Puluhan lukisan karya seniman autis dipamerkan di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak Sabtu, 17 Mei 2025. Lukisan karya 43 seniman autis dari berbagai daerah ini dipamerkan hingga Jumat, 23 Mei 2025 mendatang.
Acara bertajuk "I'm Possible: Ekspresikan Dirimu" diinisiasi oleh Pesona Autistik Indonesia (PAI), GIK UGM, dan sederet komunitas peduli autis Yogyakarta. Tema besar dari rangkaian acara ini adalah art therapy, sebuah terapi seni untuk penyandang autis.
Ketua Komunitas Pesona Autistik Indonesia, Mirah Hartika, menjelaskan bahwa GIK UGM dan Yogyakarta dipilih karena ia menilai kesadaran mengenai terapi seni untuk penyandang autis, belum begitu mendalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mendapati, kesadaran mengenai 'art therapy' di sebagian orang tua di Yogyakarta belum mendalam. Di Jakarta sudah sangat aware dan agresif (pergerakannya)," katanya saat ditemui usai Talk Show Painting Exhibition & Art Activities di GIK UGM, Senin (29/5/2025).
Literasi Art Therapy di Yogyakarta
Meski berbasis di Jakarta, PAI sebagai komunitas seni-sosial ingin turut mendukung dan melakukan literasi terkait 'art therapy' di wilayah Yogyakarta.
Dalam hal ini, tim PAI juga menelusuri tentang masih minimnya atau belum adanya pameran lukisan yang khusus untuk anak autistik. Maka dari itu, 'art therapy' digelar di Yogyakarta.
Mirah mengatakan bahwa dalam penyelenggaraannya, PAI bekerja sama dengan GIK UGM, serta menggandeng Yayasan Permata Ananda, Forum Kompak Peduli Autis Jogja, lalu Studi Tanjakan 98.
"Kami ingin meliterasi para orang tua, bukan hanya sekadar textbook (teori) tapi praktek langsung. Kita ada live painting, pameran lukisan, anak-anak kita paksa untuk jangan nggak percaya diri," ucapnya.
"Jadi kami menghadirkan bakat lama dan bakat baru (dari seniman autis)," imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dalam pameran di GIK UGM tersebut, total ada 43 seniman, termasuk anaknya yang juga penyandang autis. Sekitar 90% seniman berasal dari Jogja dan beberapa lainnya berasal dari Jakarta.
"90% dari Jogja. (Ada) 43 artis, ada yang dari Jakarta, yang sudah sering pameran. Para orang tua bisa melihat role model gitu lo, tentang 'art therapy' (itu kayak apa). Intinya, visi misinya menggali, mendorong, memajukan, mengembangkan para artis penyandang autistik di Jogja," ujar Mirah.
"Saya harap sama teman-teman di sini, (pameran) ini bisa jadi benchmark untuk ke depan. Jadi udah tahu pameran (seniman autis) seperti apa," tuturnya.
![]() |
Orang Tua Ketagihan Ingin Ajak Lagi Anaknya Ikut Pameran
Beberapa siswa yang ikut pameran di GIK UGM berasal dari Yayasan Permata Ananda. Siswa yang diajak, yakni khusus penyandang autis.
"Nah karena saya diajak Bu Mirah, dan sebagai guru pembina (Permata Ananda), saya mengikutkan murid yang mampu (melukis). Kita fokus ke (siswa) autis," kata Prita, guru Permata Ananda yang turut hadir dalam acara Talk Show Painting Exhibition & Art Activities di GIK UGM.
Dia bercerita bahwa muridnya masih dalam tahap awal melukis. Terlebih, dalam pameran di GIK UGM, medianya yaitu dengan akrilik. Sementara di sekolahnya, sebelumnya hanya pakai spidol. Namun, ia tetap mengajak muridnya untuk melatih kepercayaan diri dan memicu perkembangan murid tersebut.
"Sebetulnya sih memang masih pemula (melukisnya), tapi kalau dilihat sudah (bisa). Kalau di kami masih bimbingan awal, tadinya hanya mewarnai, belum melukis dari akrilik. Baru spidol. Baru ini (pakai akrilik)," ceritanya.
Saat muridnya dilibatkan, ia mengakui bahwa beberapa anak ada yang antusias dan sisanya tampak biasa saja. Namun yang pasti, orang tua dari murid menyambut baik, bahkan ingin anaknya terlibat lagi di pameran mendatang.
"Kalau autis kadang ada yang antusias sekali, ya ada yang gitu aja (ekspresi datar). Kalau respons orang tua bagus, mendukung," ungkapnya.
"Orang tua malah tuman (ketagihan) untuk berpameran bareng (lagi), karena ada penghargaan untuk anak-anak (mereka)," tuturnya.
(faz/nwk)