Tren Homeschooling Naik di London: Hindari Bullying sampai Berkebutuhan Khusus

ADVERTISEMENT

Tren Homeschooling Naik di London: Hindari Bullying sampai Berkebutuhan Khusus

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Jumat, 16 Mei 2025 08:30 WIB
Mother homeschooling teenage boys from home on a dinner table.They are self-isolating from Covid-19 and preparing for back to school.
Foto: Getty Images/MilosStankovic
Jakarta -

Tren homeschooling alias sekolah di rumah meningkat di London, Inggris. Alasannya beragam mulai dari menghindari bullying hingga berkebutuhan khusus.

Menurut data dari Departemen Pendidikan Inggris, ada peningkatan homeschooling di wilayah London dari 9.540 pada tahun 2022-2023 menjadi 11.780 pada tahun 2024-2025, demikian dilansir dari BBC, Senin (12/5/2025), ditulis Jumat (16/5/2025).

Peningkatan terbesar terlihat di Tower Hamlets, dengan peningkatan 63% dari 240 menjadi 390. Bexley menyusul dengan peningkatan 58%, dari 260 anak menjadi 410, kemudian disusul Barking dan Dagenham, dari 350 menjadi 550, naik 57%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan Homeschooling di Inggris

Ditarik untuk tingkat Inggris, pada akhir 2024, berikut alasan untuk homeschooling:

  • Gaya hidup, pilihan filosofis atau preferensial atau untuk menjauh dari pendidikan berbasis ujian (23%)
  • Ketidakpuasan di sekolah, termasuk kurangnya dukungan untuk kebutuhan pendidikan khusus dan disabilitas serta perundungan di sekolah (13%)
  • Kesehatan mental anak (14%)

"Dalam sebagian besar kasus, anak-anak dapat berprestasi dan berkembang paling baik di sekolah; tetapi kami mendukung hak orang tua untuk mendidik di rumah ketika pendidikan tersebut sesuai, dan itu demi kepentingan terbaik anak. Kami ingin anak-anak memiliki peluang hidup terbaik, apa pun lingkungan pendidikannya," demikian dikatakan juru bicara Departemen Pendidikan Inggris.

ADVERTISEMENT

Pengakuan Siswa Homeschooling London

Addison (12) adalah salah satu siswa yang tadinya menjalani pendidikan sekolah reguler namun memutuskan untuk homeschooling. Homeschooling menurutnya solusi positif bagi murid yang kesulitan di sekolah.

"Saya tidak mungkin berpikir bahwa pendidikan di rumah adalah masalah. Ada banyak alasan untuk mendidik anak di rumah. Bisa jadi karena kamu putus sekolah karena dirundung, atau sekolah tidak mendukungmu, atau karena memiliki kebutuhan pendidikan khusus," demikian pengakuan Addison.

Pengakuan lain datang dari Ben (13), yang selama masa sekolahnya dihabiskan dengan homeschooling tanpa pernah merasakan sekolah reguler pada umumnya.

"Pada dasarnya saya mengerjakan semua mata pelajaran sekolah tetapi saya suka mengerjakannya dengan cara saya sendiri," kata Ben.

Ben merasakan bahwa homeschooling memberinya kebebasan untuk memutuskan apa yang ingin dia lakukan.

"Dalam bahasa Inggris, saya sekarang sedang memikirkan teks yang ingin saya buat untuk ujian GCSE (General Certificate of Secondary Education/ujian akhir SMP) saya,"

Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Inggris, orang tua dan wali yang memberikan homeschooling dapat mengikuti kurikulum nasional, tetapi mereka tidak harus melakukannya.
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memastikan pendidikan yang mereka berikan sesuai dengan usia, kemampuan, dan kebutuhan pendidikan khusus anak yang mungkin mereka miliki. Saat ini tidak ada persyaratan hukum bagi orang tua untuk memberi tahu pemerintah daerah jika mereka memberikan pendidikan di rumah.

Inggris Bikin RUU yang Data Anak Tak Bersekolah

Dengan meningkatnya fenomena homeschooling, Inggris pun berencana membuat undang-undang yang akan mendata anak-anak tak bersekolah. UU itu sudah dalam bentuk Rancangan UU Kesejahteraan Anak dan Sekolah yang saat ini sedang dibahas di parlemen.

RUU tersebut berencana untuk memasukkan daftar Anak Tidak Bersekolah, sehingga pemerintah daerah dapat mengidentifikasi semua anak yang tidak bersekolah di daerah mereka dan memastikan bahwa semua anak menerima pendidikan yang layak.

Elemen RUU tersebut juga mencakup ketentuan tentang perlindungan dan kesejahteraan anak, dukungan untuk anak yang dirawat atau yang meninggalkan perawatan, dan regulasi lembaga pendidikan independen.

"Agar tidak ada anak yang terabaikan, kami telah mengonfirmasi rencana untuk memperkenalkan daftar Anak Tidak Bersekolah yang sah dalam RUU Kesejahteraan Anak kami yang akan membantu memastikan setiap anak yang tidak bersekolah teridentifikasi, dan bahwa mereka yang tidak aman atau tidak mendapatkan pendidikan yang sesuai dapat didukung," demikian dikatakan juru bicara Departemen Pendidikan Inggris.




(nwk/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads