisa mendapat kesempatan yang sama di masa depan.

"Selalu dalam doa kami, kamu pun juga akan mendapatkan kesempatan yang sama seperti temen-temenmu yang lain. Bisa mandiri, bisa hidup untuk kehidupanmu ke depan," tutur Yohana terharu.

Yohana juga meminta maaf bila ia kemampuannya masih terbatas untuk menyalurkan bakat FA. FA pun menjawab tidak apa, karena menurutnya, ilmu yang diberikan guru-gurunya sangat bermanfaat dan akan ia anggap sebagai pahala yang terus mengalir.

"Gapapa, guru-guru itu, pahalanya (menjadi amal) jariyah dan mengalir selamanya," tandas FA.




(det/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads